[5]. Perihal perjodohan.

473 37 4
                                    

Rabu pagi. Di dalam kelas, Sea duduk termenung. Jari lentiknya tidak berhenti menggerakkan pensil di atas kertas, menggambar pola abstrak. Namun, berbentuk. Kedua telinganya ia sumpal menggunakan earphones. Suasana kelas yang sunyi semakin membuatnya lebih lelusa untuk berimajinasi.

"WOIII KONTOL!!!"

Terlonjak kaget. Sea menoleh ke samping, sorot mata menajam. Ia menatap tajam tiga makhluk astral yang baru saja berteriak bersamaaan itu. Mereka tidak lain tidak bukan adalah. Cayne, Felix dan Leo.

Melepaskan earphones di telinganya. Sea memutar tubuh agar berhadapan dengan ketiga manusia yang tengah menyender anteng di tepi meja.

Mengangkat sebelah alisnya, Sea menyimpan kembali earphones pada tempatnya. "Apaan?"

"Kagak. Dari tadi gue panggil kagak nyaut nyaut, yaudah gue ngajak mereka buat neriakin lo." perjelas Cayne, mengangkat bahu acuh.

"Lo lagi ngapain sih? Sibuk bener kayaknya?" imbuh Leo beranjak mengambil kertas coretan Sea.

"WOWW? lo bisa ngambar, Sa?" kejut Felix melihat hasil gambarannya si Sea.

Menggangguk tipis, Sea merebut kembali kertas di tangan Leo, kemudian menyimpannya di kolong meja. Ketenangan yang tadi di damba dambakan langsung pupus tatkala kedatangan tiga manusia lutung itu.

"Kalian ngapain balik lagi? Bukannya mau ke kantin tadi?"

"Kantin rame, bisa di bilang full. Jadi nanti aja, sekalian bolos." ucap kelewat santai Felix, dan malah di angguki oleh dua lainnya.

Ting

Membentuk gestur bibir jadi O. Sea melirik kearah ponsel di atas meja, tangan mungil itu mengambilnya. Melihat siapa yang mengiriminya pesan. Mendesah males, ia membuka room chat dengan bundanya, h
Hannie.

"Pertemuan apalagi asu!! Jaman udah modern masih aja jodoh jodohan. Gak elite banget." misuh Sea sembari membalas pesan bundanya.

Pesan yang barusan di kirim oleh Hannie adalah peringatan untuk putranya, agar tidak kabur saat pertemuan nanti sore. Soalnya kalo di liat dari tampang doang, putranya ini lebih kayak ke nakal. Ketimbang dulu malu malu dugong.

"Siapa yang di jodohin, Sa?" celetuk Cayne. Dari wajah sepertinya anak manis itu tengah penasaran.

Baru sadar akan sesuatu. Sea sontak menatap ketiga teman barunya, ternyata mereka juga tengah menatap Sea penasaran. Bahkan Felix ingin mengintip pada ponsel Sea. Namun, malah di masukan ke kolong meja.

"A-anu itu...." ragu Sea. Bergerak gelisah, ia bingung harus menggunakan alasan apa.

"Gu-gue di jodohin"

"HAH?!"

Bersentak barengan. Mereka melotot tidak percaya. Cayne menelisik manik gelap segelap malam milik, Sea. Mencari letak kebohongan. Namun, tidak dapat menemukannya.

"Lo beneran, Sa? Sama siapa?" heboh Leo, duduk berpindah menjadi di meja sebelah Sea.

Ragu untuk mengatakan. Sea menggelengkan kepala, "Kapan-kapan kalian tau, bukannya gak mau bilang sama kalian. Tapi gue takut kalo orang yang di jodohin sama gue itu, gak mau ada orang yang tau perilah perjodohan ini."

"Aah gitu ya... Tapi gapapa sih, gak terlalu penasaran juga." Sahut Leo, menumpukan tangan di tepi meja.

Perkataan Leo mendapat anggukan dari dua lainnya. Sea menghelai nafas panjang. Mengedarkan pendengaranya saat suara seradak seruduk kaki berserakan di luar kelas.

Keempat pemuda pemilik wajah manis itu seketika menoleh kearah pintu, tawaan dan candaan Sea dengar. Pupil mata tidak menghentikan fokusnya dari empat sosok pemuda tampan di luar. Sea mendadak gelagapan tatkala salah satunya menoleh dan bertemu pandang dengan Sea.

A true mate? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang