Bab 88 #2

65 3 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

My Temporary Teacher - Bab 88 Part 2

Satu bulan kemudian

Usia Arka kini mencapai enam bulan. Dia sudah belajar merangkak dan tentu saja dibimbing oleh sang mama–Mira. Saat berada di atas karpet bulu, Arka beberapa kali kegirangan begitu handal merangkak menghampiri ibunya yang ada di depan.

"Pintelnya anak mama. Pintel banget sih." Mira menggendong Arka lalu diterbangkan ke atas hingga Arka menengok ke bawah sambil tertawa kencang.

Kemudian Mira mengambil kesempatan menciumi tubuh Arka dengan hidungnya, membuat Arka makin kegirangan.

"Mau hadiah apa dari mama? Mau cium aja? Cium aja ya, nak." Mira berinteraksi dengan putra kecilnya itu seraya memeluk dari belakang tubuh Arka. "Cium aja deh. Anaknya mama ganteng banget, mama jadi ingin cium-cium Arka teyus."

Arka kegelian ketika Mira memulai dengan aksinya. Arka langsung terbaring begitu Mira masih lanjut dengan mengecup leher dan pipi Arka.

"Eh kok asyik lihatnya? Arka lagi dicium-cium sama mama." Surya bersuara dengan membuat nada gemas.

Arka yang tahu dengan suara kakeknya spontan berdiri kemudian membuat posisi terlentang lalu menggerakkan kedua tangan untuk merangkak menuju pria paruh baya berjaket kain krem itu.

"Eh, udah bisa merangkak sekarang?" tanya Surya antusias.

"Iya, ayah. Tadi Mira udah ajarin. Awalnya Arka jatuh-jatuh terus, tapi akhirnya udah bisa sekarang."

"Pinter banget nih cucu kesayangannya kakek." Surya perlahan mengangkat tubuh Arka kemudian giliran beliau mencium-cium Arka sampai puas. "Kakek bangga sama kamu."

"Ayah, baru datang?" Shinta yang berpakaian kaos biasa serta celana denim longgar menyambut Surya dengan semangat.

"Ambil Arka dulu, nak. Ayah mau bicara sama ibunya Arka dulu." Surya memberi perintah pada si bungsu untuk menggendong Arka dan membuat posisi seakan ingin mengalihkan tempatnya Arka untuk dia duduki bersampingan dengan Mira.

Shinta menurut lalu kedua tangannya bersiap mengambil Arka dari ayahnya dan langsung berlalu ke kamar miliknya sambil bermain-main dengan tangan mungil Arka.

Ayah dan anak itu terlihat canggung pada awalnya, kemudian Surya mulai mengambil posisi duduk bersila sembari melepas kacamatanya agar leluasa berucap hal penting kepada Mira.

"Nak. Ada sesuatu yang ayah ingin omongin ke kamu. Ini sangat penting." Surya memberatkan suaranya bahkan kini nada bicaranya agak merendah, seakan menganggap hal tersebut sangat serius dan harus disimak betul oleh Mira.

"Apa itu, ayah?" Mira penasaran. Apa yang membuat Surya jadi cemas seperti itu? Bahkan ayahnya memilin kain celana yang digunakan sambil sedikit menundukkan kepala.

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang