Sehari setelah Claude kembali dari rumah sakit, Evelyn kembali berpamitan pada kedua adiknya untuk kembali bekerja. Ia kembali menitipkan kedua adiknya pada nyonya Matilda, wanita itu dengan senang hati menjaga keduanya seperti yang sudah biasa ia lakukan sebelumnya.
Di dalam kereta kuda yang membawanya menuju kediaman Radlieffe, Evelyn terdiam sembari memikirkan kembali lamaran dari Felix beberapa waktu yang lalu. Selama ini pria itu sudah banyak membantunya, Felix membantunya mencarikan barangnya yang sudah dicuri, juga membayar biaya pengobatan adiknya. Evelyn merasa itu sudah cukup untuk meyakinkan dirinya kalau Felix bersungguh-sungguh ingin menikah dengannya.
Tanpa sadar Evelyn tersenyum, setelah ia pikirkan secara matang-matang, hari ini ia akan menjawab lamarannya. Walaupun sebelumnya ia pernah membenci pria itu, jauh di dalam lubuk hatinya ia masih menyimpan perasaan padanya.
Evelyn turun dari kereta kudanya saat tiba di tempat tujuan. Selesai memasukkan semua barangnya ke kamar, ia langsung pergi menuju ruang kerja duke.
Gadis itu mengetuk pintu ruangan kemudian masuk setelah Felix mempersilahkannya.
"Bagaimana keadaan adikmu?" tanya Felix yang duduk di tempatnya sembari tersenyum tipis, ia senang karena Evelyn kembali lagi ke tempat ini karena sebelumnya ia sempat cemas kalau Evelyn tak kembali.
"Keadaannya jauh lebih baik sekarang, terima kasih karena kau sudah banyak membantuku, kalau saja kau tidak membantuku, mungkin saja aku sudah kehilangannya" ucap Evelyn mengulum senyum tipis di bibirnya.
"Itu bukan masalah besar, kau tidak perlu berterimakasih" timpal Felix santai, walaupun begitu, hatinya begitu puas dan senang mendengar Evelyn berterima kasih padanya.
"Sebenarnya ada satu hal lagi yang mau ku sampaikan padamu" Evelyn menundukkan pandangannya, ia berusaha memantapkan dirinya untuk mengatakannya pada Felix.
"Apa itu?" tanya Felix penasaran.
"Soal lamaranmu waktu itu, aku akan menerimanya. Aku mau menikah denganmu" ucap Evelyn mantap. Ia sudah memikirkannya baik-baik, selama ini Felix sudah banyak membantunya sehingga membuatnya yakin untuk menikahi pria itu, walaupun sebelumnya ia sempat meragukannya.
Felix seketika melebarkan matanya setelah mendengar sendiri dari mulut Evelyn, ia tak menyangka hari ini wanita itu menerima lamarannya. Ia beranjak dari kursinya dan memeluk Evelyn dengan erat, akhirnya jawaban yang selalu ia nantikan keluar dari mulut wanita itu sendiri.
Tubuh Evelyn menegang saat Felix merengkuhnya, ia sedikit kaget karena pria itu tiba-tiba saja memeluknya tanpa aba-aba terlebih dahulu. Namun Evelyn tak marah, ia tersenyum dan membalas pelukan pria itu. Ia yakin kalau keputusannya untuk menerima Felix kembali adalah keputusan yang tepat.
"Terima kasih, Evelyn" bisiknya didekat telinga Evelyn.
Felix melepaskan pelukannya, ia kemudian menarik laci dan mengambil sesuatu yang ada disana. Evelyn mengeryit saat tau kalau yang Felix ambil adalah kotak cincin, sejak kapan pria itu menyiapkannya.
Felix membuka kotak itu dan mengambil sebuah cincin berlian di dalamnya. Pria itu kemudian meraih jemari Evelyn dan menyematkan cincin itu di jari manisnya.
"Semoga kau menyukainya" ucapnya kemudian mencium punggung tangan Evelyn, ia tak melepaskan tatapan dari mata gadis itu.
Evelyn tersenyum lebar hingga membuat kedua matanya menyipit seperti bulan sabit "Ini sangat indah, aku menyukainya" ungkapnya sambil menatap cincin permata warna biru yang sama dengan warna bola matanya itu.
Jantung Felix berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa melihat senyuman lebar di wajah wanita itu. Eantah sejak kapan tarakhir kali malihat Evelyn tersenyum seperti itu padanya.
Felix tanpa sadar meraih pipi gadis itu, tatapan matanya tertuju pada bibir ranum yang sedari tadi menarik perhatiannya, entah dorongan dari mana pria itu perlahan mulai mendekatkan wajahnya pada Evelyn.
Semenatra itu detak jantung Evelyn tak beraturan saat wajah Felix lebih dekat dengannya. Ia mulai menutup matanya perlahan. Tak lama kemudian sebuah ciuman lembut mendarat di bibirnya.
***
Setelah menerima lamaran dari Felix, Evelyn tak lagi bekerja sebagai pelayan. Felix memindahkan kamar tidur Evelyn di salah satu kamar dekat dengan kamarnya karena sebentar lagi ia akan menjadi calon duchess, karena tidak mungkin ia tetap berada di kamar pelayan yang dulu ia tempati.
Sejak saat itu, Evelyn tak lagi memakai pakaian pelayan karena Felix membelikannya gaun baru yang biasa di kenakan oleh para bangsawan wanita. Ia juga sering makan malam bersamanya sembari membahas tentang pesta pertunangan dan pernikahan yang akan di selenggarakan secepatnya.
Hari ini para pelayan terlihat sibuk dari biasanya, beberapa hari lagi dikediaman duke akan diselenggarakan pesta pertunangan antara Evelyn dan Felix, karena setelah Evelyn menerima lamaran Felix, ia langsung memerintahkan bawahannya untuk segera menyiapkan pesta pertunangan dan memberikan undangan kepada beberapa bangsawan ibu kota.
Evelyn berjalan menyusuri lorong menuju sebuah ruangan setelah Lorenzo memintanya datang untuk menemui Felix karena ada hal penting yang akan ia katakan.
Ditengah jalan, Evelyn tak sengaja berpapasan dengan dua orang pelayan yang dulu pernah merundungnya saat ia menjadi pelayan.
Wajah kedua pelayan itu terlihat pucat saat mata mereka bertemu dengan Evelyn. Sekarang Evelyn akan menjadi calon duchess, tentu mereka takut kalau tiba-tiba ia memerintahkan Felix untuk memecat mereka setelah apa yang pernah mereka lakukan padanya dulu.
Salah satu menunduk lebih dulu dengan ekspresi ketakutan, kemudian diikuti temannya,
Evelyn menatap keduanya beberapa saat kemudian berlalu. Tentu Evelyn ingat betul bagaimana kedua orang itu tertawa puas setelah menendang ember miliknya saat akan mengepel lantai. Namun, ia tak ingin berurusan dengan mereka lagi.
Sementara disisis lain, kedua pelayan itu bernafas lega karena Evelyn tak membalas perbuatan buruk yang sudah mereka pernah lakukan padanya. Kalau itu orang lain mungkin mereka berdua sudah dipukul dan dipecat dari sini dengan tidak hormat.
Evelyn masuk ke sebuah ruangan yang Lorenzo katakan, sudah ada Felix disana. Pria itu duduk di sofa sembari memeriksa beberapa kertas diatas meja.
Felix mempersilahkan Evelyn duduk disampingnya, ia kemudian menyerahkan sebuah berkas dan menyuruhnya membukanya. Gadis itu hanya menatap heran kearah berkas itu, ia penasaran berkas apa yang Felix berikan padanya.
Evelyn mulai membukanya kemudian membaca dokumen itu dengan serius, ia mengernyitkan keningnya setelah membaca beberapa bab didalamnya. Ia terkejut karena dokumen yang Felix berikan padanya adalah dokumen yang menyatakan kalau dia sekarang resmi menjadi seorang countess. Dokumen itu di beri stemple langsung oleh kaisar karena setelah kematian seorang bangsawan, seorang penerus yang ingin meneruskan gelar harus mendapatkan persetujuan dari kaisar terlebih dulu.
"Sekarang kau sudah resmi menjadi countess, kaisar sudah memberimu gelar itu setelah kematian kedua orang tuamu. Kau juga tidak perlu khawatir dengan mansion mu, aku sudah membelinya kembali dan sekarang itu menjadi milikmu" jelas Felix.
Evelyn meletakkan kembali berkas itu di atas meja. Ia menatap Felix dengan mata berkaca-kaca "Terimakasih, aku tidak tahu bagaimana membalas semua ini" tidak hanya menyelamatkan adiknya, kini Felix mengembalikan gelar dan juga rumah yang menjadi kenangan masa kecilnya.
Felix menghapus air mata yang mulai jatuh di pipi gadis itu "Kau tidak perlu membalasnya, kau hanya perlu berada di sisiku. Itu saja sudah cukup" ujarnya lembut.
Evelyn memegang tangan Felix yang menyentuh pipinya "Aku berjanji, tidak akan pernah meninggalkanmu" ujar gadis itu membalas senyuman Felix.
Mata Felix sedikit melebar saat Evelyn mengatakan hal itu. Ia menarik pinggang Evelyn kemudian merengkuhnya di dalam pelukannya. Evelyn tertegun beberapa saat karena pria itu menyentuhnya tanpa aba-aba. Ia tidak menolak, lalu membalas pelukan pria itu.
"Terima kasih" ujar Felix singkat dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Fiance's Obsession
Historical FictionKehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Setelah kehilangan rumahnya, evelyn dan kedua adiknya tinggal disebuah rumah kecil yang ada di pinggir...