~Selamat Membacaaa~
Sudah satu minggu Keisha bekerja di cafe ini. Namun sejak satu minggu itu juga dia tidak melihat adanya tanda-tanda Rafka disini. Zahra bilang ini memang benar cafe milik Rafka, tapi kenapa laki-laki itu tidak pernah terlihat batang hidung nya? Bahkan bertemu di kampus pun kini tidak pernah dikarenakan kesibukan laki-laki itu yang sering mendekam di sekret BEM, rapat diluar, atau berkegiatan lainnya di luar kampus yang Keisha sendiri tidak paham.
"Huft" Keisha menghembuskan nafasnya sekencang angin puting beliung.
"Lo kenapa?" tanya salah satu teman kerja Keisha yang sudah satu minggu ini menjadi bestienya, bernama Tania.
"Tan, ini cafe beneran milik Kak Rafka kan?" tanya Keisha akhirnya menyerah.
Awalnya dia tidak ingin terlihat kepo menanyakan siapa pemilik cafe ini pada karyawan yang lain. Begini-begini juga urat malunya masih terpasang walau hanya sebesar biji jagung. Cukup dikampus dia mengejar Rafka secara ugal-ugalan. Tapi Keisha juga tidak bisa berjanji jika nanti bertemu Rafka disini, dia tidak akan mengejar laki-laki itu dengan brutal.
"Lo tau Pak Rafka?" tanya Tania bingung.
"Tau. Kating gue dia"
"Wah, lo akrab banget dong sama dia?"
Keisha mendengus. Boro-boro akrab. Rafka melihat dirinya saja sudah seperti melihat hantu. Terlihat tertekan dan sawan.
"Gitu deh. Jawab dulu beneran milik Kak Rafka?"
"Kalo Rafka yang lo kenal sama Pak Rafka yang gue kenal sama, ya berarti bener," jawab Tania.
"Nih yah gue sebutin ciri-ciri nya. Tinggi Kak Rafka itu sekitar 180 cm. Body nya bagus banget keker, tegap, mukanya datar lempeng kaya jalan tol. Warna matanya hitam tapi agak kecokelat cokelatan. Kulitnya bersih tapi gak putih, gak item juga, pokonya warna kulit cowok yang cokelat bersih gitu. Cokelat keputih-putihan. Aduh gimana yah, ini cowok terlalu sempurna sih, susah buat gue deskripsikan," gerutu Keisha mencak-mencak sendiri.
"Itu maksud lo?" tunjuk Tania pada seseorang yang baru saja memasuki pintu cafe.
Keisha terdiam. Dia terpesona melihat penampilan Rafka yang tidak biasanya. Laki-laki itu memakai kemeja putih yang sudah sedikit kusut dan dia gulung sampai siku. Satu tangan nya memegang jas hitam dan satu tanganya lagi memegang tas laptop. Rambut hitam nya sedikit acak-acakan, namun menambah kesan tampan dan berwibawa. Mata tajamnya menatap lurus kedepan, dengan ekspresi datar andalanya.
"Anjir jantung gue mau copot," gumam Keisha yang tidak bisa mengendalikan jantung nya yang berdebar.
"Siang Pak Rafka," sapa Tania sopan ketika Rafka melewati mereka menuju ruanganya.
"Siang," balas Rafka singkat.
Nafas Keisha semakin tercekat ketika tubuh Rafka melewati tubuh mungilnya. Jarak mereka begitu dekat, bahkan Keisha bisa mencium aroma parfume menyegarkan yang menguar dari tubuh pria itu. Hidungnya kembang kempis, berusaha untuk tetap bisa bernafas dengan normal namun terasa begitu sulit. Setelah Rafka memasuki ruanganya, barulah Keisha menghembuskan nafasnya dengan lega.
"Muka lo merah banget Kei? Lo sesak nafas?" panik Tania ketika melihat wajah Keisha memerah sampai telinga.
"G-gue... gue gak bisa nafas barusan," jawab Keisha ngos-ngosan.
"Lo kenapa sih Kei?" bingung Tania melihat Keisha yang berjongkok, berusaha menormalkan detak jantung nya yang menggila.
"Gue alergi sama cowok tampan, sampe sesak nafas. Ini gak bisa dibiarin. Kalo tiap hari gue liat penampilan dia kaya begitu, yang ada gue mati muda," gumam Keisha terkesan sedikit lebay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Merindu
Художественная проза"Kamu cemburu?" tanya pria itu jail. "Enggak!" Dia tidak cemburu. Hanya saja hatinya panas melihat lelaki itu berdekatan dengan perempuan lain. "Masa?" "Iya!" "Masa sih???" "IYA!" pekik gadis itu membuat lelaki di hadapanya terkejut. "Iya apa?" "...