03

1.1K 146 17
                                    

Selamat Membaca

Jungkook tetap saja melamun, walau dirinya tengah berada dalam keramaian suasanan ospek fakultas di hari pertama. Suara-suara yang menggelegar tak mampu menarik atensinya perihal apa yang dibicarakan sang ayah kemarin. Demi Tuhan, ke mana dia harus mencari anak perempuan itu? 

Hanya bertemu satu kali, tapi Jungkook tak menampik, jika dia begitu menghafal wajah si perempuan yang  digagahinya hanya dalam satu malam itu. Bahkan rintihan dan erangannya masih terekam jelas dalam memori Jungkook hingga saat ini. Terlebih bercak darah di atas seprai tak akan pernah bisa dia lupakan bahwa dirinya lah yang memecahkan perawan perempuan tersebut.

Perempuan itu ... mengapa harus dia? Ke mana dia harus mencari?

"Jung ..." Seorang perempuan memanggilnya kala Jungkook tengah menghisap sisa rokoknya sembari bersandar pada salah satu pilar di luar gedung auditorium fakultasnya. "Ayo!" Perempuan itu memberi kode agar mengikutinya masuk.

Rokok yang dihisap Jungkook belum benar-benar habis, tapi dia membuang benda itu begitu saja setelah mematikannya dan bergegas masuk ke ruangan besar yang telah dipenuhi ratusan mahasiswa baru dari fakultasnya. 

Jungkook adalah salah satu bagian dari organisasi badan eksekutif mahasiswa yang mendapatkan kesempatan untuk turut andil dalam kegiatan ospek tahun ini. 

Langkahnya berderap tak jauh di belakang teman perempuannya yang memanggil tadi. Setelah melewati pintu masuk Jungkook sudah bisa mendengar suara teman-temannya yang setengah berteriak menjelaskan segala sesuatu pada mahasiswa baru yang tengah duduk bersila di lantai sembari memerhatikan dengan seksama para senior yang tengah berdiri di panggung.

Manik Jungkook memindai satu per satu wajah-wajah mahasiswa baru di fakultasnya saat kakinya tiba di atas panggung auditorium. Kehadiran Jungkook memang menarik banyak perhatian hingga suasana yang tadinya hanya terdengar suara para senior kini bertambah dengan bisik-bisik para mahasiswa baru di bawah sana.

"Hei!!" Seorang senior BEM laki-laki berteriak melalui mik. "Apa kalian tidak pernah melihat laki-laki tampan?" Dia melirik Jungkook. "Jung ..." panggilnya. "Perkenalkanlah dirimu," imbuhnya dan menyerahkan mik pada Jungkook. 

Jungkook terdiam sejenak, memandang ke seluruh penjuru ruangan bahkan kembali memandang para mahasiswa baru di bawah sana hingga saat dia hendak berbicara, mulutnya tiba-tiba saja terkatup rapat saat tatapannya bertemu dengan manik seorang mahasiswi baru yang duduk pada deretan ketiga dari depan.

Tangannya yang semula hendak mengangkat mik tiba-tiba saja dia kembalikan pada temannya dan melompat turun dari panggung berjalan dengan tatapan bengah menghampiri perempuan pada deretan ketiga tersebut. 

Semua orang di sana memandang kebingungan bahkan teman-temannya penuh heran. 

Saat tepat berada di hadapan si perempuan tangan kekar Jungkook yang dihiasi beberapa gambar tatto itu langsung saja mencengkeram perempuan tersebut dan menariknya hingga berdiri. 

"Kau, di sini ..." Suara Jungkook sedikit bergetar dan serak. "Ikut aku!"

"T—Tapi ..." Belum selesai perempuan itu berbicara, Jungkook langsung saja menariknya dengan kasar meninggalkan ruangan auditorium.

Panggilan beberapa temannya pun tak dia hiraukan. 

Cengkeramannya begitu erat pada pergelangan si perempuan. Mengapa, mengapa hanya melihat wajahnya saja seluruh emosi Jungkook memuncak. 

"T—Tunggu dulu, ini s-sakit ..." Si perempuan yang ditarik mengeluh. Demi Tuhan tangan besar itu meremas pergelangan tangannya yang kurus terasa benar-benar sakit. Bahkan untuk meronta dan melapaskan diri terasa sangat sulit untuknya.

Langkah lebar si laki-laki di hadapannya ini pun tak mampu dia imbangi. Entah ke mana Jungkook akan membawanya dia tidak tau, hingga langkah mereka tiba di depan sebuah ruangan dan laki-laki itu membawanya masuk dan seketika saja tubuhnya bak melayang dan membentur dinding. 

Jantungnya berdetak kencang bak tengah berperang saat iris tajam milik si laki-laki yang ada di hadapannya menatapnya dengan penuh amarah. "A—Apa yang kau lakukan?" Dia bertanya dengan nada setengah berteriak. 

Tapi, ujaran kerasnya itu justru membuat telapak tangan besar Jungkook mencengkeram rahangnya dengan erat, membuat perempuan itu terkejut bukan main. "Apa yang kau lakukan di sini?" 

Perempuan itu ... dia Alessa benar-benar heran dengan sikap laki-laki di hadapannya ini. Demi Tuhan, mereka hanya bertemu satu malam, tapi mengapa laki-laki terlihat seperti membencinya. Alessa bahkan tidak tau namanya, asal usul laki-laki ini, tapi ... tapi mengapa dia bersikap seakan sudah saling mengenal sebelumnya. Dan bahkan laki-laki ini tidak tau dirinya tengah berbadan dua. Benih yang tak lain milik laki-laki tersebut.

"A—Apa maksudmu?" Tertatih Alessa mencoba berucap.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Jungkook berucap lagi penuh ketegasan.

"Aku akan berkuliah di sini," katanya membutuhkan usaha untuk melengkapi kalimatnya. "T—Tolong lepaskan! Ini benar-benar sakit ... Aku tidak mengenalmu."

Mendengar ucapan Alessa, Jungkook segera melepaskan cengkeramannya. "Pergilah!"

Alessa kaget dan menatap tak percaya. "Apa maksudmu?"

"Pergi!" Kedua tangan Jungkook dia letakkan pada kedua sisi Alessa, membuatnya seakan berada dalam kungkungannya. "Pergi yang jauh dari kota ini."

"Aku tidak mengerti. Kita tidak saling mengenal," ucap Alessa. 

"Aku kenal dirimu," ucap Jungkook. "Lebih dari sekedar one night stand." Ya, lebih dari cinta satu malam, karena perempuan ini adalah anak haram ayahnya. Sialan, mengapa harus seperti ini.

"Kau ingat?"

Jungkook mendekatkan wajahnya pada Alessa. "Bahkan desahan masih aku ingat dengan jelas," ucapnya dan menarik senyum tipis di bibirnya dan tatapannya seakan merendahkan perempuan itu.

Alessa menelan ludahnya. Great. Laki-laki ini mengingat setiap momennya, tapi apa dia tidak ingat, jika melepaskan benih dalam tubuh Alessa? Lalu, jika itu hanya momen cinta satu malam, mengapa laki-laki ini tampak begitu marah dengannya? 

Tapi, lebih dari sekedar cinta satu malam, apa artinya untuk laki-laki ini.

"K—Kau ..."

"What?" Senyum tipis Jungkook masih tercetak, dan perlahan tangan kanannya mulai bergerak memegang pipi Alessa. 

Demi Tuhan, mata itu benar-benar indah. Wajah perempuan di hadapannya ini sangatlah cantik. Bibirnya berbentuk indah, walau tampak sedikit pucat, tak menampik perempuan ini benar-benar menarik. 

Tangan Jungkook bergerak turun ke leher Alessa. Sedikit memiringkan wajahnya dan mengecup leher Alessa. Menarik perempuan itu agar semakin dekat dengannya hingga tangannya bertengger pada pinggang sang perempuan.

Mendapatkan tindak sononoh, Alessa berupaya untuk mendorong tubuh laki-laki tersebut. Dia tidak ingin menikmati sentuhan itu lagi. Demi Tuhan, dia sudah melakukan kesalahan fatal tempo hari, jangan terjadi lagi.

"T—Tolong berhenti ..." rintih Alessa.

"Mengapa?" Jungkook mengangkat wajahnya dan menatap manik Alessa yang sebentar lagi basah. "Kau menikmatinya. Menikmati sentuhanku." Suara Jungkook mendesir begitu menggoda. 

Air mata Alessa seketika saja menetes. Laki-laki di hadapannya ini adalah ayah dari janin yang ada di dalam perutnya sekarang. "P—Please ...

Alessa kembali memohon saat tangan Jungkook mulai bergerak hendak menyelinap dalam kaus putih Alessa. 

"Kenapa menolak?" 

Alessa menangis dan membuat Jungkook terheran-heran.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Jungkook bingung. "Berhentilah menangis, sialan."

Alessa memandang laki-laki yang hinggga saat ini tidak dia ketahui namanya ini dengan penuh kesedihan, dan perlahan bibirnya mulai berucap. "Aku hamil. Aku hamil anakmu."

"What?"

BERSAMBUNG

Lama tak bersua di sini.

D'Arcy • Liskook 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang