_L&O_
Hari-hari berlalu, keadaan sudah seperti biasanya. Chika sudah sehat dan mulai kembali bekerja seperti biasa, sementara Zeeno pun sama, dia semakin tekun membantu Ayahnya bekerja. Zeeno dan Chika pun sudah kembali di rumah mereka, orang tua Chika juga sudah kembali ke rumah mereka. Mereka sudah yakin kalau anaknya itu tak akan berbuat gila lagi. Semuanya sudah kembali normal.
Chika di kantor sedang makan siang di ruangannya sembari melakukan video call dengan sang suami. Chika akhir-akhir ini terlihat lebih ceria. Dia benar-benar sudah terlepas dari bayang-bayang Tian, mantan selingkuhannya itu. Dulu perusahaanya yang menjalin kerja sama dengan perusahaan Tian kini sudah diakhiri sepihak oleh Papa Chika waktu itu. Meskipun melenceng dari kontrak, tapi Papa Chika lebih memilih mengakhiri hubungan kerja sama itu dan membayar beberapa uang seperti yang terlampir di dalam kontrak. Namun, hal itu tetap dilakukan agar Chika tidak lagi berhubungan dengan lelaki bajingan.
"Kamu ga mam?" tanya Chika dengan keadaan mulutnya penuh dengan nasi.
"Aku belum laper, minum es aja rasanya udah kenyang," jawab Zeeno dari sebrang. Keadaan warung tak terlalu ramai, jadi dia menyempatkan waktu untuk menemani istrinya makan siang meskipun hanya dari ponsel.
"Emm, makan sayang jangan sampai telat. Nanti kamu sakit," kata Chika.
"Iya nanti, aku belum laper. Kamu makan yang banyak gihh, biar pipi kamu tambah berisi lagi, biar tambah gemesin." Dengan perlahan memang Pipi Chika kembali gembul, bahkan bisa dibilang lebih gembul dari sebelumnya. Hal itu menjadi Zeeno semakin gemas. Dia jadi semakin suka menciumi pipi Chika itu, seakan telah menjadi candu.
"Nanti aku jadi gendut."
"Mau kamu gendut atau kurus, aku tetep cinta sama kamu. Jangan ovt mikirin hal seperti itu. Yang terpenting kamu udah punya aku. Kecuali kalau kamu berniat untuk mencarik perhatian lelaki lain sih."
"Ih nggak! Aku ga mau cari perhatian lelaki lain! Aku maunya cari perhatian kamu. Aku ingin selalu cantik biar kamu ga berpaling dari aku."
"Aku ga akan berpaling Chika. Aku udah terlanjur cinta banget sama kamu. Jadi kamu jangan khawatir ya?"
"Oke sayang." Chika terus melanjutkan makannya sementara Zeeno terus menemani hingga jam makan siang istrinya itu usai.
_L&O_
Zeeno baru saja keluar dari kamar mandi, dia mengernyit heran karna mendengar suara gaduh dari depan warung. Dengan segera dia keluar, takut terjadi apa-apa di luar sana.
"Dimana Zeeno?! Saya ke sini mau cari dia! Zeeno! Tunjukkan wajahmu itu!"
"Ada apa ini?!" Zeeno akhirnya muncul. Dia terkejut melihat kehadiran Tian di sini. Bagaimana bisa lelaki itu sampai di sini?
"Mau apa kau di sini?" tanya Zeeno dengan tenang.
"Gua ke sini mau memberi pelajaran kepadamu!"
"Apa salahku?" Heran Zeeno.
"Karna kamu, hubungan aku dengan Chika jadi berakhir!" Zeeno jadi berpikir sepertinya lelaki di hadapannya ini mulai gila. "Aku menganggu hubunganmu? Tidakkah salah? Bukan kah kau yang mengganggu hubunganku, bahkan rumah tanggaku?" ungkap Zeeno membalikkan semuanya.
"Tidak! Chika tidak cinta kepadamu, dia hanya menginginkanku!"
"Dasar gila," ucap Zeeno pelan.
Entah apa yang Tian pikirkan, kini dia menghampiri Zeeno dan malah menghajar Zeeno tanpa pikir panjang. Zeeno yang tak terima pun ikut membalas pukulan itu. Hingga terjadilah pertengkaran di sana. Ayah Zeeno dan beberapa pembeli segera memisahkan mereka berdua agar tidak semakin parah.
"Sudah-sudah, mengapa kalian bertengkar! Semua bisa dibicarakan dengan kepala dingin," kata Ayah Zeeno menengahi.
"Menyingkirlah Pak Tua!" Sentak Tian.
"Jangan tinggikan suaramu kepada Ayahku!" Balas Zeeno tak terima.
"Anak dengan anak sama-sama menyebalkan!" Kata Tian.
"Kau yang gila!" Balas Zeeno.
Seorang penjaga yang bertugas berjaga di daerah sini, kini menghampiri mereka berdua karena telah mendapat aduan dari seseorang tentang keributan yang terjadi. Beberapa saksi menjelaskan kalau Tian yang lebih dulu menyerang dan sekarang Tian diseret oleh penjaga untuk dibawa pergi dari sana.
"Kamu tak apa nak?" tanya Ayah Zeeno.
"Aku ga papa," jawab Zeeno, meskipun ada rasa nyeri di pipinya, bahkan kini terlihat memerah.
"Ck, anak zaman sekarang sama sekali tidak bisa mengatasi masalah dengan kepala dingin," kata Ayah Zeeno.
"Jangan terlalu dipikirkan Yah, dia memang gila," kata Zeeno.
_L&O_
P
ulang dari kerja, Chika sudah mengomel karena mendapati wajah tampan Zeeno kini tercoreng dengan adanya lebam di pipi. Dia terus saja mengomel dan juga mencaci maki Tian setelah mendengar penjelasan Zeeno.
"Dasar lelaki gila, ga tau diri, ga punya otak. Berani-beraninya dia lukain kamu, aku ga terima!"
"Gila-gila gitu kamu juga pernah suka sama dia," celetuk Zeeno. Chika yang kesal reflek menekan pipi Zeeno yang kini sedang dia kompres dengan es. Zeeno sontak mengeluh kesakitan. "Kamu sebut lagi kayak gitu, aku akan marah," kata Chika. Dia sekarang selalu tak suka jika sudah membahas masa lalu itu. Dia sama sekali tidak mau mengingat hal bodoh yang pernah dilakukan itu.
"Iya sayang, maaf ya," ucap Zeeno merasa tak enak.
"Aku masih heran kenapa dia masih saja gangguin kamu," kata Chika.
"Kayaknya dia masih suka sama kamu dan ga terima karna kalian sekarang sudah berakhir. Tapi ya, aku mikir kayaknya dia mulai setengah gila deh, atau jangan-jangan dia makai barang terlarang, karna dari gelagatnya dia aneh banget. Seperti orang yang tidak sadar sepenuhnya," pikir Zeeno.
"Masa dia menggunakan barang terlarang?"
"Bisa saja, kalau dia memang sudah merasa dititik terendah dan butuh ketenangan. Semua orang bisa melakuan hal terlarang untuk melegakan bebannya," pikir Zeeno lagi. Chika jadi ikut berpikir, tetapi itu membuatnya jadi pusing. "Sudahlah, jangan lagi bahas dia. Sama sekali tidak penting. Lebih baik, kita mandi saja." Chika dengan sengaja mengelus pahatan wajah Zeeno dengan jari telunjuknya disertai tatapan menggoda.
Zeeno yang paham tanpa meminta persetujuan menyingkirkan es batu yang Chika gunakan, lalu menggendong Chika membawanya ke kamar. Selanjutnya biarkan mereka melakukan kegiatan sesuka hati.
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Novela JuvenilKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?