Hari sudah siang dan langit terlihat cerah. Di sebuah gedung perkantoran yang megah, para karyawan telah mulai memasuki kantor mereka. Suasana di dalam kantor sangat ramai dan penuh dengan kegiatan. Terdengar suara mesin fotokopi yang tak henti-hentinya berjalan, suara tawa dan obrolan antara rekan kerja, serta suara ketikan keyboard yang menandakan bahwa pekerjaan sedang dilakukan.
Di ruang kerja bersama, terlihat beberapa orang sedang sibuk menyelesaikan laporan yang akan dibawa ke rapat pada sore hari ini. Di meja sebelah, terlihat juga seorang pria paruh baya sedang sibuk memeriksa beberapa berkas-berkas penting. Dia adalah seorang manajer di departemen pemasaran.
Di luar ruang kerja, terdapat ruang tunggu yang cukup luas dengan beberapa kursi yang disusun rapi. Suasana di ruang ini terasa sejuk dan nyaman. Banyak karyawan yang menggunakan ruang ini sebagai tempat istirahat sejenak dari kesibukan kantor. Terdapat juga sebuah vending machine yang menyediakan berbagai macam minuman dan camilan untuk menghilangkan dahaga dan lapar.
Tidak jauh dari ruang tunggu, terdapat kantin yang digunakan sebagai tempat oleh para karyawan makan siang bersama. Suasana di ruang makan sangat ramai dan berisik. Namun, hal tersebut tidak mengurangi rasa keakraban dan kebersamaan antar karyawan. Mereka saling berbagi cerita dan bercanda bersama, sehingga suasana di ruang makan selalu ceria dan penuh tawa.
Tetapi itu semua berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di salah satu ruangan milik orang yang memiliki jabatan cukup tinggi di kantor itu. walaupun ada AC di dalam ruangan, tapi udara dingin yang dikeluarkan dari AC tidak bisa mendinginkan ruangan yang panas karena api birahi antara atasan dengan bawahan.
"Ahh... shh... tolong cepetan pak, saya. Sshhh... sayahh, saya mau jemputhh... anak saya pak... shhh... ougghhhh!" wanita itu pun hanya bisa pasrah dan berdesah pelan saat disetubuhi oleh pria yang merupakan atasannya di dalam kantor dari belakang.
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Sambil menjambak sedikit rambut wanita yang disanggul kecil itu, pria yang ada dibelakangnya pun berbisik ke telinga wanita itu.
"Ahh... aahhhh... bacot aja lu perek! Sshhh... lu masih mau kerja di sini apa nggak? Hah? Jawab njing?! Shh..." pria yang dibelakang wanita itu pun menampar pelan rona pipi wanita karir yang masih memakai seragam lengkapnya itu.
Plaakkk...
"Owh! Sshhh... iya pakhhh... iyahhh... saya masih mau kerja di sini pak. Saya masih mau sekolahin anak saya pak, owhh... shhh... tapi tolong jangan jambak rambut saya pak. Nanti berantakan, nghhh... shhh..." wanita itu pun menjawabnya sambil berdesah dan memejamkan matanya.
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
"Nah gitu, nurut! Sshhh... lu tau kan siapa yang berkuasa di sini? Hah?? Lu tau kan siapa yang ngegaji lu dan nafkahin suami dan anak-anak lu kan? Hah?! Jawab! Perek! Shh..." pria yang umurnya sedikit lebih tua itu pun bertanya sambil semakin memperkuat cengkramannya pada lekukan rok span ketat wanita beranak dua itu.
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Lalu wanita itu sambil menoleh ke belakangnya, dengan mengrenyitkan dahinya dan dengan muka melas, Ibu beranak dua itu pun berkata, "Owhh... shhh... saya bukan perek pak, saya seorang istri yang sudah punya dua anak, saya ngerti bapak yang gaji dan bantu nafkahin keluarga saya pak. Tapi... sshhh... tapi tolong pak, shh... owhh... say-sayah... ahhh!! Saya... harus jemput anak saya dari tempat lesnya sekarang juga pak. Owhhh... shhh... saya takut dia nungguin saya lama pak."
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Tetapi lelaki yang sedang menikmati liang peranakan ibu muda sambil berdiri itu pun malah semakin gemas dengan jawabannya, sehingga pria itu pun sedikit mengencangkan genjotannya ke istri orang itu.
"Uugghhhhh... Indahh!! Muka lu bikin gua sange aja bangsat! ohh... shhh... lu buru-buru? Lu mau cepet udahan? Hah?"
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Lalu Ibu beranak dua yang Bernama Indah itu pun menatapnya dengan tatapan seperti orang sakau sambil menganggukkkan kepalanya.
"Iya pak, shh... saya mohon pengertian pak Ardi kali ini... tapi tolong pak, tolong bapak jangan kenceng-kenceng remes rok saya pak, nanti lecek banget pak... nanti takut... shhh... nanti saya takut karyawan bapak yang lain curiga pak... shhh"
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plookkk...
Plakkk!
Lelaki itu pun menampar pantat wanita yang sudah berkeluarga itu, "Ah bacot aja lu perek! pake sok-sok mau merintah gua lagi lu njing..." lalu sambil mengendurkan genjotannya, Ardi pun sedikit menjambak sanggul rambut istri orang itu, dan sambil menggenjotnya dengan pelan, dia pun berbisik lembut di telinganya.
"Lu tau kan siapa pemilik perusahaan ini? Hah?" wanita itu pun mengangguk. Lalu pria itu bertanya lagi, "Lu tau kan siapa yang naikin jabatan lu sekarang ini kan? Shhh... jawab!!!" wanita itu pun mengangguk lagi. Kemudian lelaki itu melepaskan jambakannya, lalu sambil tangannya meremas-remas dada wanita bersuami itu, dia berkata dengan pelan.
"Nah... shhh... istri yang pinter... aahhh... kalau lu mau anak lu gak mau khawatir, mendingan sekarang lu telepon anak lu itu, dan suruh nungguin mamanya sebentar lagi... soalnya, mmhhh... soalnya..." sambil mulut lelaki itu perlahan menuju ke telinga wanita karir yang berhiaskan anting mutiara itu, pria itu pun berbisik lembut.
"Soalnya gua mau ngentotin lo sambil lo telponan sama anak lo yang cupu itu... shhh... cepet! ini adalah perintah! shhh...".
Istri beranak dua itu pun mengernyitkan dahinya sambil menatap dengan muka memelas ke pria yang masih mengentotinya dari belakangnya itu. Lalu sambil menahan desahannya, dia berkata, "Tapi pak..."
Mendengar penolakan Indah Ardi pun langsung melotot! Kemudian Indah pun memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafas panjang. Lalu wanita karir itu pun mengarahkan telapak tangannya yang lentik itu ke arah saku blazernya yang ketat itu. Setelah dia mengambil HP-nya, dia pun menoleh ke atasannya tersebut.
Cerita selengkapnya ada di link yang ada di bio.