10

337 29 0
                                    

~•°•°•~

Happy reading

....

Ara mengerjap beberapakali hingga ia tersadar dan memutuskan untuk menyusul Chika.

Walaupun hatinya sakit, ia tak akan membiarkan Chika pulang sendiri disaat hari sudah gelap. Selain itu juga, ia ingin mendengarkan alasan apa yang membuat Chika menyuruhnya untuk berhenti.

"Chika" Teriaknya dari jauh saat ia mendapati Chika yang akan memasuki mobilnya.

"Chika tunggu, kasih tau aku apa alasannya Chika! Aku gamau, aku gamau berhenti, aku gabisa tanpa kamu Chika please!, please jangan gini, aku gabisa chikaa!!" Teriaknya lagi, mengabaikan air matanya yang melucut luruh dari pelupuk matanya. Ia tak bisa seperti ini, sungguh hatinya sakit. Lebih baik dia cemburu dari pada orang yang dicintainya menyuruhnya untuk berhenti.

"Hiks, please, please aku gabisa tanpa kamu chika, hati aku sakit" ucapnya lirih bahkan hanya dia saja yang bisa mendengarnya, ia menunduk merasakan sakit di hatinya yang kian lama semakin menyakitkan. Melihat mobil yang ditumpangi Chika menjauh meninggalkan dirinya sendirian di tempat yang sangat gelap, seperti harapannya yang ingin mendapatkan hati Chika. Sangat suram, bahkan tak ada cahaya disana.

Chika dengar, namun ia mengabaikannya. Bukan hanya Ara tapi dirinya juga sakit, air matanya luruh begitu saja dari tempatnya, membiarkannya jatuh membasahi wajahnya.

Chika masuk dan menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Ara tersadar saat hanya dia yang ada di tempat itu, buru-buru ia menghapus jejak air matanya, bangun mengabaikan lututnya yang kotor.

Bukan saatnya ia menangis, ia harus meminta kejelasan dari Chika sekarang.

Ara masuk kedalam mobilnya yang terparkir tak jauh darinya.

*****
"Maaf, maafin aku Ra" dimobil lain, Chika juga menangisi perbuatannya tadi. Ia tak munafik jika ia memang memiliki perasaan yang sama seperti yang Ara miliki padanya.

Tapi jika tidak seperti itu, ia tak punya pilihan lain selain menyakiti Ara dan,,, dirinya sendiri.

"Aku harap kamu bisa lupain aku dan,," dadanya sakit lagi sebelum melanjutkan ucapannya " dan kamu dapat orang yang bener-bener cinta sama kamu Ra" lanjutnya lirih, diiringi dengan tangis yang menyakitkan.



***
Ara tak memperdulikan umpatan orang-orang pada dirinya, kala ia melaju kencang di jalan raya. Bahkan rem saat ini tak memiliki fungsi kegunaannya karena Ara lebih memilih mempercepat laju mobilnya tanpa memedulikan keselamatan dirinya sendiri.

"Please Chika, tolong jangan gini aku gabisa" ucapnya

"Aku gabisa Chik, aku gabisa" lanjutnya lirih.

Didepan ia tak melihat mobil putih yang memuat barang-barang ingin memotong jalan untuk menyebrang.

Ara menunduk mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan sesak didadanya tanpa memedulikan klakson kendaraan yang lain

Dan,

Bughh

*****



"Aduh kakak dimana ya, dari tadi tapi kok belum balik-balik juga perasaan bunda ga enak, kamu dimana sih kak" ucap bundanya khawatir saat tak mendapati anaknya yang pulang, bahkan jam sudah ingin menunjukan pkl 21.30 tapi lihatlah, anaknya tak ada tanda-tanda ingin pulang. Biasanya jika ia ingin main, pasti akan mengabari bundanya.

I'm expecting youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang