Nevan tentu menurut, dia memainkan ujung buah dada Grace, dan Grace mendesah nikmat. Dia memainkan pinggulnya, bergesek di atas selangkangan Nevan yang tertutup pakaian lengkap sambil menikmati jari-jari tangan Nevan yang memainkan puting dadanya.
Nevan benar-benar terbuai malam ini dengan apa yang dia lakukan bersama Grace. Dia tidak sedang bermimpi dan dia sangat menikmati momen ini. Merasakan juniornya tertekan dan tergesek sambil meremas benda kenyal, sekaligus mendengar suara desah Grace. Nevan merasakan kenikmatan di sekujur tubuhnya, dan dia melenguh.
"Mau?" tawar Grace yang tangannya sudah mendarat di selangkangan Nevan, siap-siap membuka kancing dan menurunkan resletingnya. Dia tahu Nevan sudah tidak tahan dan sulit terkendali lagi.
"Mak ... maksudmu?" tanya Nevan gugup.
Celana Nevan sudah terbuka, Grace memasukkan tangannya ke balik celana dalam Nevan, menyentuh junior Nevan yang tegang.
"Grace, ini sudah jauh sekali."
"Nggak apa-apa. Aku ingin malam ini spesial buat kamu. Kamu pasti nggak bisa menahan lagi. Aku ingin kamu puas, Nevan." Grace berbisik pelan ke telinga Nevan, suaranya lembut dan menggoda.
Nevan mengangguk pasrah. Sentuhan tangan Grace ke miliknya sulit dia hindar lagi. Dia sudah di penghujung nikmat.
Grace masih menindih Nevan, menggenggam milik Nevan yang tegang dan mengeras, mengurutnya pelan-pelan. "Sudah aku duga, milikmu panjang dan besar ... aku akan merasakannya saat menikah nanti. Kamu harus menikah denganku, Nevan."
Nevan sesak dan terbuai. Dia melenguh nikmat karena tangan Grace sangat lihai memainkan miliknya. Matanya sayu dan mulutnya menganga, dia menatap wajah Grace penuh cinta, berkata, "I love you, Grace. Aku sudah mencintaimu sejak lama."
Nevan terdesak, mendesis saat hampir di penghujung.
"Lebih cepat, Grace. Aaakh."
Grace mempercepat mengocok, sambil melumat bibir Nevan, dan Nevan membalas lumatan bibirnya dengan buas.
Nevan memeluk Grace erat-erat, ketika dirinya sudah mencapai kepuasan, membiarkan cairan kental menyembur mengena telapak tangan Grace.
"Grace ... ini—"
"Ssst. Sudah. Nggak usah khawatir. Kamu akan jadi suamiku, Nevan. Malam ini hanya aku dan kamu ... dan aku sangat mencintaimu." Grace mengecup bibir Nevan. Beberapa saat kemudian dia bertanya, "Kamu mencintaiku sejak lama ... maksudnya?"
Nevan tersenyum manis dan menggeleng. "Nggak ada maksud apa-apa," ujarnya, dia belum mau mengungkapkan perasaan cintanya yang terpendam sejak lama.
***
Pameran lukisan Grace berjalan sangat lancar. Bisa dibilang, lukisan-lukisan Gracelah yang paling sering dikunjungi dibandingkan lukisan-lukisan lain. Hal ini tidak lain berkat peran Nevan, yang dengan semangat ikut pula menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang yang memperhatikan lukisan Grace yang bertema futuristik. Penjelasannya sangat membantu, dan Grace yakin Nevan sangat bisa diandalkan. Setelah pameran, Grace tidak lupa mengabadikan kebersamaan Nevan lewat kamera ponselnya, juga tidak ketinggalan Bagas, mantan pacarnya.
Hubungan Nevan dan Grace berlanjut dan mereka berhubungan jarak jauh. Namun, terkadang Grace mengunjungi kediaman Nevan dan menginap di sana. Sebaliknya, Nevan juga kerap mengunjungi Grace dan menginap di apartemen mewah Grace. Grace memang sangat pandai mengambil hati orang-orang terdekat Nevan, Georgin misalnya, dia adalah orang yang sangat mendukung hubungan Grace dan Nevan, karena sikap perhatian Grace yang menurutnya sangat cocok dengan Nevan.
"Jadi minggu depan kamu pulang ke Jakarta?" tanya Nevan. Malam minggu ini dia cukup berhubungan melalui ponsel.
"Iya, Nevan. Kebetulan kami semua sedang kumpul. Gloria datang dari Melbourne, dan Maureen yang datang dari Sydney. Hm ... Maureen itu mantan Bagas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala 2
Romansa"Siapa papa kandungku, Ma? Aku harus tahu siapa papa kandungku yang sebenarnya!" teriak Alana yang merasa sangat kesal dengan mamanya yang selama ini selalu menutup-nutupi data diri papa kandungnya. "Bua tapa kamu mengetahuinya? Sudah jelas kamu ad...