Diary

13 3 0
                                    

2024, London

Seorang wanita,berusia 25 tahun sedang menulis disebuah diary nya diatas sebuah meja belajar kamar lama miliknya.

Wanita yang memiliki paras cantik,dan anggun itu melanjutkan coretan nya diatas kertas atau sebuah buku diary yang baru saja ia temui di dalam kamar lama ya,tidak ketinggalan ia juga membolak-balikkan setiap lembar didalam buku diary nya itu. Terdapat banyak coretan dan sebuah foto yang terdapat di dalamnya yang tersusun sangatlah rapi.

Hingga,tangan wanita itu berhenti disebuah halaman dimana ia melihat foto dirinya sedang melukis. Yaps, kegemaran gadis itu masih sama yaitu melukis hingga menjadi profesinya saat ini.

"Aku tidak menyangka diusiaku 25 berhasil menjadi pelukis terkenal."ucap wanita itu sambil memperhatikan foto itu.

"Sayang." Suara lembut sang suami membuat wanita itu berhenti lalu menoleh kearah suaminya dengan senyum manis di wajahnya.

Sang suami mendekati istrinya,tidak lupa ia mencium keningnya dan mengelus rambut panjang istrinya,"apa kamu nostalgia jaman sekolah kita sayang? Aku tau dari kak Aiden jika kamu suka sekali menulis atau menyimpan semua kenangan kamu di buku diary,apa kamu mau membawa semua buku diarymu ke Belanda?"

Istrinya menatap sang suami dengan sangat lekat seperti ingin mendapatkan persetujuannya,siapa sangka,sang suami tersenyum dan menganggukkan kepalanya menandakan jika istrinya boleh membawa semua buku diary maupun dokumen semasa sekolahnya ke negara yang akan mereka tempati.

Sang istri segera berdiri dan berjalan mendekati sebuah rak yang dimana disana tersusun sangat rapi,beberapa buku dari buku novel,komik,pelajaran hingga diary miliknya tersusun dan terjaga dengan rapi setelah ia menikah ikut sang suami.

"Apa kamu juga akan membawa lukisan milikmu?" Tanya suami sambil menghampiri dengan membawa beberapa kardus untuk memasukkan buku buku milik istrinya.

Sang istri menatap sebuah lukisan bergambar seorang pria,sang istri menghampiri lukisan yang sudah lama ia sembunyikan untuk menjaga perasaan sang suaminya.

Wanita itu seketika mengingat sebuah memory dengan pria yang ada dilukisan itu,hingga tidak sadar jika sang suami memanggilnya.

"Aurora? Lihat aku, aku tahu Andreas adalah masa lalu terindah kamu. Aku menghargainya,kamu bisa bawa lukisan dia untuk dibawa ke Belanda sayang."ucap sang suami,yaps wanita itu bernama Aurora atau biasa dipanggil Evelyn di masa lampaunya.

Sekali lagi Aurora menatap lukisan itu lalu menatap sang suaminya,"tidak perlu sam,aku akan meminta pak Joko untuk membereskan ini semua."

"Apa kamu yakin sayang?"tanya sekali lagi samudra.

Aurora mengangguk,lalu meletakkan kembali lukisan tersebut dan melanjutkan memasukkan semua barang yang akan ia bawa ke Belanda bersama samudra suaminya.

Sekitar 1 jam,akhirnya mereka selesai dan meletakkan kotak kardus itu di ruang tamu rumah keluarga Bagaskara.

"Ayok kalian makan dulu sayang."ucap mamah Edlyn yang baru saja tiba bersama papah Adrian dengan membawa makan siang untuk Aurora dan samudra.

Aurora tersenyum dan berjalan mendekati sang mamah,"Rora bantu mamah menyiapkan makan siang ya, oh ya kak Aiden gak mau datang kesini mah buat pamitan sama Rora?"

Edlyn tersenyum dan mengajak Aurora untuk ke dapur menyiapkan makan siang,"Kak Aiden sebentar lagi akan datang sayang,mana mungkin kak Aiden gak mau ketemu kamu dulu sebelum pisah negara beneran."

Aurora tersenyum kecut,ada rasa tidak enak meninggalkan keluarganya . Tapi dia sadar,ini adalah resiko ia menikah dengan seorang Mentri luar negeri yang ditugaskan di Belanda,"Rora akan sering sering kesini untuk jenguk mamah,papah dan kak Aiden."

ANDRORA (Andreas dan Aurora) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang