Satu minggu kemudian.Joanna kembali menjalani harinya seperti biasa. Tentu tanpa Jeffrey di sampingnya. Karena pasca pulang dari rumah orang tuanya, mereka tidak berusaha memperbaiki hubungan. Seolah sudah nyaman jika hubungan mereka berakhir begitu saja.
"Pak Mika datang, Bu."
Joanna mengangguk singkat saat Hani berkata demikian. Sebab dia ada janji dengan si pria sepulang kerja. Bukan untuk mengurus pekerjaan. Namun untuk pendekatan tentu saja. Karena perlahan, dia mulai tertarik pada si pria.
Lagi pula siapa yang tidak suka Mika? Hampir seluruh karyawan wanita di kantor Joanna menyukainya. Memuji bagaimana paras tampannya, postur tubuhnya dan bahkan aroma parfumnya.
Pria itu sempurna dalam penampilan. Tidak heran jika Joanna sangat tergoda. Apalagi dia sudah lama ingin disentuh pria.
Hei. Ini wajar. Joanna wanita dewasa. Dia sudah berkepala tiga. Teman-temannya banyak yang sudah menikah dan memiliki anak. Tidak heran jika hal seperti ini membuat dirinya merasa penasaran juga.
"Jadinya di mana?"
Tanya Joanna yang baru saja keluar ruangan. Dia menatap Mika yang tampan seperti biasa. Kali ini dengan pakaian hitam-hitam kasual. Karena dia bekerja di rumah jika tidak ada meeting yang mengharuskan tatap muka secara nyata.
Ah. Sekedar informasi, Mika ini seorang developer yang biasa mengembangkan aplikasi. Sehingga pekerjaannya dapat dibawa ke rumah dan bisa dikerjakan kapanpun dan di manapun dia ingin. Sehingga waktunya sangat fleksibel saat ini. Tidak heran jika dia bisa menemui Joanna di siang hari. Seperti yang wanita itu ingin.
"Di apartemen Danu. Anak-anak sudah ke situ. Kamu mau ganti baju dulu atau langsung?"
"Kalau ganti baju dulu apa keburu?"
"Keburu, lah. Santai saja. Anak-anak maklum juga. Daripada kamu tidak nyaman?"
Joanna mengangguk saja. Karena hari ini dia memakai rok pendek warna merah muda. Ditambah tank top hitam yang dibalut blazer hitam juga. Sehingga pasti akan sangat tidak nyaman jika dipakai BBQan di apartemen pacar temannya.
"Oke, deh."
Joanna membawa Mika ke apartemennya. Apartemen yang dulu Jeffrey belikan. Karena pria itu memang kaya dan menolak tinggal bersama di apartemen miliknya.
Joanna hanya sesekali menginap di sana. Itu saja tidak pernah terjadi apa-apa. Meski Joanna sering memakai pakaian terbuka dan Jeffrey juga sama. Bahkan pria itu pernah telanjang di depannya saat berganti pakaian. Meski hanya bagian belakang saja yang terlihat.
Dulu. Joanna merasa jika Jeffrey sangat mencintai dirinya. Karena begitu kuat menahan diri untuk tidak menyentuhnya.
Namun sekarang, perlahan dia sadar jika sejak awal Jeffrey memang tidak ada rasa padanya. Pria itu hanya kasihan padanya. Merasa bertanggung jawab akan dirinya. Sehingga memacari dan membantu dirinya bangkit dari keterpurukan. Lalu berakhir dicampakkan.
Ya. Meski Joanna yang memutuskan. Namun dia merasa jika ini adalah rencana Jeffrey sejak awal.
Jeffrey sengaja mengatur pertemuan dengan orang tuanya secara mendadak agar Joanna tidak memiliki persiapan. Agar orang tuanya tidak menyukai Joanna. Lalu berakhir dengan ditentangnya hubungan mereka.
Klasik.
Joanna benar-benar baru menyadari ini. Ingatkan dia untuk bercerita pada Irin lagi. Karena dia jelas butuh opini si teman untuk menenangkan hati.
"Aku boleh masuk, kan?"
"Tentu saja!"
"Permisi..."