_L&O_
"Bagaimana Dok hasilnya, istri saya tidak papa kan?" Zeeno dan Chika menatap penuh harap ke arah dokter yang sudah siap menjelaskan hasil pemeriksaan yang baru saja dilakukan terhadap Chika.
Saat di kantor, Chika mengalami mual bahkan sampai membuatnya lemas, karena sudah berkali-kali muntah di kamar mandi itu. Merasa badannya tak beres, lantas Chika menghubungi suaminya menjelaskan apa yang dia rasakan sekarang. Tentu setelah mendengar kabar itu Zeeno menjadi khawatir dengan kondisi istrinya, dia dengan segera pergi ke kantor untuk menemui Chika. Sampai di kantor, Zeeno yang melihat keadaan istrinya sudah lemas dan pucat itu langsung membawanya ke klinik terdekat untuk mengecek kondisi Chika.
Sang dokter tersenyum menatap sepasang suami istri yang terlihat gusar itu. "Istri anda sehat dan tidak apa-apa," jawab dokter.
"Lalu, kenapa istri saya mengalami mual seperti orang sakit Dok?" tanya Zeeno lagi.
"Semua itu terjadi karena efek dari kehamilan istri anda Pak."
"Hamil?!" Zeeno dan Chika serempak kaget mendengar pernyataan sang Dokter. Mereka sama sekali tak ada mengira bahwa Chika mengandung. Ini adalah hal yang mengejutkan.
"Iya hamil. Kalian belum pernah memeriksakan kehamilan ini?" tanya sang Dokter. Ia kira sepasang suami istri di hadapannya sudah lebih dulu tau, atau setidaknya sudah pernah periksa. Namun, pemikirannya ternyata salah.
"Kami belum tau Dok. Jadi istri saya sekarang sedang mengandung?" tanya Zeeno lagi. Dia masih setengah tak percaya.
"Iya betul sekali, istri anda sekarang sedang mengandung. Selamat buat Ibu dan Bapak atas kehamilannya. Dan keadaan kandungan Ibu sehat," jelas Dokter itu.
Zeeno dan Chika masih sama-sama tercengang tak percaya. Bahagia? Tentu mereka bahagia, sangat bahagia, karena ini adalah hal yang sudah lama mereka nanti-nantikan dan akhirnya kini terwujud. Zeeno dan Chika saling beradu pandang, mata Chika sudah berkaca-kaca, dia nampak terharu. Zeeno melempar senyum lalu memeluk tubuh istrinya itu menyalurkan rasa bahagia.
"Kamu hamil Chik. Akhirnya Tuhan mewujudkan keinginan kita," kata Zeeno pelan di dekat telinga Chika, tak lupa dia meninggalkan sebuah kecupan pada Chika. "Apa yang harus diperhatikan untuk kehamilan pertama istri saya, Dok?" Tanya Zeeno.
"Pola makan sehat tentu harus diperhatikan, hindari yang berbau alkohol, jangan terlalu lelah dan jauhi stres. Olahraga juga perlu untuk menjaga kesehatan saat hamil, asal olahraga ringan dan ...." Sang Dokter menjelaskan semuanya apa yang harus dilakukan dan juga yang harus dihindari. Zeeno dan Chika mendengarkan dengan seksama apa saja yang dikatakan Dokter itu.
Zeeno dan Chika keluar dari ruangan dokter tanpa melunturkan senyum mereka. Tentu siapa yang tidak bahagia disaat doa mereka akhirnya diwujudkan oleh Tuhan. Keinginan mempunyai anak sudah terbayang sejak dulu, hingga akhirnya terwujud sekarang. Zeeno merangkul pundak Chika sambil terus berjalan keluar dari rumah sakit. Di luar mereka melihat sepasang suami istri yang nampak romantis, disaat sang lelaki yang sedang menjaga istrinya yang hamil besar.
"Aku seneng banget, makasih ya Chika karena udah mau bertahan sama aku dan akhirnya kita akan segera menjadi orang tua," ungkap Zeeno.
"Aku yang seharusnya berterima kasih ke kamu, Zeeno."
"Sudah, ayo kita pulang saja, kamu perlu istirahat. Dengar apa yang dokter katakan tadi? Kamu tidak boleh terlalu kelelahan. Jadi lebih baik kita pulang sekarang," kata Zeeno. Chika hanya menuruti perkataan Zeeno saja. Karena jujur dia masih merasa lemas.
_L&O_
Chika berjalan menuruni tangga dengan membawa gelas kosong ditangannya. Keadaan rumah sepi, karena sekarang sudah hampir tengah malam lewat. Chika terbangun karena merasa haus, tapi sayang gelas di atas nakasnya itu kosong yang membuatnya harus ke dapur untuk mengambil minum.
"Akh!" Chika memekik terkejut karena tubuhnya yang tiba-tiba melayang, bukan melayang, tapi digendong oleh Zeeno. "Kamu ngagetin aku!" ucap Chika.
"Maaf. Lagian kamu ngapain jalan sendirian?" tanya Zeeno dengan masih menggendong Chika. "Aku mau ke dapur ambil air. Aku haus," jelas Chika. Dia juga menunjukkan gelas kosong yang masih dia pegang.
"Kamu bisa bangunin aku. Aku siap ambilin kamu air, kamu tinggal tunggu aja di kamar." Zeeno berjalan menuju dapur dengan terus menggendong Chika. "Aku ga mau ganggu tidur nyenyak kamu. Btw, aku bisa jalan sendiri Zeeno." Chika menggerakkan kakinya meminta turun.
"Diem. Kamu ga boleh kelelahan, jadi cukup diem aja Chika," kata Zeeno. Chika didudukan di atas meja dapur. Gelas yang Chika bawa, Zeeno ambil dan diisi dengan air putih. "Nih." Zeeno menyerahkan minum itu pada Chika.
"Makasih sayang." Chika meneguk air itu hingga tandas, karena memang dia sehaus itu.
"Kamu mau apa lagi?" tanya Zeeno perhatian.
"Udah sih, aku ga pengen apa-apa lagi. Cuma haus doang," jawab Chika.
"Oke, ayo tidur lagi. Lain kali kalau kamu butuh apa-apa bilang aja ke aku. Aku ga mau kamu kecapean, pokoknya kamu langsung kasih tau aku. Aku ingin jadi suami yang siaga buat kamu," kata Zeeno.
"Cuma ambil minum ga akan buat aku cape. Kecuali kalau aku ambil minumnya harus nyebrang pulau dulu, baru aku harus minta tolong kamu." Memang setelah mengetahui kehamilan Chika, Zeeno jadi lebih protektif memperhatikan apa saja yang Chika lakukan. Dia selalu memastikan agar Chika tidak kelelahan. Dia tak mau Chika dan calon anaknya itu kenapa-kenapa.
Anyink, sinyalnya jelek bet, gegara mendung nih.
Dah maap buat typo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Teen FictionKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?