-Prolog

8 0 0
                                    

Cerita mengandung konten yang tidak layak di baca bocil

***

Gadis kecil tengah berdiri sambil memegang gagang telepon di rumahnya. Ia menelpon sambil menangis.

"Hiks... hikss... tolong aku, Mama Papa ku tergeletak di lantai dengan dar*h yang banyak" Suara gadis kecil yang di selingi isakan tangis sedang menelpon.

"Siapa nama kamu, nak?" Tanya seorang wanita dari seberang nya.

"Vera"

Vera Anheska Raveena, kerap di panggil Vera. Gadis kecil yang masih duduk di bangku kelas 9. Gadis dengan rambut panjang yang halus nan lembut itu memiliki sifat pendiam.

Tidak berselang lama, karena beberapa polisi dan ambulance sudah berada di rumahnya. Keadaan malam yang gelap, di dapur terlihat 2 orang berbeda jenis terletak tidak berjauhan dengan bersimbah darah.

Para polisi dan detektif segera menyelidiki, mereka memeriksa bagian atas untuk memastikan jikalau ada orang lain lagi.

Benar saja, ada 2 orang yang berbeda jenis juga terlihat terbaring di lantai dengan dar*h yang merembes keluar dari tubuh mereka.

Setelah menemukan orang yang terbunuh, ambulance tersebut membawa orang itu ke rumah sakit untuk di otopsi.

Para polisi tidak menanyai Vera, karena mereka takut untuk merusak mental seorang remaja tanggung itu.

"Tenanglah, nak. Kita akan tau siapa pelakunya" Ujar polisi wanita itu berusaha menenangkan gadis yang di rangkulan nya.

Vera masih terisak menangis. Pikiran nya berlalu beberapa jam yang lalu, mengingat kejadian tersebut. Pandangan nya lurus kedepan.

Para polisi datang juga detektif yang di panggil untuk meninjau lokasi kejadian.

1 jam sudah berlalu tetapi mereka tidak menemukan apa apa. Bagaikan otak yang buntu, polisi dan detektif tersebut tidak menemukan sesuatu yang aneh.

Jika kasus perampokan maka akan ada barang berharga yang akan hilang. Tapi nyatanya tidak ada. Jika kasus pembunuhan berencana sudah pasti meninggal kan jejak walaupun setitik debu. Jika di tanyai kepada tetangga sekitar, mereka bilang keluarga tersebut baik-baik saja. Tidak ada yang mengalami percecokan atau kekerasan, dalam artian mereka adalah keluarga yang baik dan ramah.

Alat yang untuk membunuh saja tidak terlihat, karena yang di lakukan si pembunuh hanya membuat luka yang cukup lebar hingga korban nya meninggal karena kehabisan d*rah.

Jenazah yang di otopsi kini sudah mendapatkan hasil. Dari hasil otopsi terlihat ada banyak tusukan di tubuh para korbannya. Bukan hanya di bagian badan, namun di bagian kaki juga ada luka sayatan dan tusukan.

Polisi dan detektif berpikir hal yang sama, pembunuhan tersebut karena memiliki dendam. Jika tidak korbannya tidak akan di siksa seperti itu. Tetapi jejak jejak si pembunuh tidak ada.

Polisi mulai mencurigai gadis itu, akhirnya mereka menanyakan beberapa pertanyaan kepada Vera.

"Vera? Selama seharian kamu berada di mana?"

"Aku di sekolah, dan pulang sekolah aku mengikuti ekskul sampai aku pulang sore. Hikss... dan, dan lagi aku mengikuti les dan pulang jam 8 malam, dan sampai di rumah jam setengah 9 malam" Vera berbicara sambil sesekali sesenggukan.

Mereka menanyakan pertanyaan kembali.

"Kamu mengikuti les apa? Sampai sampai pulang malam?"

"A-aku mengikuti 2 les, yang pertama aku les bahasa, dan kedua aku les melukis"

Vera or RevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang