*happy reading*
"Vin ayolah, akan lebih menyenangkan jika kita tinggal bersama di mansion papa bukan" bujuk pria paruh baya pada Alvin yang sedang memandang datar.
"bener Vin, kita bisa kumpul. G-gue juga minta maaf tentang masa lalu" Alan menunduk merasa bersalah karena telah menyiksa Alvin di masa lalu tanpa di ketahui oleh abang dan orang tuanya.
Karna Alvin adalah penyebab orang tuanya cerai dan bundanya bunuh diri karna terlalu syok.
"Maaf tuan tapi saya sudah berada di tempat yang benar" ucapnya sambil memandang seseorang yang di panggil papa tadi dengan wajah yang datar dan suram.
"LO BENER BENAR GAK BISA DI BA-" ucapan Alan terpotong karna suara bantingan pintu dari arah pintu belakang mansion.
BRAK!
"Ada apa bang?" tanya genta yang sedikit berlari ke arah ruang tamu.
"Tidak ada Gen, kembalilah ke belakang" ucap Alvin, Genta mengangguk dan kembali ke belakang.
Oh iya, mereka masih menginap di mansion Alvin dan dia tidak masalah malahan sedikit senang.
Karna hari ini dan sampai lusa mereka libur, entah ada acara apa di sekolah dan mereka tidak peduli.
Back to topik.
"Apa menjadikan mansion ini tempat penitipan?" tanya Alan sedikit sinis dan kesal?.
"Kalo iya ada apa?" jawab Alvin tenang, ngapain dia emosi bukan?.
"Sudah sudah jangan kalian berkelahi kalian harus akur, dengar?" ucap pria paruh baya itu dengan nada rendah di akhir kalimat.
Alan berdecak dan berdiri dari duduknya dan menatap Alvin dari atas.
"Apa kau tidak ingin kita meneruskan perusahaan keluarga kita yang sudah mereka tingalkan?" tanya Alan dan di balas gelengan pelan oleh Alvin.
Tanpa bertanya lagi Alan pergi dari dalam mansion menuju mobil yang terparkir di deoan gedung mansion.
Pria yang di panggil papa tadi atau abang dari ayah dari tubuh ini.
"Papa harap kamu bisa pertimbangkan lagi Alvin, kamu tau sebenarnya Alan ingin dekat denganmu tapi cara dia salah, dia selalu mencari masalah denganmu karna tidak tau cara mendekatkan diri denganmu walaupun ada setitik kebencian tapi dia tidak benar benar benci padamu, dia hanya bingung cara berinteraksi dengan mu dan mengatakan kasih sayangnya" ucap pria paruh baya itu panjang lebar. Alvin hanya diam mencerna ucapan pria di depanya.
Pria itu berdiri dari dududknya dan memandang Alvin yang juga sedang memandangnya, dia tersenyum dan menupuk kepala Alvin sebanyak tiga kali dan pergi dari sana setelah berpamitan.
"Sial!"
💥🕊
"Kak Genta Mau tanya" Alvin memandang Genta menunggu apa yang di tanyakan adik dari anggota geng intinya."Pria dan pemuda tadi siapanya abang?" tanyanya.
"Hanya sepupu dan ayahnya kenapa?" tanya Alvin kembali, Genta hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak apa apa.
"Oh Alvin nanti siang gue pulaag ya, perasaan gue gak enak" ucap Gibran merasa was was sedari tadi.
"Kami juga?" tanya bian pada sang abang yang sudah rapi.
Mereka sekarang berada di halapam depan mansion di gezabo.
Mereka semua pindah tempat setelah Alan pergi dari mansion.
Gibran mengelang dan menatap mereka gantian.
"Kalian di sini dulu soalnya abang bawa motor abang jemput malam atau besok oke" ucap Gibran dengan senyuman menatap adik kembaran nya itu dan memeluk mereka bergantian dengan erat seperti tidak ingin pergi atau menjauh dari mereka.
"Bos, gue titip adek gue dulu ya? Maaf kali ngerepotin elo bos" Alvin menganguk dan mengeleng menaggapi kedua pertanyaan yang di layangkan padanya.
"Pergilah, akan aku jaga mereka di sini" ucap Alvin membuat Gibran senang.
"Baiklah, aku pergi dulu jaga mereka untukku Bos" ucapnya dan pergi dari sana dengan kecepatan di atas rata rata.
"Perasaan gue gak enak bi" ucap Genta dengan perasaan yang jangal.
"Tidak, abang Gibran pasti akan baik baik saja Ta" ucap Bian menenagkan adik kembaran nya ini.
Setelah beberapa jam di halaman depan mereka kembali masuk ke dalam mansion karna sudah sore.
Mereka bersih bersih dan berkumpul di ruang makan untuk melaksanakan makan malam, hanya ada si kembar dan Alvin saja yang lain sudah pulang dari tadi pagi karna ada urusan pribadi.
"Setelah makan tidur mengerti" ucap Alvin mereka berdua menganguk mengerti dan mulai makan malam.
"Kak apa tidak ada seafood?" tanya Genta karna biasanya keluarga kaya itu selalu menghidangkan makanan laut.
"Apa kalian ingin" tanya Alvin.
"Bole-aw, t-tidak usah kakak" ucapnya kembali berubah karna injakan kaki dari Bian.
Albin tersenyum tipis dan menyuruh maid untuk menyiapkan seafood untuk mereka.
"Maaf kak, Genta memang agak pilih pilih"
"Tidak apa apa Bi, kau ingin sesuatu juga?" tanya Alvin dan digelengi oleh Bian.
"Makasih bang, oh iya kenapa tidak makan seafood abang gak pernah berpesta dengan seafood dan ayam saat perpesta kemarin" tanya Genta lagi membuat Bian menatapnya agar berhenti berbicara.
"Aku alergi keduanya" ucap Alvin santai.
"Ohh"
"Wah, si kembar ini asik ya, bukankah dia cocok untuk adikmu khee"....
" diam sial! Berhenti berbicara di kepalaku aku tidak ingin di cap orang gila"
"Kau jahat, kita sudah berkenalan tapi kau masih dingin ya".....
"aku tidak ingin berkenalan dengan mu"
"Bang lo kenapa melamun gitu" ucap Genta menyadarkan Alvin dari lamunannya.
"Tidak, ayo tidur besok kita berkumpul lagi untuk BBQ lagi" ucap Alvin mulai berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Yey, kita makan daging dan sosis" semangat Genta dan berlari menuju kamar mereka.
"Ada apa ini, perasaanku tidak tenang" batin Bian tidak tenang dan was was entah apa yang akan terjadi dia tidak tau.
Di kamar Alvin dia kembali melamun di kasur miliknya sambil memandang langit langit kamarnya.
"Ku pikir akan ada berita duka"...
"apa maksudmu"
"Kau tau seperti kehilangan atau entah apa"...
"bicaralah yang jelas bodoh"..
"Y"
# pengen ubah alurnya tapi bingung#
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi kevin or alvin (Hiatus Sementara)
Teen Fictionkisah Kevin Anggara Ariga yang merupakan CEO dan memiliki perusahaan terkenal di jerman dan kebanyakan cabang berada di indonesia. hidup sendiri tanpa ada orang tua di sampingnya yang menyemangati harinya yang suram dan kejam. karna sebuah kesengaja...