LAGU Riptide milik Vance Joy mengalun dengan volume rendah saat Jeksa keluar dari kamar mandi sambil mengusap kasar rambutnya yang basah. Laki-laki itu berdiri didepan pintu kamar mandi yang dibiarkan terbuka, mengeringkan kakinya sebelum melangkah menuju sofa yang ada didekat tempat tidur sebelum matanya menangkap objek yang sedang asik rebahan sambil membaca buku.
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya perlahan, berjalan mendekat kemudian menarik buku yang sedang dibaca oleh adiknya. "Udah sering dibilangin kalau mau baca tuh sambil duduk, diomelin Mama lagi awas loh."
Javian mendengus malas, kemudian bangkit dan duduk bersila diatas kasur kakaknya. Menatap kearah laki-laki itu yang tengah duduk dikursi belajarnya- masih sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Kemudian, mata Javian jatuh pada luka dipelipis Jeksa yang kelihatannya masih belum benar-benar mengering.
"Itu belum kering, Mas?" Javian menunjuk pelipis Jeksa, "Masih sakit?" Tanyanya lagi.
Jeksa menyentuh pelipisnya, kemudian mengangguk. "Gila ya, udah mau lima hari tapi masih nyut-nyutan. Mana jahitannya tadi lepas lagi, sialan emang."
Javian meringis pelan, "Lagian lo ada aja sih, ngapain juga tiba-tiba lo sama Nistisha? Keliatan ngobrol aja gak pernah."
Jeksa terkekeh pelan mendengar penuturan adiknya, laki-laki yang saat ini menggunakan kaos hitam tanpa lengan dengan bawahan celana abu-abu itu menatap Javian. "Iya kan? Gue sendiri juga heran."
"Lah gimana sih?" Javian menatap Jeksa tidak mengerti, "Terus kenapa bisa Nistisha mukul kepala lo sampek bocor kalau gak ada apa-apa?"
"Ada lah, ini urusan gue. Anak kecil gak boleh ikut campur." Jeksa melemparkan handuk basahnya kearah Javian yang untungnya langsung menghindar, membuat handuk itu jatuh keatas bantal. Javian mengerti arah pembicaraan Kakaknya, pasti itu soal tindakan diam-diam yang dilakukan Jeksa beberapa waktu belakangan ini.
Javian melotot tidak terima, menatap Jeksa sinis. "Gue aduin Ayah lo!" Katanya sambil turun dari tempat tidur Jeksa.
"Gue aduin Mama kalau lo tadi bolos!" Balas Jeksa sambil mengusak rambutnya, "Dah sana bikin susu terus tidur, anak kecil."
Sudah dibilang kan, kalau Jeksa itu tidak mau kalah.
"Mas Jeksa!" Seru Javian tidak terima, sudah melangkah kearah Jeksa dengan kepalan tangan.
"Kalian ini sehari aja gak berantem apa gak bisa?"
Tangan Javian yang sudah hampir menyentuh kepala Jeksa itu otomatis turun saat bias suara Ayah mereka terdengar. Dua bersaudara itu menoleh kearah pintu dan menemukan Jaedeen berjalan memasuki kamar Jeksa dengan kotak medis ditangannya. Ayahnya itu berdiri setelah meletakkan kotak berukuran sedang itu diatas meja belajar Jeksa, kemudian tangannya berkacak pinggang dan menatap kedua anaknya.
"Gak berantem kok Ayah." Javian yang menyahut, "Mas ngeselin, makanya pengen aku pukul!" Katanya sambil melirik Jeksa kesal, yang disambut dengan tatapan julid khas Jeksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoscope: The Extraordinary J | Park Jisung
Novela JuvenilNistisha Gantari tidak pernah menyangka jika tahun terakhirnya di SMA akan dihabiskan dengan berurusan dengan pentolan geng, Jeksa Alden Ellion yang selama ini tidak pernah berinteraksi lebih dengannya. Yang membuat Nistisha kaget setengah mati, lak...