_L&O_
Chika kinu sedang berkutat dengan berkas-berkas di hadapannya. Namun, dia tidak bisa tenang, sedari tadi dia merasa resah. Dia merasa seperti ingin memakan sesuatu, tapi makanan itu harus dibeli jauh dari sini. Dia tidak ingin merepotkan suaminya, tapi ini adalah salah satu ngidamnya. Takut kalau tidak dituruti anaknya akan ileran seperti apa yang orang-orang katakan.
Chika beralih membuka ponselnya, melihat video makanan yang dia inginkan, berharap dapat mengobati keinginannya, tapi ternyata malah semakin ingin. Chika menggerutu sendiri. Rasanya tidak bisa ditahan lagi. Dia mencari kontak Zeeno dan langsung menelponnya.
"Halo sayang, ada apa? Kamu aman kan?" suara Zeeno dari seberang sana.
"Aku ga papa. Zeeno, aku ingin sesuatu," kata Chika.
"Kamu ingin sesuatu? Apa yang kamu inginkan? Katakan padaku, aku akan langsung mencarikan untukmu."
"A-aku ingin makan Mochi."
"Hanya Mochi? Aku akan mengantarkannya ke kantormu."
"Aku ingin Mochi langsung dari Jepang." Tak ada sahutan dari Zeeno. Chika mengigit bibirnya menunggu jawaban dari Zeeno.
"Mochi langsung dari Jepang? Tidak mau beli di sini saja?"
"Aku ingin Mochi Jepang, Zee."
"Ah, Oke. Aku akan ke sana membelikannya untukmu." Putus Zeeno setelah beberapa saat berpikir.
"Benarkah?!" Chika tak percaya mendengarnya. Dia tak menyangka kalau Zeeno akan menuruti ngidamnya ini.
"Iya, demi kamu dan anak kita. Aku akan melakukan apapun itu."
"Ee... sepertinya keinginanku bertambah sayang."
"Apa yang kamu inginkan lagi? Katakanlah."
"Aku ingin ikut ke Jepang dan berlibur di sana."
"Ini termasuk ngidam atau hanya keinginanmu?"
"Ishh, ayolah aku mau ikut ke sana. Kita bisa sekalian liburan."
"Baiklah Chika, kita sekalian berlibur di sana. Bersiaplah, aku akan mencari tiket pemberangkatan." Chika memekik senang, akhirnya mereka akan berlibur di luar negeri berdua. Dia akan segera mengosongkan jadwalnya untuk berlibur.
"Makasih sayang. Aku seneng banget."
"Apapun untukmu. Aku harus membantu ayah lagi, warung semakin ramai."
"Baiklah, semangat kerjanya suamiku."
"Makasih istriku."
Panggilan berakhir. Chika memahami kalau sekarang Zeeno sibuk. Karena usaha warung itu semakin hari semakin ramai. Kalau sudah rezekinya memang semua terasa lancar. Chika pun merasa bangga dengan kerja keras suaminya, yang tidak memandang rendah pekerjaan apapun itu. Walaupun usaha yang dirintis itu kecil, tapi jika tekad dan usaha yang kita miliki itu besar pasti kesuksesan akan menanti kita.
Sebenarnya kalau dikatakan tidak mampu, Zeeno termasuk orang yang mampu karena kerja kerasnya yang membuahkan hasil. Dia mempunyai tabungan yang cukup banyak. Memang di masa lalu Zeeno termasuk kurang berkecukupan di bidang ekonomi, tapi itukan masa lalu. Roda dunia itu berputar, ada masanya kita di bawah dan ada masanya juga kita akan di atas.
_L&O_
Malam tiba, Chika dan Zeeno sedang berkemas barang untuk dibawa ke Jepang nanti. Pemberangkatan mereka adalah Lusa. Mereka sengaja berkemas sekarang agar nanti tidak keteteran. Zeeno memasukkan baju-bajunya dalam satu koper yang sama dengan Chika.
"Haruskah aku membawa ini?" tanya Chika. Zeeno menoleh menatao istrinya yang memegang baju bikini di depan tubuhnya sendiri. "Hei, untuk apa kamu membawa itu?"
"Kita akan berlibur, aku ingin ke pantai. Bermain air di sana, jadi bukankah aku memerlukan baju ini?" jelas Chika.
"Tidak-tidak, aku tidak setuju. Ya, aku akan membawamu ke pantai kalau kamu ingin ke sana, tapi tidak menggunakan pakian itu, aku tidak suka," kata Zeeno.
"Why?"
"Kamu masih tanya? Ya jelas aku tidak mau tubuh kamu dilihat banyak orang di sana. Ck, nanti yang ada mereka menjadi suka bahkan jatuh hati ke kamu. Aku tidak akan terima itu," jelas Zeeno. Membayangkan saja Zeeno sudah kesal.
"Hais, tapi kalau ke pantai tidak memakai bikini itu tidak asik Zeeno."
"Tapi aku ga suka kalau tubuh kamu diliat banyak orang. Cukup aku saja yang bisa melihat tubuh sexy kamu ini." Zeeno mengambil bikini itu lalu memasukkan kembali ke dalam lemari. "Cari baju yang lain. Jangan coba-coba membawa bikin itu lagi," peringat Zeeno. Kemudian Zeeno beranjak ke kamar mandi karena merasa ingin buang air kecil.
"Kalau aku tidak boleh membawa bikini, maka baiklah aku akan membawa lingeria saja." Chika beralih mencari baju dinas malam, menuruti keinginan suaminya yang tidak memperbolehkannya membawa bikini.
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Teen FictionKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?