Bab 6

89 3 0
                                    

"Suster.... suster...." teriak Sasa.

Sasa memangku tubuh viola dan meletakan nya di bangkar.

"Ada juga terluka nona, berbaring lah." Ucap dokter tersebut.

2 bangkar langsung masuk ke ruangan darurat. Sasa di suntik untuk menghilangakan rasa sakit saat peluru di keluarkan.

2 jam akhir nya Sasa terbangun, ternyata iya di ruang rawat.

"Sudah bangun nona ?" Tanya suster.

"Hmmm, apa ada luka serius ?" Tanya Sasa.

"Tidak nona, peluru tersebut tidak mengenai organ dalam anda."

"Queen." Kemal datang dengan nafas ngos ngosan.

"Sus saya sudah baikan, tolong anda cabut infus ini."

"Tapi anda masih lemah nona."

"Kemal, urus semua nya, saya tidak suka lama lama di sini." Ucap Sasa.

Sasa mencabut asal infus yang terpasang, darah mengalir Sasa dengat cepat menutup nya dengan plester.

Setelah itu dengan santai Sasa keluar dari ruangan itu seperti tidak terjadi apa apa.

" Sasa .. teriak Raisa."

"Kenapa sayang, kamu mimpi buruk?"tanya Wijaya.

"Mas aku mimpi saya melompat dari jurang mas, Sasa bilang kematian lebih baik dari pada hidup tapi menderita." Ucap Raisa.

"Sasa kita mas, aku takut terjadi sesuatu kepada nya." Ucap Raisa histeris.

"Tenang lah ma, ayo kita hubungi dia." Wijaya bergegas mengambil ponsel nya, iya mencoba menelpon anak bungsu nya tersebut. "No Sasa tidak aktif ma." Ucap wijaya.

Raisa bisa merasakan sesuatu terjadi pada putri bungsu nya itu.

"Kirim orang pa untuk memantau putri kita di sana, mama merasa anak kita lagi menentang maut." Raisa makin histeris saat mengetahui no anak nya tidak bisa di hubungi.

Wijaya membawa Raisa kedalam kedekapan nya.

"Tenang lah ma, ayo kita berdoa semoga anak kita tidak apa apa." Wijaya mencoba memberikan Raisa ketenangan walau iya sendiri pun cemas.

Saat Wijaya melihat istri nya kembali tidur, bergegas wijaya menuju balkon yang terdapat di kamar nya.

"Hallo Ben, kau dimana ?"

"Saya sedang di tempat biasa, kenapa bos ?"

"Kau pergi lah ke apartemen putri ku, lihat apa yang dia lakukan."

"Maaf bos akhir akhir ini nona jarang di apartemen." Wijaya terdiam kecemasan nya makin bertambah.

"Kau bantu aku selidiki apa yang putri ku lakukan, aku tunggu laporan mu."

"Baik bos." Wijaya menatap ponsel nya yang sudah menghitam, Wijaya menghempuskan nafas nya dengan pelan.

Namun tanpa sepegetahuan wijaya, Sean mendengarkannya.

"Ada apa dengan nya, apa terjadi sesuatu." Ucap batin Sean.

Kamar Wijaya ada di lantai 3, sedang kan kamar Sean berada di lantai 2. Sean juga merasakan perasaan tidak enak sedari tadi, maka nya Sean keluar kamar untuk menenangkan fikiran nya, siapa sangka Sean mendengar wijaya menelfon.

****

"Lapor Queen, ayah gadis yang kita bantu waktu itu ingin menemui anda ." Lapor kemal.

"Suruh masuk." Ucap Sasa.

CEO TAMPAN DAN QUEEN MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang