6

1.7K 279 192
                                    

Azizi baru selesai mandi dan berganti baju, sambil menyisir, pandangannya terhenti pada sebuah box coklat. Azizi meraih box yang cukup besar itu lalu menatap kekasihnya yang sekarang sedang fokus bermain ponsel.

"Dikasih siapa?" Azizi mengangkat coklatnya, ia tau Ashel tidak mungkin membeli coklat semahal itu karena semua tabungan Ashel ia simpan.

"Adel." Ashel tidak berusaha menutupinya karena untuk apa? Azizi berhak tau dari mana ia mendapatkan coklat itu.

"Siapa yang izinin kamu nerima coklat dari orang?" Azizi menyimpan kembali coklat itu. Azizi berjalan mendekati Ashel untuk duduk di depannya. "Kembaliin." Sedikitpun Azizi tidak suka Ashel dekat dengan Adel meskipun hanya sebatas teman. Sudah cukup hubungan dengan Marsha dulu dihantui oleh keberadaan Adel.

"Aku gak bisa kembaliin gitu aja, babe, lagian kapan lagi kan aku nyobain coklat semahal itu?" Ashel tersenyum sambil menggeleng, ia tidak akan mau mengembalikan coklat itu, selain karena tidak menghargai, ia juga ingin mencobanya.

Senyum Ashel pudar, Ashel sedikit takut sekarang melihat tatapan Azizi berubah tajam. Ia meraih tangan Azizi dan menciumnya lembut. "Cuma coklat, Zee."

"Kembalikan coklatnya, you got it?" Azizi menarik tangannya dari genggaman Ashel. "Jangan pernah menerima sesuatu dari orang lain tanpa seizin aku." 

"Why are you making a fuss just because of that?" Ashel sama sekali tidak mengerti kenapa Azizi bisa sekesal ini, bukannya hal biasa jika saling memberi atau menerima?

"Do you understand what I'm saying? Kembalikan atau aku akan bakar coklat itu." Azizi mendelik tajam pada Ashel sebelum berdiri dari kasur kemudian meraih rokoknya di atas meja.

"Aku gak akan kembaliin coklat itu." Ashel tetap tidak mau mengembalikan. Apa yang harus ia katakan pada Adel? Adel sudah sangat baik hari ini, membayarkan es krim dan makan untuknya bahkan memberikan coklat itu, bagaimana ia bisa secara tidak sopan mengembalikan coklat itu?

"You're testing my patience." Azizi mengambil coklat itu, ia menatap Ashel dan tepat dihadapan Ashel, ia melemparkan coklat itu dengan sangat keras hingga coklatnya berhamburan hampir ke seluruh lantai kamar Ashel.

"Zee?" Ashel tidak menyangka dengan apa yang Azizi lakukan, tangan Ashel sedikit bergetar, ia tidak pernah melihat Azizi semarah ini sebelumnya. "What are you doing?" Ashel memandangi coklat yang berserakan di mana-mana.

Azizi mencengkram pergelangan tangan Ashel dengan sangat erat, "Aku peringatkan kamu untuk pertama dan terakhirnya, jangan pernah menerima sesuatu dari orang lain tanpa seizin aku! Ngerti kan?!" Azizi menarik tangan Ashel ke arahnya dan menatapnya tajam.

Ashel belum menjawab karena masih sangat shock, nafasnya bahkan mulai tersendat, apa yang sedang Azizi lakukan kepadanya? Kenapa Azizi jadi sekasar ini? Tubuh Ashel sedikit bergetar sekarang. Ashel meringis saat kuku Azizi menusuk pergelangan tangannya, "Sa-sakit, tolong." Ashel mencoba melepaskan cengkraman Azizi.

Azizi mendorong kasar tubuh Ashel sampai terbanting ke kasur kemudian berjalan pergi, sambil melangkah, Azizi menendang box coklat itu dan menutup pintu dengan bantingan keras. Ashel benar-benar sangat keterlaluan, berani sekali menerima hadiah coklat dari orang lain tanpa izin darinya.

Air mata Ashel menetes tiba-tiba, Ashel masih tidak berkedip sama sekali, selama menjalin hubungan dengannya, ini pertama kalinya Azizi bersikap kasar. Apa kekasihnya itu berubah? Atau ia memang sama sekali tidak mengenal Azizi? Ashel memejamkan mata, berusaha untuk menenangkan dirinya. Selama hidupnya, tidak ada satupun orang yang pernah bersikap sekasar ini kepadanya. Apa yang terjadi pada Azizi sebenarnya?

Ara yang sedang bermain PS jadi menoleh ketika ponselnya bergetar, ia sudah sedikit mabuk sekarang, jadi ia harus mendekatkan ponsel itu ke wajahnya untuk melihat siapa yang menghubunginya tengah malam seperti ini, ternyata Azizi. Ara langsung menghubungkan panggilan.

AKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang