5 MMT

807 98 13
                                    


Pusing berkunang kunang tapi badan sehat merupakan sakit terbesar bagi orang orang yang banyak pikiran. Contoh nya sabila lulu yang kini tengah menatap kosong layar laptopnya.

Mengingat kejadian dimana rafa membentak dirinya lalu bersikap manis membuat perasaan aneh timbul di hatinya.

Gelengkan cepat mengenyahkan pikiran random tersebut, lulu menghela nafas sembari menutup laptop yang sama sekali tak ia perdulikan dari pertama kali ia membuka nya. Bingung dan kalut membuat nya tak bisa berfikir jernih.

Lagian orang gila mana yang bisa berfikir jernih kala seseorang meminta kamu menikah dengan murid sendiri pula? Damn! bahkan tak pernah sedikit pun terlintas di otak lulu untuk menjadi pedo.

Tok tok.

Kening lulu berkerut heran, tumben sopan pikirnya pada seseorang yang barusan mengetuk pintu lantas masuk dengan senyum cabul nya itu. "gimana mengajar di sini? Nyaman bukan apalagi fasilitas lengkap nya."

Senyum paksa serta kikuk lulu tampilkan namun malah membuat arji mengira keberadaan dirinya di terima oleh lulu. Ia mendekat dan berhenti tepat di samping meja lulu, setelah itu ia letak kan sebuah kantong kresek berwarna putih di sebelah laptop dan kedua tangannya memegang sisi meja sebagai topangan tubuh nya.

"saya harap kamu betah di sini ya, dan jangan dengar kan murid bermasalah yang datang dengan tidak sopan nya itu."

"lu juga sama!" batin lulu mulai gugup dan takut ketika pandangan arji menatapnya begitu intens.

"menurut data kemarin kamu masih lajang ya?" tanya arji tiba tiba saja membuat pikiran lulu tak jauh dari itu... Ya itulah pokoknya.

"iya pak." jawab lulu benar benar merasa tertekan bahkan sekedar menatap arji dia tak sanggup.

"tapi....apa benar yang di katakan rafa kalau kamu akan menikah sama bocah itu?"

Belum sempat lulu menjawab pintu ruangan kembali terbuka namun kali ini lebih pelan, dan terlihat wajah datar rafa menatap arji tajam disana. "lo beneran nguji kesabaran gua ya?" ucapan dingin rafa nampak sama sekali tak membuat arji takut, entah apa yang membuatnya begitu berani berhadapan dengan rafa yang jelas bisa mengeluarkan dirinya dari sekolah kapan saja.

Arji tertawa pelan sambil menegakkan tubuhnya, "lucu kamu bocah. Coba saja keluarkan saya!" tantang arji berjalan pelan mendekati rafa di ambang pintu. "kalau bisa." bisik arji kala melewati tubuh rafa dan berlalu meninggalkan ruangan lulu.

Lulu di meja nya bernafas lega, bersyukur lebih tepatnya karena tak terjadi baku hantam yang di takuti olehnya antara rafa dan arji.

Rafa berjalan menuju meja lulu lantas segera merampas kasar plastik pemberian arji tadi dan langsung membuang nya ke tong sampah tepat di bawah meja samping kaki lulu. "ayok." ajak rafa membawa lulu tanpa perduli protesan lulu terhadap kelakuannya.

Jantung lulu berdegup kencang kala mobil rafa sudah meninggalkan sekolah, yang artinya ia akan segera di bawa menghadap kedua orang tua rafa.

~

Mobil rafa berhenti tepat di depan gerbang besar yang menjulang tinggi, setelah pagar di buka terlihat banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tersebut.

Keduanya keluar dari mobil dengan kerutan bingung jelas tercetak di wajah rafa, sedang lulu? Dia merasa keringat dingin sudah membanjiri leher dan kening nya.

Tanpa babibu, rafa menarik tangan lulu untuk masuk setelah dua orang pria berjas hitam membuka pintu. "ini baru pager udah segede gaban, di tambah pintu rumah di jaga pake dua orang? Saya berurusan sama siapa ya allah?"

married my teacher ( LuRah )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang