by sirhayani
part of zhkansas
10
Rombongan motor itu memasuki sebuah gerbang besar, melewati halaman yang luas, dan menghentikan motor mereka di garasi rumah keluarga Sadewa yang muat untuk banyak mobil dan motor.
Kenanga terpana. Sekaya apa kelurga Sadewa? Rumah mereka juga terlihat besar meski hanya dua lantai. Seorang pria paruh baya berpakain rapi terlihat di beranda rumah keluarga Sadewa yang luas.
Mobil Papi berhenti depan terus. Papi keluar dari mobil. Pria paruh baya tadi ke belakang mobil dan membuka bagasi, menurunkan sebuah koper dari sana.
Papi membuka mobil dekat Kenanga sementara Mami keluar dari sisi lain. Kenanga turun perlahan. Mami menghampirinya dan memeluk lengannya.
"Hei, kalian semua ayo masuk makan dulu. Kalian pasti laper." Mami melambaikan tangan pada teman-teman Sadewa yang berlari dari garasi.
Kenanga menunduk ketika tak sengaja saling pandang dengan Nathan. Senyum teduh cowok itu selalu membuat hatinya berdebar-debar.
"Aduh, Tante. Kami jadi ngerepotin," kata Ardi, malu-malu kucing.
Kurdianto menyikut lengan Ardi. "Heleh, biasanya juga lo yang paling banyak makan dada ayam!"
"Duh, kalian pokoknya nggak usah malu-malu. Tante siapin banyaaak makanan, loh. Kalian nggak boleh sisain, oke?"
"SIAP TANTE!" Ardi, Vasco, dan Kurdianto yang makannya paling banyak tegap dan membawa tangan mereka ke pelipis.
"Nah, masuk-masuk." Mami menggandeng Kenanga sambil mempersilakan belasan anak SMA itu memasuki rumah. Setelah semuanya masuk, Mami baru mulai memasuki rumah bersama Kenanga di gandengannya. "Ayo, sayang."
"Eum, aku mau ke kamar istirahat, boleh nggak, Mi?"
"Boleh sayang. Boleh, duh. Apa, sih, yang nggak boleh buat anak Mami?" tanya Mami sambil mengusap rambut Kenanga.
Kenanga melirik teman-teman Sadewa yang biasa-biasa saja dengan perlakuan Mami. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Akan tetapi, Kenanga tak yakin Sadewa akan bersikap santai. Paling tidak, cowok itu malu dengan badan.
Kenanga menuju kamar. Cewek itu diantar ke sebuah kamar yang luas. Kenanga duduk di tepi tempat tidur berukuran king dan bingung harus melakukan apa.
"Nah, kamu istirahat dulu, ya? Pasti capek di perjalanan. Mami ambilin makan dan minum dulu."
Kenanga mengangguk-angguk. Mami keluar dan menutup pintu.
Hening.
Sepi.
Kenanga memejamkan mata sambil berbaring di atas tempat tidur.
Dia ingin pipis.
Akan tetapi, apa yang harus dia lakukan dengan tubuhnya yang sekarang?
Suara tawa membuat Kenanga segera bangun. Pintu kamar terbuka. Dwi muncul memegang sebuah piring berisi makanan dengan porsi besar. Di belakangnya ada Nathan yang membawa nampan berisi piring dan mangkuk makanan dan sebuah gelas. Dwi menutup pintu sambil tertawa-tawa.
"Malu-maluin banget anjir mereka." Dwi duduk di sofa sambil tertawa. "Sialan si trio bakul rebutan dada ayam."
Nathan hanya tersenyum kecil atas cerita lucu Dwi. Cowok itu memindahkan barang-barang di atas nampan ke meja.
Sikapnya itu ... sungguh tenang, membuat Kenanga selalu tak kuat berada di sekitar Nathan. Kenanga selalu salah tingkah. Seperti sekarang ini. Tubuh asli Sadewa yang tinggi ideal, dengan otot-otot yang pas bahkan memiliki perut sixpack itu jadi terlihat seperti cowok gemulai yang sedang malu-malu.
Kenanga memainkan kukunya sembari memandang Nathan. Cowok itu ternyata juga menatapnya! Kenanga langsung menunduk dalam-dalam.
Dwi yang sebelumnya mengunyah jadi terdiam memandang tingkah aneh sahabatnya itu. Kedua pipinya membesar karena makanan. Dia tak mengunyah untuk beberapa saat hanya untuk memperhatikan Kenanga.
"Wa!" Nathan mengangkat tangan. "Ayo, duduk sini makan. Nyokap lo lagi ada tamu jadi makanan lo nitip ke gue tadi."
Kenanga berdiri canggung, lalu dia duduk di samping Nathan dengan malu-malu.
"Maaf, ya, lo nggak bisa makan yang berat-berat dulu kata Mami lo," kata Nathan begitu perhatian. "Ini makan bubur ayam dulu. Ayamnya disuwir. Mau gue suapin?"
"Gu—gue—bisa, kok! Sendiri!" Kenanga berseru panik. Dia mengambil mangkuknya, tak berani memandang Nathan yang hanya akan membuat jantungnya semakin tak sehat.
"Nyom, nyom." Dwi mengunyah makanannya sambil memperhatikan Kenanga. "Hm...."
Kenanga melirik Dwi dengan bingung. Mengapa Dwi memandangnya dengan tatapan curiga begitu? Kenanga langsung mengalihkan pandangannya ke mangkuk buburnya dan mulai makan dengan lahap.
Nathan berdiri, membuat Kenanga memperhatikan cowok itu. Nathan mengambil tisu, lalu kembali duduk di samping Kenanga
"Kayaknya hilang ingatan nggak ngebuat lo jadi berhenti makan belepotan," kata Nathan sambil mengusap sudut bibir Kenanga dengan tisu, membuat Kenanga menjauh dengan wajah merah padam.
Cewek itu mengambil gelasnya dan segera meminumnya hingga habis. Dia jadi tak tahan untuk buang air. Cewek itu berdiri dengan kedua kaki yang bergerak gelisah. Dipandanginya kamar mandi, lalu memandang Nathan. "Eum, gue mau pipis, tapi bingung...."
"Hah? Apanya yang bingung?" tanya Dwi heran. "Kayaknya karena hilang ingatan jadi lupa caranya pipis."
Nathan berdiri. "Sini gue bantuin."
"Hah?" Kenanga melotot.
"Gue pegangin punya lo."
"Haaaah?" Wajah Kenanga sudah seperti kepiting rebus. "Apa yang ... dipegang?"
"Tuh." Telunjuk Nathan mengarah ke bagian bawah tubuh Sadewa. "Kenapa...? Ah, iya lo hilang ingatan. Nggak perlu malu. Kita kan sama-sama cowok."
"HUWA! Gue bisa sendiri!" seru Kenanga sambil lari terbirit-birit ke kamar mandi.
Dia pipis di celana!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Times
Teen FictionSELESAI ✔️ Kenanga yang pendiam, pemalu, lemah, selalu dirundung oleh teman sebangkunya yang bernama Sheila tiba-tiba menjadi sosok yang tak tahu malu, pembuat masalah, jago bela diri, dan tak tanggung-tanggung memukul siapa pun yang melukai dirinya...