Bab 8

3K 111 1
                                    

Tidak cukupkah menyambut Ayra di Bandara? Hingga harus menempati kamar hotel yang bersebelahan dengannya? Ayra tidak habis pikir ketika malam hari dia didatangi oleh Adrian ke kamar hotelnya saat kunjungannya sebagai perwakilan tim kantor Pusat ke kantor cabang tertentu, yang secara kebetulan berkunjung ke kantor cabang yang ditempati Adrian.

"Adrian.. untuk apa kamu kemari?" Ayra melihat dahulu ke kiri dan kanan lorong lantai hotel, berharap tidak ada koleganya yang melihat Adrian berdiri di depan kamarnya.

"Untuk apa lagi? Ketemu kamu tentunya. Aku kangen, Ay." Ayra langsung menarik Adrian masuk kedalam kamarnya takut ketahuan yang lain.

"Kita kan bisa bertemu besok pas meeting di kantor dan trip apa lah itu yang diadain sama kantor kamu untuk nyambut tim kantor Pusat."

"Ayra.. kamu mau ketemu aku sebagai kolega kamu, atau pacar kamu?" Tanya Adrian.

"Aku cukup dengan bertemu kamu sebagai kolega. Tidak perlu sebagai pacar." Adrian terdiam.

Dia menatap Ayra yang ternyata sama sekali tidak berubah. Masih bersikap sama seperti sebelumnya.

"Ay, kamu masih belum mau bilang salah aku apa?" Ayra diam tidak menjawab.

Baru saja ingin melanjutkan percakapan dengan Ayra, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Terlihat nama Dina pada layar yang tanpa jeda langsung diangkat olehnya.

"Halo.." Sapanya.

"...."

"Saya di kamar sebelah. Kamu kesini ajah."

"...." Panggilan terputus.

Ayra bingung dengan siapa Adrian berbincang karena dia langsung menerima panggilan tersebut tanpa berpikir. Seperti sebuah telepon yang sedang ditunggu olehnya.

Tak lama suara ketukan ringan terdengar dari luar. Adrian langsung menghampiri pintu untuk membuka yang sebelumnya dia mengecek terlebih dahulu melalui lubang pengintip pada pintu. Memastikan bahwa Dina lah yang mengetuk pintu tersebut.

Adrian membuka pintu dengan tersenyum dan menyambut Dina. Ayra yang berada tak jauh dari sana penasaran dengan tamu yang datang. Terlihat dengan jelas olehnya kalau tamu tersebut adalah wanita yang berada di foto dengan Adrian.

Bahkan mereka berdua berinteraksi tanpa rasa canggung antara atasan dan karyawan. Belum lagi terakhir Adrian menepuk kepala gadis itu yang disambut dengan senyum kemudian pergi meninggalkan kamar setelah memberikan sesuatu kepada Adrian.

Suatu kejadian yang Ayra tidak ingin percaya saat diberikan foto dengan adegan mirip dari rekan kerjanya yang ternyata saat ini dengan mata kepalanya sendiri, dia dapat melihatnya, dengan tanpa malu, Adrian melakukannya di dekat Ayra.

Adrian terlihat lebih senang dari sebelumnya. Senyumnya merekah sejak menutup pintu kamar hingga menghampiri Ayra.

"Jalan-jalan, yuk." Ajak Adrian tiba-tiba.

"Ya?" Ayra terlihat bingung.

Semua adegan yang dilihatnya sangat tidak terduga hingga membuat Ayra sangat bingung saat ini. Terutama dengan sikap Adrian terhadap... gadis yang entah siapa namanya, Ayra tidak pernah ingin mencari tahu. Yang dilakukannya di hadapan Ayra, tanpa rasa bersalah apalagi takut.

"Aku sebenernya mau ngajak kamu jalan-jalan malam ini. Sebelum disibukin sama urusan kantor mulai besok hingga tiga hari kedepan. Mumpung kamu disini." Ayra masih terdiam.

"Ya?" Lagi-lagi otak Ayra tiba-tiba ngeblank.

Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Dia begitu bingung. Adrian yang masih tersenyum kembali mendekati Ayra yang masih terlihat bingung.

Love ExpiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang