Part 11

2K 139 4
                                    

Mana nih komen dan votenya?

................

"Siang, Papa," sapa Samiya sopan pada ayahnya di ujung telepon yang menerima panggilannya.

Setelah tiga kali menghubungi, akhirnya dapat juga dijawab oleh orangtuanya.

"Papa masih di Singapore bersama Mama?"

Samiya ingin tahu posisi sang ayah.

Walau secara jadwal, orangtuanya akan berada di Singapura sampai lusa, siapa tahu ada acara mendadak yang mengharuskan pergi tiba-tiba.

Dan sang ayah mengiyakan kemudian.

"Aku akan ke sana sekarang."

"Aku masih di perjalanan ke bandara."

"Aku akan ke sana naik privat jet dengan kapten Segara Adyatama dan co pilot Rompy."

Setelah memberi tahu semua yang harus dirinya sampaikan, sang ayah pun mengajukan sebuah pertanyaan klise kepadanya tentu saja.

Menanyakan mengapa ia menyusul.

Tentu menjadi kabar yang mengejutkan untuk sang ayah karena tak direncanakan sebelumnya

"Aku ingin rileks saja sebentar." Samiya sedikit berdusta, belum bisa mengungkap tujuannya.

"Mencari hiburan ke sana, Pa."

"Hmm, makan di restoran favoritku," imbuhnya.

Jika sudah bertemu langsung, baru akan dengan jujur diutarakan pada kedua orangtuanya.

Sang ayah tak curiga. Mengiyakan kembali.

Dan dilontarkan sebuah pertanyaan lagi. Kali ini, menanyai berapa lama ia akan di Singapura.

"Aku cuma dua hari di sana, Pa. Senin pagi aku akan balik ke Jakarta karena ada rapat."

"Aku mau bertemu Papa dan Mama di sana. Jadi tetap di Singapura sebelum aku datang."

Sang ayah pun bertanya soal tujuannya. Insting orangtuanya cukup tajam dan akan menelisik.

Namun ia tak ingin mengatakan sekarang.

"Nanti Papa akan tahu," jawab Samiya dalam nada guyon agar tidak terdengar tegang.

"Bukan masalah genting juga, Pa."

"Mama dan Papa tunggu aku saja di sana. Kita akan makan bersama." Samiya menegaskan.

"Sudah dulu, ya, Papa. Aku sudah sampai di bandara dan akan boarding sebentar lagi."

"Selamat siang, Pa."

Samiya segera menutup telepon, manakala sang ayah telah membalas salam berpamitan. Lalu, arah pandang dilempar keluar jendela mobil.

Bandara tampak ramai oleh ribuan orang.

Lala lintas padat, hingga sedikit macet.

Namun karena menuju area khusus, jadi akses ke sana akan mendapat kemudahan dari petugas.

Tak perlu lama untuk sampai di tempat tujuan.

Mobilnya pun sudah berhenti di landasan pacu biasanya. Samiya segera turun dengan anggun.

Privat jet milik AD Aviasi sudah siap terbang. Beberapa kru yang akan ikut dalam perjalanan menyambutnya dengan hormat dan sopan.

Termasuk, Kapten Segara Adyatama, yang akan menjadi penerbang utama ke Singapura.

Debaran jantung Samiya mengencang tiba-tiba, saat beradu pandang dengan Kapten Segara.

Pria itu pun tersenyum ramah padanya. Tatapan teduh yang menyimpan sebuah rasa mendalam.

Ingatan Samiya terlempar pada surat-surat lusuh yang diberikan sang kapten kemarin. Ia sudah membaca semuanya hingga dini hari tadi.

Belum ada satu pun memori masa lalu tentang mereka yang muncul di dalam benak. Tentunya membuat rasa bersalahnya menumpuk.

"Selamat siang, Bu Bos."

"Iya, selamat siang."

"Kita akan lepas landas dua puluh menit lagi."

"Baik, Kapt."

Samiya lantas diserang rasa bingung manakala Kapten Segara mengulurkan tangan padanya.

Walau tidak paham akan niatan pria itu, ia tetap menerima uluran tangan Kapten Segara.

Ketegangannya kian menguat, saat jari-jarinya bertautan dengan jemari-jemari sang pilot.

Mereka saling menatap. Ia pun disuguhkan lagi sorot mata Kapten Segara yang intens dan sarat kelembutan terarah penuh padanya.

"Bu Bos ...,"

"Iya, Kapt?"

"Bisa makan malam nanti bersamaku?"

"Si Singapore." Segara memperjelas ajakannya.

"Jam berapa, Kapt?"

"Mungkin jam delapan, Bu Bos."

"Bisa kan?" Segara meminta konfirmasi.

"Bisa, Kapt."

Segara jelas senang permintaannya tidak ditolak. Ia dapat merealisasikan rencana melamar sang mantan kekasih. Dan semoga saja, Samiya tak akan keberatan diajaknya menikah.

Suami Pilot PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang