Gerbang sekolah kejuruan Cha terlihat begitu jelas di mata Jay. Gerbang sekolah itu, kini bukan hanya sebuah bayangan dalam benaknya. Gerbang salah satu sekolah terbaik di antara banyaknya Sekolah kejuruan di Distrik Z. AKhirnya satu impiannya terwujud.
Mulut Jay terbuka lebar saat ban sepedanya berputar di atas jalanan halaman sekolah Cha. Ia masih tidak percaya jika Sekolah yang biasa hanya dilihatnya dalam televisi karena memiliki hubungan dengan CEW Entertaiment kini menjadi tempatnya bersekolah.
Foto Cha eun woo dalam papan iklan menyambut kedatangan Jay. Tidak hanya itu, taman yang dihiasi bunga-bunga indah menambah kesan cantik di matanya.
Satu hal yang membuat Jay takjub dengan sekolah kejuruan Cha. sekolah kejuruan ini memiliki banyak sekali fasilitas yang mendukung siswa-siswinya mengembangkan bakat. Seperti lapangan sepak bola kini, Gor untuk badminton,Gor untuk volly lapangan basket indoor dan outdoor, kolam renang, dan masih banyak lagi.
Sebetulnya tidak heran jika sekolah yang didanai langsung oleh orang paling terkenal di Distrik Z memiliki fasilitas selengkap ini. Sekolah mana yang gedung kelasnya lebih kecil di bandingkan dengan gedung fasilitas lainnya.
Jay menggelengkan kepalanya saat melihat tanda jalan di tengah-tengah halaman. Bahkan sekolah ini punya penunjuk arah untuk menuju setiap gedung.
Ia kembali mengayuh sepedanya mengikuti petunjuk arah gedung untuk anak-anak kelas 10. Gedung di sekolah ini memang dipisah di setiap tingkatan kelasnya. Untuk anak kelas 10 sendiri gedungnya terletak di bagian belakang area sekolah kemudian disusul dengan Gedung untuk anak-anak kelas 11 dan Gedung anak kelas 12 berada di paling depan.
Jay memarkirkan sepedanya di tempat parkiran khusus sepeda. Saat ia memarkir sepedanya saja, Ia masih takjub dengan sekolah ini. Apalagi saat masuk ke gedung untuk anak kelas 10, dia di sambut dengan desain interior seperti ruang tengah kerajaan. Desain yang sempurna untuk membuat orang-orang biasa seperti Jay merasakan penyakit kanker. Kantong kering.
Di saat Jay memandangi koridor gedung yang menghubungkan pintu masuk dengan ruang tengah, tiba-tiba seorang perempuan yang baru keluar dari sebuah ruangan tidak sengaja menabrakya. Perempuan yang membawa tumpukan buku itu akhirnya terjatuh. Begitu juga buku yang dibawanya. Buku-buku itu berserakan di atas lantai.
Perempuan itu langsung merapihkan buku yang terjatuh tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Jay. Merasa tidak enak, Jay ikut berjongkok merapihkannya.
"Maaf, aku tidak sengaja menabrak mu," tutur Jay sambil ikut mengambil buku-buku yang berserakan.
Perempuan itu hanya mengangguk. Namun saat ia melihat ke arah Jay dirinya terdiam karena pesona dari Jay. Entah mengapa, di mata perempuan itu seperti ada beberapa bunga bermekaran di sekitar Jay.
"Ada apa? Apa ada yang salah?" Tanya Jay bingung karena perempuan di depannya terus menatapnya.
Perempuan dengan rambut hitam yang terurai panjang itu menggelengkan kepalanya. "Tidak," ucapnya langsung kembali ikut merapihkan buku-buku yang tergeletak di lantai.
Setelah semuanya selesai Jay menyodorkan tanganya. "Hai, aku Park Jay. Panggil aku Jay.'
"Wang Yiren." Perempuan itu menyambut tangan Jay kemudian menunduk mengatur napasnya. Entah mengapa Yiren merasa jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. "apa ini adalah cinta pandangan pertama?"
"Mau aku bantu bawakan?" tanya Jay memegang separuh tumpukkan buku itu.
Yiren menggeleng. ia mengambil buku dari tangan Jay dan pergi begitu saja meninggalkan Jay.
Jay diam bingung. Ia mengangkat tangannya dan melambai. "Hati-hati Yiren."
Setelah Yiren menghilang di ujung koridor, Jay melanjutkan perjalanannya. Yang saat ini ia cari adalah kantor guru. Dia harus bertemu dengan wali kelasnya terlebih dahulu untuk mengambil seragam dan menggantinya. Ia juga butuh kunci loker untuk meletakkan helm sepedanya yang kini masih ia bawa.