"Dia kembali, namun bayangan duka masih menyelimuti hadirnya"
🎶
Masih di tempat yang sama, tempat dimana Yafi melihat adiknya untuk terakhir kali, tempat dimana ia melihat tanah akan segera menelan tubuh tak bernyawa adiknya, isakan kecil masih terdengar dari mulutnya.
Yafi kini hanya bisa bersandar pada tubuh Laras -adik dari Andra, yang merupakan tante dari Bhumi dan Yafi- melihat para penggali kubur menutup kembali liang yang telah mereka gali sebelumnya, ia bahkan tak mampu menegakkan tubuhnya, Yafi masih tidak menyangka adiknya akan pergi secepat ini.
"Yafi udah jangan nangis lagi, kasian Bhumi kalau kamu kaya gini terus" Ucap Laras berusaha menghibur Yafi agar tak kembali bersedih, kendati demikian nyatanya perasaanya tak sama dengan ucapannya, dibalik sosok yang terlihat tegar itu sebenarnya ia menyimpan duka yang sangat mendalam.
Meskipun ia jarang bertemu Bhumi namun ia sangat menyayangi kedua keponakannya itu, berita kematian sang keponakan membawa rasa penyesalan dalam diri Laras, ia sangat menyesal karena tak bisa menghabiskan banyak waktu bersama keponakannya karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai model.
"Tante... Kasian Bhumi, gimana kalau dia nanti kedinginan disana, gimana kalau dia kesepian di dalam sana?" Ucapan Yafi membuat dadanya terasa semakin sesak, siapa yang ia bohongi? ia berusaha menghibur keponakannya namun nyatanya ia bahkan tak bisa mengatasi kesedihannya sendiri.
Ia mengusap kasar air matanya kemudian mengelus pucuk kepala Yafi, anak itu sedari tadi tak melepaskan pandangannya dari para penggali kubur yang tengah menutup tempat peristirahatan terakhir bagi Bhumi.
Laras mengedarkan pandangannya menatap sekitar, bisa ia lihat 3 anak yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk, keadaan mereka sama seperti Yafi, mereka bertiga seolah kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya bisa dikatakan kehilangan semangat hidupnya.
"Mas Yafi tolongin Bhumi" suara itu seolah menggea dikepalanya, entah itu sebuah realita atau hanya sebatas halusinasi karena ia terlalu sedih atas kepergian Bhumi.
"Mas Yafi Bhumi takut... Bhumi nggak mau disini, tolongin Bhumi" lagi-lagi suara itu berputar dalam benaknya, ia segera berjalan cepat menghampiri liang lahat tempat adiknya bersemayam, membuat Laras yang kebingungan segera mengejarnya.
"Kamu mau kemana Yafi?" Laras berhasil menghentikan Yafi dengan memegang lengannya.
"Tante Bhumi, masih Hidup" Laras menggeleng
"Yafi kamu ikhlasin Bhumi ya, tante tau kamu sedih tapi -" Air mata yang sedari ia tahan akhirnya tumpah begitu saja, ia tak bahkan tak sanggup mengucapkan kelanjutan dari perkataannya, dan malah terduduk disana, melihat Yafi yang tak bisa mengikhlaskan adiknya.
"Tante dengerin Yafi, Yafi yakin Bhumi masih hidup" Ia melepaskan genggaman tangan Laras pada lengannya, berusaha mendekat ke arah para penggali kubur yang tengah sibuk mejalankan tugasnya.
Namun lagi-lagi ada sebuah tangan yang mencekram erat lengganya, kali ini bukan Laras melainkan Gana, ia menatap nanar Yafi, yang kini juga menatapnya.
"Kamu mau kemana Yafi?"
"Ustadz Bhumi masih hidup dia barusan manggil Yafi" Ucapnya berusaha melepaskan genggaman tangan Gana pada lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
- --- -- --- .-. .-. --- .-- (Tomorrow) || TXT
Fiksi Penggemar[Just a fan fiction] Hari esok akan selalu menjadi awal yang baru bagi kisah kami, entah itu awal yang lebih baik ataupun sebaliknya. [on going] Start : 29 Mei 2024 Finish : -