Prologue :

266 47 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keenan-- Keenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Keenan-- Keenan...!" aku berteriak, memanggil-manggil nama pria yang paling kucintai melebihi apapun di dunia ini, sementara petugas medis dengan sigap memindahkan tubuhnya ke atas brankar, membawanya pergi.

"Pasien kehilangan banyak darah!"
"Siapkan transfusi!"
"Denyut jantungnya melemah...!"

"Jangan pergi-- jangan meninggalkan aku lagi..." namun panggilanku seperti tidak terdengar.
Mereka telah memasuki kamar operasi.
Meninggalkanku di luar ruangan, menangis penuh keputusasaan.
Aku sudah terlalu abai pada pertanda alam, padahal sudah banyak sekali contoh kematian yang sama, bagaimana seorang penjahat akan mati seperti penjahat.
Aku menatap kedua tanganku nanar, tangan yang berlumuran darah dari luka tembak fatal yang bersarang di tubuh Keenan, Keenan-ku.
Beberapa tenaga medis menahanku yang ingin masuk mengikutinya, aku tidak ingin kehilangannya, aku tidak ingin terpisah lagi... Aku takut...!

"Nyonya, anda harus kuat...!"

"Selamatkan dia, selamatkan dia...!" guguku dalam tangis, tubuhku bergetar hebat dalam ketakutan.
Bahkan saat ini pun langitku seakan runtuh.

"Kami akan mengusahakan yang terbaik, tapi anda harus..." kata-kata perawat itu terhenti saat ia melihat darah mengalir di antara kakiku, disertai cairan dalam jumlah amat banyak.
Aku bersedekap, memegangi perut yang telah membesar karena ini adalah trimester terakhirku.
Apakah ini hukuman?
Karena aku merasa mampu merubah hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kuubah.
Karena aku merasa mampu mengubahnya.
Mengubah takdirnya...

Jangan, jangan tinggalkan kami... Keenan!
Kau yang paling tahu, Aku paling tidak bisa tanpamu, aku dan anak ini, kami tidak akan pernah bisa bertahan tanpamu. Karenanya, jangan tinggalkan kami. Dan jika memang tidak bisa... Bawa kami bersamamu juga...

Aku bisa merasakan bayi di dalam tubuhku menggeliat, mendesakku dengan kuat, seakan dia juga tahu ketakutan terbesar dalam hidupku.

Kehilangan ayahnya.

Pandanganku perlahan menjadi buram.
Para perawat bergegas menolong, namun suara-suara di sekitarku sudah tidak terdengar jelas lagi.

Aku terjatuh, dan segalanya menjadi gelap.

+++

+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eir AN:GE°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang