"Bunda, Abang boleh tanya ga?"
"Boleh, tapi sambil bantuin Bunda potongin kentang ya? Biar cepat selesai." Wanita paruh baya itu sedikit bergeser guna memberi ruang untuk sang anak agar dapat bergabung di pantry minimalis itu.
Weekend kali ini, Selatan dan keluarga berencana menghabiskan waktu dirumah, memasak dan bermain di taman belakang.
Ngomong-ngomong soal memasak, Selatan bukannya anak laki-laki yang tidak tau urusan dapur, setiap kali melihat Bunda memasak, ia pasti ikut membantu walaupun saat masih balita belum diizinkan memegang pisau, ia akan mencari alternatif lain agar tetap bisa membantu Bundanya memasak. Tak hanya memasak, pekerjaan rumah pun Selatan handle bersama Bunda tersayangnya.
"Abang mau tanya apa ke Bunda?"
"Menurut Bunda, kalau perempuan temanan sama laki-laki tapi cara bertemannya romantis, gimana?" Pertanyaan itu cukup membuat Bunda Selatan bingung dan segera menoleh kearah Selatan yang masih berkutat dengan kentang.
"Abang diperlakukan kayak gimana sama teman perempuan abang?"
Selatan menengok dan tersenyum, mengelus lembut telapak tangan milik Bundanya, "Bukan Abang Bunda, teman Abang." Bunda Selatan langsung bernafas dengan lega, khawatir sekaligus takut anaknya diperlakukan tidak baik oleh perempuan.
"Menurut Bunda, mau berteman sedekat apapun perempuan dengan laki-laki, mereka berdua harus tetap ada batasan Abang, laki-laki harus mengontrol nafsu buruknya dan perempuan harus pintar menolak dan menghindari hal buruk itu tanpa menyinggung perasaan laki-laki."
Oh nampaknya Bunda disini salah paham. "Ga sejauh itu Bunda, romantis nya cuman kayak saling pelukan, atau saling peduli tapi mengarah ke hubungan pacaran, padahal mereka cuman berteman." Selatan berusaha mengubah pandangan Bundanya agar lebih masuk kedalam topik sebenarnya.
"TTM dong itu namanya."
"TTM??"
"Teman Tapi Mesra, hehehe." Siapa sangka wanita yang mengangkat semangkuk nasi kemeja makan itu cukup gaul. Kemana saja Selatan selama ini.
"Bunda.. dia kayak gitu nya ke banyak laki-laki."
"Waduh, gimana ceritanya sih Bang? Masa semua laki-laki diperlakukan kayak gitu?"
Akhirnya Selatan dan Bunda sama-sama dibuat bingung dengan karakteristik perempuan yang diceritakannya.
"Bunda ada satu asumsi, tapi Abang harus jujur. Beneran teman Abang atau siapa nih??" Bunda mencolek pipi Selatan, menggodanya sambil menaikturunkan alis.
Pasalnya, Selatan bukanlah orang yang kepo terhadap tingkah laku orang sekitarnya, sejauh ini Selatan hanya menceritakan kesehariannya yang makan ini, jajan itu, belajar ini, kepada Bundanya. Tak pernah sekalipun Selatan bertanya ataupun menceritakan seseorang dengan terbelit seperti ini. Wajar bukan jika sang Bunda merasa sedikit curiga?
"Bukan siapa-siapa nya Abang kok." Jawab Selatan seadanya dan memasukkan potongan kentang kedalam panci sup.
"Ya udah, biarin aja Abang penasaran. Padahal Bunda yakin asumsi Bunda ini 90% terjamin loh kebenarannya."
Apalah daya Selatan yang imannya hanya sebutir beras, mana kuat ia menahan rasa penasarannya yang sudah diujung tanduk. Sebenarnya ia tidak mau memikirkan hal ini terlalu larut, tapi entah mengapa setiap Selatan mencoba melupakan, fokusnya selalu mengarah ke 2 permen yang masih terbungkus rapih berada diantara tumpukan alat tulisnya. Ia pun bingung, sebenernya ia hanya penasaran atau jangan-jangan ia menyukai Kakak Kelasnya itu?
Sedikit tidak tega rasanya membiarkan sulung gantengnya ini mengerutkan kening, berfikir keras tentang seseorang yang ditanyakan tadi, "Kalau asumsi Bunda, semua perilaku orang yang aneh atau sedikit berlebihan dari biasanya, pasti mereka punya alasan tersendiri. Mungkin mereka ngelakuin hal itu dalam maksud baik atau bisa juga buruk. Tergantung alasan yang buat mereka jadi kayak gitu." Mendengar hal tersebut dari Bunda, pikiran Selatan seakan-akan terhipnotis untuk kembali berpikir, apakah benar dibalik perilaku 'friendly' tersebut tersimpan suatu alasan yang banyak orang tidak tau?
"Abang, mikirinya nanti aja ya? Sekarang bantuin Bunda angkat ini satu-satu ke taman belakang."
Selatan mengangguk dan segera melaksanakan perintah Bundanya, sambil mengangkat semangkuk sup dan membawanya ke taman belakang ia mencoba memfokuskan pikirannya untuk menikmati waktu weekend dengan keluarganya hari ini. Toh tidak baik kan larut dalam masalah orang lain, lagipula belum pasti juga jika ia menyukai Putri Binus itu, bisa saja ini hanya rasa penasaran sesaat.
Setelah sampai, pemandangan pertama yang Selatan liat adalah Ayahnya yang harus jadi kuda untuk kedua Adiknya. Rasanya Selatan bangga sekali tubuh dari keluarga yang harmonis, Ayah adalah sosok yang penuh tanggungjawab dan hangat untuk keluarga, Bunda juga tak kalah hangat dan sangat menyayangi semua anggota keluarga, dan kedua Adiknya, Satya dan Sonya adalah buntalan imut dan lucu menambah kesan ceria didalam rumah. Selatan bisa menghabiskan seluruh hidupnya untuk selalu bersama mereka. Menurutnya keluarga adalah nomor satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You; Marissa Fajarasha
Teen FictionGue ga tau kenapa gue bisa suka sama Kak Marissa, gue bahkan juga ga tau yang gue rasain sekarang itu perasaan suka, sayang, atau cinta ke Kak Marissa. 2 permen dan senyum itu punya Kak Marissa. Sifat gue yang kurang menguntungkan untuk tau segala...