"Maaf semalam aku ganggu kamu, Ay.. aku nggak tau kalau kamu bener-bener cape." Ucap Adrian penuh sesal.
Dia baru saja selesai memakan bubur miliknya. Ayra hanya mengangguk sambil menyuap kembali bubur ke dalam mulutnya. Sepertinya memang Ayra sedang lapar.
"Kalau kehadiran aku ganggu kamu juga hari ini, mungkin sebaiknya aku pergi. Aku takut kamu jadi sakit karena kurang istirahat." Ucap Adrian.
Ayra tidak menjawab. Bagaimana mungkin dia mengusir Adrian begitu saja sekarang. Ayra tidak ingin dianggap jahat dan tidak berperasaan. Apalagi setelah Adrian dengan semangatnya datang ke apartemen pagi-pagi sekali membawa bubur ayam kesukaannya.
"Nggak ganggu kok." Jawab Ayra singkat masih sambil menyendokkan dua tiga suap terakhir bubur ke dalam mulutnya.
Jawaban tersebut tentu saja membuat Adrian tersenyum, memang jawaban itu yang sangat diharapkan.
"Kalau gitu, kamu istirahat ajah. Aku ada disini. Kalau butuh apa-apa, kamu tinggal bilang ya." Ucap Adrian.
Ayra menatap dan mengangguk. Dia melihat Adrian lebih semangat dari sebelumnya karena diperbolehkan seharian bersamanya.
"Aku ke kamar ya.." Ucap Ayra setelah selesai sarapan.
"Iya, kamu istirahat ajah." Jawab Adrian.
Dia merapikan bekas makan mereka berdua saat Ayra sudah berada di kamar. Adrian mengisi waktu luangnya di ruang santai sambil menonton TV.
Ayra yang berada didalam kamar tidak kembali istirahat. Dia membersihkan kamar dan mandi. Ayra tidak kelelahan seperti dugaan Adrian. Dia terlambat bangun karena semalam menangis. Beruntung matanya tidak terlalu bengkak, sehingga Adrian tidak mengetahuinya. Dia tidak ingin Adrian bangga kalau Ayra menangis karena takut kehilangan dirinya.
Menjelang siang, Ayra keluar dari kamarnya. Mencari sosok kekasihnya yang ternyata tertidur di sofa ruang santai dengan TV yang masih menyala. Ayra menghela nafas.
Dia tahu, justru Adrian lah yang kelelahan. Kemarin siang baru tiba di Jakarta, tapi sorenya sudah berada di apartemen Ayra. Setelah itu, pagi-pagi sekali dia sudah berada di apartemen Ayra kembali.
'Ngapain kamu sampe bela-belain deketin aku lagi? Padahal disana kamu udah punya yang baru.' Batin Ayra.
Dia tidak kasihan sama sekali dengan perjuangan Adrian untuknya sejak kemarin. Bahkan bunga mawar merah yang sengaja diletakkan di gelas berisi air yang sebenarnya dia lihat tapi tidak berkata apa-apa pun dihiraukannya.
Ayra duduk di kursi makan. Sesekali melihat Adrian yang masih tertidur lelap dengan wajah lelah yang jelas terlihat dari tempat Ayra duduk. Sesekali juga dia melihat kearah bunga mawar yang masih berada ditengah meja makan. Terlihat begitu segar seperti baru dipetik.
Tanpa sadar Ayra tertawa, dia tahu, pasti Adrian memetik bunga mawar ini dari teras rumahnya yang notabene milik Ibunya. Dia tahu kalau sebenarnya tidak ada yang boleh sembarangan memetiknya begitu saja tanpa ijin Ibu Adrian. Dan dia yakin kalau Adrian mengambilnya secara diam-diam.
Suara tawanya membuat Adrian terbangun. Dia langsung tersenyum saat akhirnya melihat Ayra tertawa. Perlahan Adrian mengubah posisinya menjadi duduk kembali dengan bertumpu kepada kedua tangannya. Berusaha mengumpulkan semua nyawa yang masih melayang di alam mimpinya agar cepat tersadar.
"Ada yang lucu, Ay?" Tanya Adrian sambil menghampiri Ayra yang masih duduk di kursi makan sambil terkekeh geli.
"Ini ngambil dari tanaman Ibu ya?" Tanyanya masih tersenyum.
Adrian menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum dan mengangguk. Membuat Ayra kembali tertawa.
"Pasti nanti Ibu marah deh gara-gara ada yang potong bunga mawar kesayangannya diem-diem." Tebaknya masih tertawa.
Adrian hanya tersenyum. Melihat Ayra tertawa renyah membuatnya begitu bahagia.
"Nggak mungkin marah dong, kan buat calon menantu kesayangannya." Jawab Adrian yang sontak membuat Ayra kembali terdiam.
Benar-benar dia membeku saat kata 'menantu' diucapkan oleh Adrian.
"Menantu?" Ucap Ayra tidak percaya.
Bagaimana dia bisa percaya lagi kata-kata yang berhubungan dengan masa depan ini. Kata manis yang sempat dijanjikan Adrian untuknya dulu.
Adrian mengangguk sambil mengusap lembut kepala Ayra. Dia tersenyum kepada Ayra, senyum lembut nan teduh penuh kasih sayang. Yang dulu membuat Ayra jatuh cinta berkali-kali karena meleleh melihatnya.
"Ya, menantu.. kamu.. calon istri aku." Jelas Adrian lagi.
Ayra langsung menepis tangan Adrian yang masih mengusap kepalanya. Dia tersenyum sinis sesaat yang langsung tertangkap oleh mata kaget Adrian karena sikap Ayra yang kembali berubah.
"Ay.. kamu tuh kenapa sih?" Ayra menggeleng.
Adrian benar-benar tidak paham dengan sikap Ayra belakangan ini. Sulit sekali untuk mengetahui apa yang dirasakan saat ini. Ayra sangat menutup mulutnya. Tidak membicarakan hal apapun padanya sama sekali. Tidak seperti biasanya. Ayra.. berubah.
"Ayra.. berulang kali aku tanya sama kamu.. aku nih salah apa sampe kamu bersikap kayak gini?" Adrian berusaha memegang tangan Ayra yang lagi-lagi ditepis oleh kekasihnya.
Ayra beranjak dari kursinya diikuti Adrian yang masih menuntut jawaban darinya. Adrian kembali mencoba meraih tangan Ayra dan berhasil. Membuat kekasihnya terdiam berusaha melepaskan kembali genggaman Adrian.
"Ayra.. " Ayra masih menghiraukan, berusaha melepaskan genggaman Adrian.
Adrian memegang kedua tangan Ayra kali ini. Dia membuat Ayra terpaksa melihatnya. Meski selanjutnya dia kembali memalingkan wajahnya.
"Ay.. aku bener-bener gak bisa nebak kesalahan aku apa sampai kamu berubah kayak gini. Tapi aku minta maaf. Maaf kalau aku buat kamu jadi semarah ini. Buat kamu jadi secuek ini." Ayra masih diam.
"Aku sayang kamu, Ayra. Aku kangen banget sama kamu. Sampe aku selalu cari waktu yang tepat untuk bisa ketemu sama kamu seperti saat ini." Jelas Adrian.
Terlihat sekali kalau perjuangannya ingin dihargai oleh kekasihnya. Minimal menyambut dan melepasnya kembali dengan senyum. Tapi sama sekali tidak dia dapatkan sejak awal mereka bertemu.
"Aku nggak suruh kamu kesini. Kalau kamu memang lebih suka disana, seharusnya nggak usah bela-belain cari waktu untuk ketemu aku disini." Ucap Ayra yang langsung berhasil membuat genggaman kedua tangan Adrian terlepas.
"Ayra.. maksud kamu apa?" Ayra tidak menjawab.
"Ay.."
"Kita.. Aku... " Adrian langsung membungkam Ayra dengan bibirnya.
Terlihat Ayra kembali berusaha melepaskan dirinya tapi Adrian tetap memaksakan tautan tersebut. Dia takut jika dilepaskan, maka Ayra akan lepas untuk selamanya.
"Adrian!" Akhirnya Ayra bisa melepaskan dirinya sambil mendorong keras tubuh Adrian.
"Jangan, Ay.." Ayra terlihat bingung dengan ucapan Adrian tiba-tiba.
"Jangan bilang kalau kamu mau kita putus."
-----
Wingzzzz.....
Cerita ini sudah tamat loh di KaryaKarsa dengan judul sama.
Cari nama akun @wingz35 atau judul karya Love Expired
Enjoy!
Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Expired
RomanceLDR.. yakin baik-baik aja? Bisa sama-sama setia? Ayra meragukan hal itu, tapi Adrian terpaksa melakukannya. Hingga suatu hari Ayra melihat seorang gadis yang begitu akrab dengan Adrian bermalam di rumahnya. Satu kata yang langsung terlintas pada s...