Takdir membentuk kehidupan kedua kali untuk mereka yang merasa dunia tak adil,
Berpeluang memberi kan si malaikat kacukan iblis itu untuk menemui cinta nya dengan cara yang baik .
Namun, demikian ia tetap menggunakan cara terkutuk bagi mengambil ke...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
Panas terik sangat menyengat. Felix merasa pusing karena cahaya matahari yang begitu silau. Ia berjalan lunglai ke arah kakaknya, berharap bisa merebahkan tubuh lelahnya di sana. Namun, sang kakak hanya menoleh sekilas-acuh, tak peduli terhadap tingkah yang lebih muda.
Perjalanan ke arah barat tidak dekat, sehingga mereka harus menggunakan kapal layar pribadi milik Hyunjin untuk sampai ke sana.
Selama perjalanan, mereka membicarakan berbagai kejadian aneh yang menimpa daerah-daerah di sekitar. "Kasihan... banyak yang mati muda, mana belum sempat punya keturunan pula," gumam Hyunjin sambil menghela napas.
Seungmin dan changbin memutar bola mata mereka serempak setelah mendengar kata-kata hyunjin.
Minho memejamkan mata, mencoba mengistirahatkan diri. Percakapan keluarga kemarin benar-benar menguras tenaga. Terutama ketika sang Permaisuri-sang ibu. begitu teruja mendengar bahwa mereka kemungkinan menemukan bunga takdir.
"Aku sangat ingin tahu siapa rupawan bunga takdir kita, ho," ucap suara Rhino di dalam dirinya.
"Kita akan melihatnya bersama nanti," balasnya pelan.
"Kau rasa... dia siapa?"
"Tak tahu. Soal jodoh hanya Dewi Moni yang tahu," jawab Minho singkat.
"Aku penasaran dari kemarin. Kalau orang itu berhasil menarikku, akan kupastikan dia jadi milikku selamanya," ujar Rhino penuh keyakinan.
Minho bergidik geli mendengarnya. Namun tak lama, "Aku juga," bisiknya nyaris tak terdengar.
"Selamat datang di Kerajaan Ability Elveras, Tuanku," ucap seorang penjaga. Mereka mengangguk asal sambil menatap kagum pada kerajaan megah yang terbentang di hadapan mereka.
"Tak berubah sama sekali," ujar Seungmin lirih.
"Bisakah kau tunjukkan arah ke ruang menunggu?" tanya Bangchan, dan segera dijawab dengan anggukan sopan.
Sepanjang perjalanan, kekaguman mereka tak berhenti. Dari luar, istana itu tampak biasa saja meski ada sedikit perbezaan. Tapi bagian dalamnya... begitu elegan dan megah. Perubahan setelah dua tahun sangat mencolok-mereka tak bisa lepas pandang.
"Kita sudah tiba, Tuanku," ujar si penjaga, Bangchan mengangguk sambil sedikit membungkuk. "Terima kasih."
"Yang Mulia Putra Jeongin sudah menunggu di dalam," tambah penjaga itu sebelum pergi.
Pintu besar perlahan terbuka. Jeongin berdiri di baliknya, menyambut keenam tamunya dengan senyum lebar.
"Tuanku, kami meninggalkanmu di sini," ujar pelayan di samping Jeongin sebelum mundur dengan sopan.