Hessa memeluk tubuh besar zizan ia mendekap erat tubuh zizan tetapi zizan tidak membalas nya ia hanya sedikit terkejut.
Zizan mendorong hessa dengan kuat membuat hessa terjatuh ke lantai, "gue ga mau pelukan dengan orang munafik kayak lo," satu kata yang membuat hessa sakit hati ialah di katakan munafik oleh abang sepupunya yang ia sudah anggap seperti abang kandungnya.
"GUE GA MUNAFIK BANG," hessa mulai meninggikan suara nya
"lo lupa atau gimana? 2 tahun yang lalu hess masa lo ga inget?," zizan tersenyum miring, "lo kan yang bunuh ayah sama bunda gue lo bunuh bersama ayah lo itu rahardian edwin kan," ia berbicara dengan nada santai namun terlihat menyeramkan di mata hessa
Hessa meneguk saliva nya tanpa sadar zizan telah mengeluarkan cutter dan mulai menusuk lengan kiri hessa dengan mata cutter itu, "arghh," rintih hessa kesakitan ia memegang lengan kiri nya yang penuh dengan tetesan darah
"2 tahun lalu kan gue ga sempet nusuk lo karena di tolongin reno, jadi gue nusuk lo sekarang aja, gimana rasanya enak kan," zizan mendorong tubuh hessa kuat untungnya bima menangkapnya.
Zizan kemudian pergi meninggalkan kelima pria itu ia tak lupa untuk mengunci pintu basement tersebut agar mereka tidak bisa keluar dari sana.
Hessa masih menrintih kesakitan, dan dian tampak sibuk mencari sesuatu yang bisa menambal luka nya itu namun nihil disini tidak ada apa apa, alhasil dian berniat untuk merobek sedikit dari pakaian nya namun dihalang oleh hessa
"gausah disini dingin nanti lo kedinginan," ujar hessa dengan suara yang bergetar
"gapapa, daripada luka lo terus mengalir gue gapapa kedinginan," dian mulai merobek kan sedikit pakaian nya lalu menempelkan di lengan kiri hessa yang telah terluka itu
"kita terjebak," raden tiba tiba berbicara spontan keempat temannya melihat ke arah nya.
"kita dalam bahaya, kita harus kabur dari sini," rendra mulai berbicara juga.
"caranya gimana?," tanya dian
"buka pintu itu, hanya itu salah satu caranya karena sekarang kita berada di ruang bawah tanah pastinya," bukan Rendra menjawab melainkan bima, ia menunjuk tangga yang di depannya ada pintu menuju lantai satu rumah ini
"kita harus bergerak cepat, agar kita tidak mat*i disini," ujar hessa dengan lengan nya yang dibalut oleh potongan pakaian dian
"coba kita ke depan pintu itu," hessa, raden, dian, rendra mengangguk dengan perintahan bima, mereka berlima menaiki tangga dan tiba lah di depan pintu tersebut.
"siapa yang bisa buka?," tanya hessa seraya menatap satu persatu temannya
"kebetulan di saku gue ada jepitan rambut ga tau punya siapa," rendra mengambil sebuah jepit rambut dari saku nya lalu menyodorkan nya ke pada hessa
Dian sedikit ingin tertawa, "punya siapa itu," ujarnya
"gatau gue, kalau kakak atau adik ga mungkin orang gue anak tunggal," canda rendra
"hahahahaha," dian tertawa bersama rendra sampai akhirnya mereka berdua di marahi oleh bima, "kalian fokus dulu anj*ng jangan bercanda," bima menaikkan nada bicaranya.
"iya iya maaf," ujar dian dan rendra secara serempak.
"sini jepitan nya gue buka," raden menyodorkan tangan nya agar di berikan jepit rambut oleh hessa yang kini sudah memegang jepitan rambut itu
Hessa memberikan jepitan itu, "ini."
Raden akhirnya fokus dengan aktivitas nya itu, ia mulai berusaha keras agar terhindar dari kematian dan menyelamatkan teman temannya yang lain.
Namun saat sudah berhasil membuka pintu tersebut, ada seseorang di balik pintu tersebut yang ingin juga memasuki basement tersebut.
mereka berlima sontak kaget dan hessa takut jika di balik pintu itu adalah zizan, jika benar habis mereka berlima di malam ini.
crekk!!
Suara pintu terbuka menampakkan wajah putih bersih dengan ekspresi wajah yang datar seraya di tangan nya ada berbagai snack dan air mineral, mereka tidak asing lagi dengan muka pria itu, "itu lion eh bukan itu reno."
Hessa sedikit melega tetapi juga masih takut bagaimana jika lion atau reno itu akan memberi tahu zizan sama aja mereka akan habis di malam ini.
"nih ambil," Reno menyodorkan tujuh air mineral dan beberapa snack.
"gamau, nanti didalam nya ada obat tidur lagi," tolak rendra
"ga ada ini aman, bukan zizan yang nyiapin gue yang nyiapin nya," ujar reno
"sama aja kan sama sama pisikopat," dian menekan kata kata nya
Reno mulai kesal karena mereka tidak memercayai nya, reno kemudian mengambil satu dari air mineral itu lalu menghabis kan nya dengan cepat sehingga baju yang ia kenakan sedikit basah, "sudah percaya kan?" tanya reno
"Ambil aja tu, daripada laper nanti," raden menyuruh rendra untuk mengambil air mineral dan snack yang ada ditangan Reno
"thanks," Rendra berterima kasih dan reno hanya berdeham lalu meninggalkan mereka dan mengunci pintu tersebut
Saat reno sudah meninggalkan basement itu, kelima pria itu turun lagi menuju lantai basement tersebut, dian mengeluh, "yahh gagal," keluh dian
"jam 12 malam kita coba lagi," bima melegakan keempat temannya yang lain, lalu mereka berlima juga telah memakan dan meminum minuman dan snack yang telah diberi reno tadi.
***jam 00:00
Hessa, raden, bima, dian, dan rendra belum juga tertidur di jam segitu karena mereka memang menunggu waktunya, waktu untuk kabur.
Raden mulai lagi berusaha membuka pintu tersebut dengan jepitan rambut milik rendra, usaha tidak akan mengkhianati hasil dan akhirnya raden berhasil membuka pintu tersebut dengan perlahan.
Mereka berlima berjalan dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara, mereka berjalan menuju pintu rumah ini, dan mereka mengintip melalui jendela yang ada disamping pintu keluar itu dan kesialan mereka datang dua kali dengan hal yang lebih parah dari yang sebelumnya saat dipergoki oleh reno.
"tamat riwayat kita!."
"disana banyak penjaga..."
#DAY7 Salmasr13

KAMU SEDANG MEMBACA
Masa lalu seorang psychopath (END)
Misteri / ThrillerAzizan edwin lesmana, seorang pisikopat yang ingin membunuh orang yang telah merusak kebahagiaan nya di masa lalu yaitu Rahardian pria tua, hessa, raden, bima, dian, dan rendra lima pria muda. azizan juga seorang buronan yang dicari cari oleh polisi...