Luapan Emosi #1

13 0 0
                                    


Hallo guyssss...
Selamat datang di My Story

Terimakasih buat kalian yang ingin membaca cerita buatanku kali ini..

Cerita ini kubuat agar bisa menghibur kalian di waktu bosan kaliannn

~• Sudah penasaran ga gimana cerita aku kali ini?

•Sebelumnya aku minta maaf ya guys, karena di cerita aku ini tidak akan terlalu menggunakan bahasa-bahasa seperti bahasa di novel, jadi mungkin kata-kata di cerita ini akan menggunakan bahasa baku yang mudah kalian mengerti

~Soalnya aku masih pemula hehe

Yaudah, langsung saja kita Cusss ke ceritanyaaaa.....

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•

Alvega Reandro Van, tokoh utama dari cerita ini, sedang duduk di sebuah taman selama 3 jam sambil memikirkan sesuatu. Dia memutuskan pergi dari rumah tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, dikarenakan orangtuanya sering berantam di dalam rumah. Ayah Alvega adalah seorang peminum, dan ibunya adalah tukang selingkuh yang selalu membawa beberapa selingkuhannya ke dalam rumah dan sering tidur bersama mereka. Kondisi keluarga nya inilah yang membuat Alvega selalu tidak betah saat berada di rumah. Tetangga-tetangga di sekitar rumah Alvega pun sering membicarakan tentang perbuatan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya. Bahkan, karena perbuatan mereka, Alvega sudah tidak dapat merasakan kasih sayang dari kedua orangtuanya sejak kelas 6SD hingga dia Kuliah.

Karena itulah, Alvega selalu iri kepada sahabatnya, yaitu Aira Milana Wulan yang memiliki keluarga harmonis dan akur. Padahal, keluarga Milan termasuk keluarga yang tidak mampu dibanding dengan keluarga Alvega yang sangat mampu dalam dunia perekonomian.

Tiba-tiba, dari arah belakang Milan sahabatnya Vega mengejutkan Vega yang sedang duduk di sebuah bangku taman. Sontak, Vega pun terkejut dan karena moodnya sedang tidak baik ia pun memarahi Milan yang mengejutkannya.

"Duarrrr... " Ucap Milan mengejutkan Vega

"Eh, Astaghfirullah" Ucap Vega terkejut

"Yahahhahahha" Tawa Milan puas setelah berhasil mengejutkan Vega

"Ya ampun Milan, kamu kok tiba-tiba ngagetin aku, sih? " Kata Vega

"Maaf ya, Ga. Soalnya kamu sih kenapa bengong dari tadi? Mikirin apa sih kok bisa sampai bengong gitu. Kayaknya yang dipikirin serius bangett tuhh" Kata Milan sambil penasaran

"Bukan urusan lu, lagian kenapa sih harus dikagetin segala? Untung aja jantungku masih aman, kalau ga emang lu mampu buat bawa aku ke RS dan nanggung semua biaya perawatan ku di RS? " Ucap Vega dengan nada tegas ke Milan

Merasa ada yang aneh dari sikap Vega yang biasanya, Milan pun bertanya pada Vega

"Ga, kamu kenapa? Kok kamu tiba-tiba bicara seperti itu? Ga biasanya loh kamu kasar ke aku. Kamu GPP, kan? " Tanya Milan dengan heran setelah melihat sikap Vega kepadanya

"Udah ah, Gw mau pulang aja. Karena lu, Gw jadi ga betah disini. TAHUU, GAA?? " Tegas Vega kepada Milan

Setelah itu, Vega pun pergi dari taman itu. Namun, Milan menghalangi Vega saat ingin pergi. Dia memegang tangan Vega begitu erat dengan kedua tangannya. Karena memang mood Vega saat itu tidak baik, Vega pun langsung melepaskan tangan Milan dengan kasar dan mendorongnya. Ia pun segera pergi dari tempat itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun kepada Milan.

Milan yang terjatuh pun segera bangkit dan mengejar Vega yang sudah sangat jauh dari hadapannya. Ia terus memanggil nama Vega dengan kuat, namun Vega seolah-olah tidak mendengar dan terus pergi dari tempat itu.

Tanpa berfikir panjang, Milan pun memutuskan untuk mengikuti Vega dari belakang ke rumahnya. Namun, di tengah perjalanan Milan kehilangan jejak Vega karena banyaknya kerumunan yang menghalangi Milan untuk mengikuti Vega. Ia pun berusaha mencari jalan sendiri ke rumah Vega tanpa mengikuti jejak Vega. Alhasil, karena tetap tidak berhasil menemukan jalannya, Milan pun langsung pergi ke rumahnya dan meninggalkan Vega.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unparalleled sadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang