"Memang tidak salah untuk membela dirimu," ujar Ibu dengan nada lembut namun tegas, "tapi cara membela diri itu yang penting, Youngjae. Jika kau melawan dengan cara yang sama seperti dia, apa bedanya dirimu dengan Ji-Won? Kau ingin melindungi teman-temanmu, itu mulia. Tapi jangan sampai niat baikmu malah membuatmu kehilangan kendali dan menjadi seseorang yang sama seperti orang yang kau benci. Tidak ada bedanya, malah kau juga akan kena masalah."
Aku terdiam, menundukkan kepala sambil menggenggam tanganku erat. "Tapi, Bu... kalau aku tidak melawan, dia akan terus seenaknya. Teman-temanku pasti akan terus jadi sasaran. Aku tidak bisa diam saja melihat itu. Jadi apa yang harus aku lakukan, Bu? Biarkan saja dia menyakiti orang lain? Apa itu yang benar?"
Ibu menghela napas pelan, lalu menatapku dengan lembut tapi penuh arti, "Youngjae, melawan itu bukan selalu soal kekuatan fisik. Kadang, cara paling kuat untuk melawan adalah menunjukkan bahwa kau lebih baik darinya. Orang seperti Ji-Won bertindak seperti itu karena mereka merasa harus berkuasa untuk terlihat hebat. Kalau kau menanggapinya dengan cara yang sama, kau hanya memberi dia apa yang dia inginkan, perlawanan. Tunjukkan bahwa kau lebih besar dari dia, bukan dengan pukulan, tapi dengan keberanian untuk tidak terjebak di permainan yang dia buat. Lindungi teman-temanmu, tapi jangan biarkan amarahmu mengambil alih. Karena saat itu terjadi, kau bukan lagi melawan Ji-Won. Kau melawan dirimu sendiri."
"Lalu bagaimana? Apakah Ibu dipanggil ke sekolah?" tanyaku dengan cemas, sambil menatap wajahnya mencari tanda-tanda kemarahan yang mungkin muncul.
Ia mengangguk pelan, menatapku dengan mata yang tenang namun penuh arti. "Tentu saja," jawabnya singkat, sebelum melanjutkan dengan nada yang sedikit menyindir, "kau pikir setelah keributan sebesar itu, mereka tidak akan memanggil orang tuamu? Kalau bukan Ibu, siapa lagi?"
"Maafkan aku," balasku lirih sambil menunduk, "soalnya, Ji-Won benar-benar membuatku kesal, Bu. Dia selalu saja begitu."
Ibu menghela napas panjang, menatapku dengan sorot mata yang campuran antara lelah dan pengertian, "Ya sudah, tak apa. Lupakan saja untuk sekarang, itu akan jadi urusan Ibu besok," katanya sambil menepuk pundakku pelan.
Setelah selesai mengobati lukaku, ia bangkit langsung berjalan menuju dapur sambil berkata padaku, "Bantu Ibu, sini. Kakak dari Ibu akan datang kesini."
Aku bangkit dari sofa dan membalas dengan setengah mengeluh, "Sekarang? Ah, aku malas sekali kalau Noona Ye Sul datang. Kalau cuma kakak Ibu sih, masih bisa kuterima. Tapi kalau Noona Ye Sul dan Noona So-ah, rasanya jati diriku sebagai laki-laki bisa hilang begitu saja."
Bukannya aku merasa tidak sopan kalau bertemu dengan keluarga Ibu. Namun, anak dari kakak Ibu selalu meminta diriku ikut bermain boneka-boneka bersama mereka dengan paksa. Bahkan, pernah waktu kemarin, aku ikut bermain wajahku sudah dipenuhi oleh mainan make up mereka. Hm, padahal mereka sudah dewasa tapi masih suka saja bermain make up. Apa mereka sengaja melakukan itu?
"Kenapa begitu?" tanya Ibu merasa heran, "tenang saja, Nak. Mereka hanya ingin menyapa dan mengajak mempunyai hubungan baik."
Ibu menatapku dengan tatapan heran, "Kenapa begitu? Tenang saja, Nak. Mereka hanya ingin menyapa dan menjaga hubungan baik."
Aku langsung membalas dengan cepat, "Hubungan baik apanya?! Kalau ingin hubungan baik, tidak perlu maksa aku bermain boneka seperti perempuan. Mana jati diriku yang gagah itu? Tidak ada, bukan? Aku ini gentleman. Aku bisa melindungi Ibu, selain Ayah juga. Aku sungguh malas sekali ketika berhadapan dengan Noona-"
Namun, Ibu benar-benar tidak mau mendengarkan keluhanku tentang sikap anak-anak dari saudara kandungnya. Tanpa memberi kesempatan untukku melanjutkan, ia langsung memotong perkataanku, "Sudahlah, berhenti mengoceh hal yang tidak jelas. Sekarang, bantu Ibu."
![](https://img.wattpad.com/cover/361760426-288-k563752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? (On going)
HorrorCerita ini berkisah tentang Choi Youngjae, seorang remaja yang mengalami teror yang serius setelah kepergian neneknya. Youngjae merasa dirinya terus dihantui dan diteror oleh makhluk-makhluk supranatural yang menakutkan. Bahkan, seringkali ia kerasu...