Setelah mengurus administrasi, Abel dan Bian berjalan berdampingan untuk pemeriksaan rutin kandungan wanita itu yang sekarang sudah mulai memasuki usia 12 minggu
Harusnya pemeriksaan rutin dilakukan Abel dan Gian, mengingat mereka adalah sepasang suami istri, namun Bian mencoba membujuk abangnya dengan mengatakan bahwa ia ingin menjadi om yang baik, memohon agar Bian diberi kesempatan untuk menemani kakak iparnya itu sekali, hingga Gian akhirnya menyetujui
Gian bilang dia seneng liat anaknya disayang sebegitunya sama omnya, dan lagipula sebenarnya Gian memang sedang ada meeting penting pagi-pagi, jadi Gian memperbolehkan adiknya mengantar Abel tanpa ada rasa curiga apapun
Bian dan Abel tentu saja pergi ke rumah sakit yang berbeda, mereka tidak mungkin datang ke dokter kandungan yang minggu kemarin memeriksa keadaan Abel, bisa-bisa ketahuan apa yang mereka lakukan karena selain periksa rutin, mereka juga akan melakukan treatment medis untuk mengetahui kecocokan DNA antara janin Abel dengan Bian, yang ternyata memang menurut beberapa posedure bisa dilakukan saat janin masih berada di dalam perut dan sudah berusia 9-12 minggu
Keduanya kini duduk di depan ruangan pemeriksaan kandungan menunggu nama Abel dipanggil. Keduanya menunggu dalam keheningan dengan pikiran masing-masing dimana Bian merasa gelisah untuk mengetahui fakta apakah janin yang Abel kandung adalah anaknya atau Gian, sedangkan Abel tak berbeda jauh, wanita itu juga merasa gelisah dan gugup luar biasa, ia bahkan duduk terlalu tegak, tidak bisa sekedar bersandar karena terlalu gugup
Dan Bian menyadari itu, menyadari bahwa wanitanya jauh lebih gugup dari pada dirinya
Pria itu menarik ujung bibirnya untuk tersenyum menyentuh paha Abel, mengelusnya untuk memberi ketenangan sementara wanita itu menoleh
"Bian.."
"Jangan dipikirin, nanti stress"
Abel menggeleng "Tapi gimana kalau ternyata hasilnya gak sesuai harapan?" tanyanya takut sementara yang ditanya memberikan senyum teduh terbaiknya
"Gapapa, seandainya fakta gak sesuai apa yang kita harapkan, semua itu gak akan pernah merubah fakta kalau gue sayang sama lo Abel, lo ga perlu takut, anak gue atau bukan, gue bakal tetep sayang lo dan anak lo"
Abel tersenyum, kali ini meraih jemari Bian yang bertengger di pahanya, memainkan jemari itu untuk mengurangi rasa takutnya sambil kepalanya yang bersandar di bahu adik iparnya
"Atas nama Bu Arabela"
Mendengar namanya dipanggil, Abel kembali menegakkan posisi duduknya menatap Bian takut
"Bian..."
Cup
Bian mengambil kesempatan mengecup sekilas bibir kesukaannya itu sambil tangannya yang kini mengusap perut Abel yang sudah terasa agak menonjol
"Gapapa, jangan takut, ada gue"
"Atas nama ibu Arabela?"
"Iya, sus" Bian menyahut kali ini menggenggam tangan Abel yang terasa dingin, berjalan bersama untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN PASSION
RomanceHubungan terlarang antara Bian dengan Abel yang merupakan kakak iparnya. Bian pikir, itu hanya nafsu sementara, tapi seiring berjalannya waktu perasaan yang ia pikir hanya nafsu berubah. Awalnya ia hanya menginginkan tubuh kakak iparnya, tapi semaki...