" Tuan Liem ! "
Sudah berapa kali aku mendengar panggilan itu, tapi masih belum kelihatan orangnya.
" Tuan Liem, sini ! atas sini ! "
Didalam keramaian, di Lantai 2 Stasiun terlihat seorang wanita yang melompat - lompat kegirangan sambil melambai - lambaikan tangannya, seorang gadis berseragam sekolah? apa aku tidak salah lihat?
Gadis itu tersenyum lebar selepas memastikan bahwa aku melihat kehadirannya, dia memberi isyarat untuk aku tetap menunggu ditempat mungkin khawatir akan kehilangan jejakku memandangkan suasana di stasiun terlalu ramai.
" Selamat datang Tuan, saya Alice. Saya yang sudah ditugaskan oleh Nyonya Maria untuk menjemput Tuan Muda " sapanya ceria sambil membongkok hormat.
Aku hanya membalas dengan senyum, sedikit kekok dengan gelaran Tuan Muda yang di ucapnya, tanpa berbasa basi dia segera menuntunku kearah taksi yang terparkir didepan pintu masuk stasiun.
Aku mengambil tempat dikursi penumpang belakang, manakala gadis Alice itu duduk dibagian depan.
" Bukit Geoji Purnama, Rumahnya keluarga Kasandra ya pak " Jelasnya kepada supir taksi itu sambil menghulur selembar kertas berwarna biru. Ku tebak itulah alamat rumah lama ibu, sepanjang perjalanan aku cuma diam dan menikmati suasana desa yang sungguh asing dimata.
Sesekali aku menyahut perbualan Alice dan supir taksi yang kelihatannya mengenali Ibu , melalui cerita supir itu ibu adalah teman sekelasnya ketika SMP dan berlanjut hingga SMA sebelum akhirnya mereka terputus kabar apabila ibu berpindah melanjutkan pendidikannya di Kota.
" Kaget aja, udah lama gak liat. gakpernah pulang tiba-tiba yang pulang anaknya " jelas supir itu dilanjutin dengan ketawa halusnya.
" iya pak, orangnya sibuk " memang benar, ibu tidak pernah pulang ke desanya, jangankan ke desa ke rumah saja jarang.
Setelah perjalanan yang memakan masa hampir 20 menit akhirnya kami tiba didestinasi, aku keluar dari mobil menginjakkan kaki dihalaman rumah itu. Rumah yang selalu ibu ceritakan kepada ku sewaktu masih kecil.
Setelah berpamitan dengan sipur taksi yang memperkenalkan dirinya sebagai Pak eko, aku dan Alice pun berjalan masuk kedalam rumah. Entah kenapa, ada aura yang lain yang kurasakan.
Rumah ini tidak keliatan seperti mana aku ketahui, rumah peninggalan keluarga Kasandra yang kononnya sudah bertahun lamanya tidak dihuni. Nyatanya, didepanku berdirinya rumah nan indah yang dirawat dengan baik dan penuh cinta. Kata ibu mereka hanya mengerjakan seorang kenalan di desa untuk menjaga rumah ini. Sepertinya orang itu mengerjakan pekerjaannya dengan begitu baik.
Aku terpegun dengan rumah ini, rumah 2 lantai terbuat dari bahan kayu yang terlihat sederhana tapi nyaman dimata. Dengan warna pastel dinding luar rumah ditambah dengan tanaman yang menghiasi halaman cukup membuat hatiku terpikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA YANG ADA BUKUNYA
Любовные романыWilliem Alaska Kasandra , Anak seni yang berpindah dari ributnya ibu kota ke pendesaan yang penuh dengan namanya kedamaian. Awalnya dia mengira bakal biasa saja dan siapa sangka perpindahan tanpa kerelaannya ini ternyata menjadi memori istimewa dala...