Sebulan kedepan Ayra merasa sangat tidak nyaman. Kehadiran Adrian yang menjadi atasannya di kantor merusak harinya. Bahkan dia kembali sering mual muntah di waktu tak terduga. Terutama setelah berpapasan atau tidak sengaja bertemu, dan bahkan meeting bersama dengan suaminya.
Ayra harus sering menahan rasa mualnya ketika ada Adrian di sekitarnya agar dia tidak mengetahui mengenai kehamilan Ayra yang sampai saat ini masih dirahasiakan. Dengan memakai pakaian sedikit longgar dan pipi yang terlibat sedikit chubby hanya memperlihatkan kalau Ayra bertambah gemuk.
Adrian pun melihat perubahan itu tapi masih belum berani menanyakannya kepada Ayra. Karena setiap dia mencoba berbicara, menelpon, atau mengirim pesan teks kepada istrinya selalu ditanyakan mengenai Surat Cerai yang harus ditandatanganinya yang bahkan dia tidak ingin menyentuh kertas tersebut.
Tanpa sepengetahuan Ayra, Adrian sudah membakar Surat tersebut karena melihatnya saja membuatnya benci. Tak hanya itu, bahkan Ibunya pun mendesak Adrian untuk segera rujuk kembali dengan Ayra. Bukannya tidak mau, tapi Ayra benar-benar sulit didekati hingga saat ini.
Adrian baru saja akan keluar untuk makan siang. Kalau sebelumnya dia selalu mengajak Ayra yang sudah dipastikan menolak, kali ini dia sedang tidak ingin mengajaknya. Dia baru saja akan menghampiri lift ketika mendengar pembicaraan dua orang karyawannya yang diketahui salah satunya adalah sekretaris Ayra.
"Bu Ayra nggak pernah keluar pas makan siang?" Tanya salah satu karyawan wanita tersebut.
"Nggak, gue cuma disuruh beli roti sama biskuit doang tiap jam 11. Dia makan siang cuma itu ajah tiap hari." Jelas sekretaris Ayra.
"Makan itu doang tapi kok gemukan ya?"
"Hamil kali. Soalnya gue pernah denger dia mual-mual di kamar mandi ruangannya pas nganterin biskuitnya."
Adrian terdiam seketika saat mendengar kemungkinan Ayra hamil. Wajahnya langsung berseri. Senyumnya pun tercetak sempurna di wajahnya. Tanpa pikir panjang, dia pergi keruangan Ayra.
Adrian melihat Ayra sedang menikmati biskuitnya sambil menatap ponsel. Terdengar seperti menonton sesuatu dari ponsel tersebut.
Ayra kaget saat pintu ruangannya terbuka lebar karena dibuka paksa oleh Adrian yang setelahnya masih berdiri disana tanpa berkata apapun, hanya melihat dirinya.
"Ada perlu apa, Pak?" Tanya Ayra.
Ya, mereka di kantor selalu bersikap profesional. Meski status mereka suami istri, tapi Adrian tetaplah atasannya sekarang. Sehingga mau tidak mau, dengan sangat terpaksa, Ayra menghormatinya.
Adrian menutup kembali pintu ruangan Ayra dan menguncinya dari dalam. Dia tidak ingin ada yang mengganggunya saat ini.
Adrian menghampiri dan bersimpuh di depan Ayra yang sedang duduk di kursi kerjanya. Terdengar dari ponselnya suara percakapan dalam bahasa korea yang memperlihatkan kalau Ayra sedang menonton salah satu drakor.
Ayra kaget karena Adrian tiba-tiba mendekat dan bersimpuh didepannya. Bahkan dia tidak sempat marah karena Adrian mengunci pintu ruangan tanpa seijinnya.
"Kamu hamil, Ay?" Tanya Adrian penuh harap.
Ayra tampak terkejut karena Adrian mengetahuinya. Padahal dia sudah cukup menutup rapat kehamilannya dari semua orang.
"Bukan urusan anda, Pak Adrian." Jawab Ayra mencoba menggeser kembali kursinya ke posisi semula tapi ditahan oleh Adrian.
"Ay, jujur.. apa aku akan jadi Ayah?" Ayra terdiam dan memalingkan wajahnya.
Tanpa dijawab pun Adrian tahu kalau tebakannya benar. Dia langsung tersenyum lebar.
"Berapa bulan, Ay? Kamu udah ke dokter? Ayo kita cek sekarang." Ucapnya sambil mengambil tangan Ayra untuk mengajaknya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Expired
RomanceLDR.. yakin baik-baik aja? Bisa sama-sama setia? Ayra meragukan hal itu, tapi Adrian terpaksa melakukannya. Hingga suatu hari Ayra melihat seorang gadis yang begitu akrab dengan Adrian bermalam di rumahnya. Satu kata yang langsung terlintas pada s...