Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
"Kakek kumohon... ijinkan aku menemui kak Kavi."
Wilasa berlutut memohon pada kakeknya, dia tengah terkena serangan panik, selalu saat dia di tekan oleh kakeknya. Serangan paniknya muncul pertama kali, saat Samana menunjuknya sebagai pewaris. Meski terkena serangan panik, meski di landa gelisah hebat, dia tak mau menyerah, dia masih berharap Samana akan bermurah hati.
Samana tak menghiraukan cucunya, ia menyeret langkahnya pada sofa di tengah ruangan, kamar Wilasa. Wilasa mengikutinya, kembali bersimpuh di depan Samana, keringat dingin turut menyertai permohonannya.
"Setidaknya ijinkan aku menghubunginya, Kek... ini sudah terlalu lama."
Samana terlihat begitu santai dengan kaki menyilang, ia seakan menulikan rungunya pada permohonan Wilasa.
"Kenapa Kakek seperti ini...? Kumohon, Kakek..." Wilasa mengatur nafasnya yang tercekat, "Kakek bukannya tak merestui hubungan kami 'kan?"
Samana hanya melirik Wilasa yang berada di bawahnya.
"Apa? Apa yang sebenarnya Kakek takutkan?" Runtuh sudah pertahanannya untuk tetap tegar, air matanya jatuh meluruh.
Sebenarnya Samana terenyuh melihat cucunya sendiri seperti itu, tapi dia harus tegas, ia tak ingin kehilangan lagi.
Samana takut, seperti yang di pertanyakan Wilasa. Ia takut kehilangan Wilasa. Byakta, anak kesayangannya telah lama berpulang, Tanisha pun selalu memberontaknya. Ia tak ingin kehilangan satu- satunya harapan di keluarganya, Wilasa.
TOK TOK TOK!
Suara ketukan pintu terdengar, setelahnya Johnny membuka pintu mempersilakan seorang wanita tua masuk dengan nampan makanan. Dia Ajeng, wanita yang merawat Wilasa selama di kurung kakeknya sendiri di mansionnya.
Ajeng masuk setelah di ijinkan Samana mendekat, ia menaruh nampan berisi makan siang Wilasa di coffee table dekat Samana.
Wilasa yang melihat Ajeng segera menghambur di bawah Ajeng, berharap wanita itu dapat membantunya.
"Bik, tolongin Wilasa, Bik."
Tentu saja Ajeng panik dengan majikannya itu yang tiba-tiba bersimpuh di kakinya. Ia segera turut duduk, menahan Wilasa yang masih merendahkan dirinya agar siapa pun mau menolongnya.
Johnny yang masih berdiri diluar kamarpun sama saja, malahan pria itu tak ada niatan untuk menolong Wilasa. Memang karena sifat aslinya atau karena ada Samana disana.
Tanisha tiba-tiba saja menyeruak diantara keributan itu, ia menarik paksa Wilasa untuk berdiri.
"Jangan pernah memohon pada mereka!"
Tanisha berteriak pada Wilasa yang masih terisak. Dirinya menatap sengit sang ayah lalu bergantian pada Ajeng. Samana beranjak dari duduknya, ia terlihat angkuh, menantang putrinya sendiri.
"Mau jadi ibu peri buat Wilasa Kamu?" Sindirnya, "Bawa Taeny kemari, biarkan aku melihat cucuku yang lain."
Tanisha mendecih pada lontaran Samana.
"Hanya itu yang kuminta, setelah itu akan kubiarkan Wilasa menghubungi gadis itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT (WINRINA) ✔️
RomancePenjaga jiwa itu muncul dari belahan jiwa. Di mana penjaga jiwa akan menunjukan cintanya pada belahan jiwanya. Cerita ketiga dari Heavy Heart series.