🦋 Part 29

12 2 0
                                    

Walaupun sudah banyak bukti, aku tetap takut jika hati dan sikap kamu berubah.
•••

"Feby!! Lo gimana sih?! Rencana kita gak berhasil, justru Fadel yang dipanggil ke ruang guru!!" kesal Nanda pada Feby yang terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Feby!! Lo gimana sih?! Rencana kita gak berhasil, justru Fadel yang dipanggil ke ruang guru!!" kesal Nanda pada Feby yang terdiam. Ia mendengus sebal saat tidak ada respon apa-apa dari Feby, "gila."

"Dea tuh udah panik pas hari pertama uang kasnya hilang," ucap Lia seraya menatap Nanda dan Feby bergantian.

Nanda menganggukkan kepalanya pelan, "gue tau kok, pas lu coba bayar uang kas gue liat ekspresinya panik gitu."

"Dia juga tadi kayanya ngehindar dari Alfan sih," ucap Lia.

Nanda mendengus lalu ia beralih menatap Feby yang terdiam, "rencana yang ini gagal total tau gak?! Fadel ketahuan dan gak ada satu pun teman sekelas kita yang benci dia, gak ada!!" kesal Nanda.

Feby menghela napas pelan, lalu menatap ke arah Nanda dengan malas, "kita cuman gagal sekali, gak usah kaya gak ada kesempatan gitu deh. Gue masih banyak rencana," ujar Feby.

"Apaan?! Mau ke Mely, demi apapun itu gak berguna banget. Soalnya Mely udah selesai perkara ini selalu natap kita curiga, dia was-was sendiri sama kita."

"Bener." Lia menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Nanda. "Mely keliatan susah banget dideketin."

"Susah dideketin bukan berarti gak bisa." Feby menatap ke arah Nanda dan Lia bergantian. "Kita tunggu suasananya agak tenang, baru kita lancarkan rencana selanjutnya."

"Rencana apa?!"

Feby mengedikkan bahunya tak acuh, ia menatap malas ke arah Nanda, "lo bisa sabar gak? Karena sifat ga sabaran lo itu yang buat rencana ini gagal," ujarnya kesal pada Nanda.

"Kok gue?! Yang punya rencana kan lo!!"

Feby menghela napas pelan, "iya, tapi gue kan kasih saran ngambil uangnya pas kita lagi fokus praktik prakarya. Tapi lo mintanya sekarang-sekarang."

"Iya bener." Lia menatap ke arah Nanda yang tampak kesal. "Kita coba tunggu suasananya agak reda ya Nan. Kalau gak, bisa ketahuan kita. Kalau ketahuan kan lo gak bisa balikan sama Alfan," jelasnya.

Feby menjentikkan jarinya setuju dengan ucapan Lia, "bener tuh kata Lia, pelan-pelan aja. Pasti bakal kesampaian kok."

Nanda menghela napas pelan, lalu ia menatap ke arah Feby, "terus rencana lo abis ini apa?"

"Gue punya beberapa cara, tapi satu cara ini yang bakal berhasil," ucap Feby.

"Apa tuh?"

"Gue punya kenalan anak IPA, namanya Ferdi. Kita manfaatkan Ferdi sekarang," ucap Feby dengan senyum kemenangan.

Nanda berdecak sebal, lalu menatap ke arah Feby dengan sinis, "nanti gagal lagi?!"

Feby menggelengkan kepalanya dengan tegas, "gak bakal, dia pinter main taktik. Jadi tau mana peluang yang pas buat ngehancurin orang," ujar Feby menjelaskan.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang