Ibu Adrian mengusap lembut pipi Ayra sambil tersenyum. Memberikan rasa nyaman seorang Ibu terhadap Ayra.
"Jangan cerai ya, Ayra. Ibu masih sayang sama kamu.. Ibu juga mau sayang-sayangan sama cucu Ibu." Ayra tersenyum.
"Iya, bu."
Ibu Adrian dan Ayra mengusap air mata mereka agar bisa pergi.
"Udahan nangis-nangisnya, Ibu hamil nggak boleh stres dan sedih. Harus happy terus." Ucap Ibu Adrian.
"Sekarang, ini kado dari Ibu, buat cucu Ibu." Ibu mertuanya membawakan bingkisan satu set pakaian bayi baru lahir.
Ayra tersenyum saat melihat kado tersebut, dia langsung memeluk Ibu mertuanya dan berterima kasih.
"Ibu.. nanti minta.. Adrian ajah untuk jemput Ibu kesini. Ayra nggak mau Ibu pulang sendirian." Pinta Ayra.
Ibu mertuanya tersenyum, dia senang karena memperbolehkan Adrian datang kembali ke apartemen istrinya. Ibu mertuanya mengangguk dan langsung mengirim pesan kepada Adrian untuk menjemputnya di apartemen Ayra sekarang.
Setelah mengirim pesan, Ibu mertua melihat sekeliling apartemen Ayra yang terlihat cukup rapi. Menandakan bahwa menantunya lumayan apik dalam kebersihan rumah dan tidak jorok. Dia pun tersenyum.
"Kalau disini, ada yang bantuin kamu bersih-bersih? Kan sekarang lagi hamil besar." Ayra menggeleng.
"Ayra kerjain semuanya sendiri, Bu. Masih ringan kok. Paling Baju aja yang Ayra laundry karena memang nggak ada ruang untuk mesin cuci dan jemur." Ibu mertuanya hanya mengangguk.
"Setelah lahiran, kamu tinggal dirumah Ibu ya." Ajak Ibu mertuanya.
"Biar ada yang bantuin kamu ngerawat anak kamu. Pasti kamu bakalan repot kalau urus sendiri disini, belum lagi nanti kamu kerja juga." Ayra masih diam.
Dia masih bingung. Rencana awalnya yang terus menerus menuntut cerai dari Adrian sebenarnya membuat Ayra memiliki rencana lain untuk merawat anaknya, terutama setelah dia sudah bekerja kembali.
Ayra bermaksud menitipkan anaknya di daycare yang berada di gedung sebelah apartemennya. Dia pun sudah mengecek kesana dan bertanya-tanya serta melihat situasi asli bagaimana anak-anak yang dititipkan diperlakukan.
Tapi dia tidak mungkin mengatakan hal itu kepada mertuanya. Sudah pasti akan merasa kecewa padanya karena memberikan anaknya ke daycare alih-alih ke neneknya.
"Nanti coba Ayra pikirin ya, Bu. Ayra cuma nggak mau ngerepotin Ibu sama anak Ayra."
"Ayra, justru Ibu seneng dititipin cucu Ibu sendiri. Momen ini yang Ibu tunggu saat kalian menikah." Ayra tersipu malu.
Adrian dan Ibunya terlalu berpikir ke depan. Sama-sama berpikir mengenai anaknya. Padahal Ayra sendiri sebenarnya tidak berencana untuk cepat-cepat memiliki momongan.
Ayra tahu kalau dia tidak bisa menolak lagi permintaan Ibunya yang sejak tadi mendesak dirinya. Akhirnya Ayra mengangguk setuju yang membuat Ibu mertuanya sangat senang.
Satu jam kedepan, mereka masih berbincang. Perbincangan yang semakin seru mengenai kehamilan Ibu mertuanya, terutama saat mengandung Adrian dan juga bagaimana pertumbuhan masa kecilnya yang sering sekali membuat Ayra tertawa.
Tak lama pintu unit terbuka perlahan, memperlihatkan Adrian yang memasuki unit dengan malu-malu sambil menyapa, karena setelah seminggu terusir, Ayra memperbolehkannya kembali memasuki apartemennya meski dengan alasan menjemput sang Ibu.
"Ibu mau pulang sekarang?" Tanya Adrian sambil sesekali melirik ke arah istrinya.
Ibu Adrian tersenyum melihat tingkah dua pasutri ini. Dia ingin memberi ruang untuk keduanya berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Expired
RomanceLDR.. yakin baik-baik aja? Bisa sama-sama setia? Ayra meragukan hal itu, tapi Adrian terpaksa melakukannya. Hingga suatu hari Ayra melihat seorang gadis yang begitu akrab dengan Adrian bermalam di rumahnya. Satu kata yang langsung terlintas pada s...