selamat datang dan selamat membaca semua! semoga suka❤️
───
HAPPY READING
───
21. KESEPAKATAN YANG MENGUNTUNGKAN
•••
"RAJA, TUNGGU!"
Gadis itu mematri langkahnya tatkala Raja menunjukkan eksistensinya dari ruang perpustakaan. Laki-laki itu berbalik badan dan menangkap sosok Rana berjalan ke arahnya dengan menenteng sebuah lunch bag di genggamannya. Dapat ia lihat, peluh keringat bercucuran di pelipis sang gadis. Napasnya terengah-engah dan berderu tak beraturan. "Kenapa?" tanya Raja.
Rana menyodorkan lunch bag ke hadapan Raja. "Ini buat lo. Gue nggak tau makanan favorite lo apa. Gue bikin ini sesuai rekomendasi video yang lewat di beranda gue," kata Rana.
Alis Raja menyatu, "Atas dasar apa lo kasih gue?"
"Maybe a thank you? Selama ini lo selalu bantu gue disaat gue butuh. Gue bingung dengan cara apa gue harus balas kebaikan lo, sedangkan lo punya segalanya," kata Rana dengan segenap ketulusan dari hatinya.
Raja memasukkan tangan ke dalam kantong dan menatap gadis itu. "Bukannya gue nggak mau nerima, tapi gue nggak bisa makan masakan orang lain," sahut Raja jujur.
Rentangan tangan Rana perlahan menurun. Wajah yang awalnya terlihat antusias berubah murung. "Yah! Usaha gue masak dari jam tiga pagi berarti sia-sia dong? Gue sampe hampir telat berangkat sekolah."
"Bukan salah gue. Gue nggak ada nyuruh lo buat masak kok," Raja mengendikkan bahunya acuh tak acuh.
"Seenggaknya lo hargain usaha gue. Lo lihat ini," Rana mengacungkan jemari telunjuknya yang di balut plester. Karena tidak sengaja teriris pisau ketika Rana sedang memotong. "Jari gue luka gara-gara masak buat lo," imbuhnya.
"Terus lo nyalahin gue?"
Rana menggeleng, "Bukan gitu maksudnya. Yaudah, kalau nggak mau," tutur Rana membalikkan badannya, hendak pergi dari hadapan Raja dan membawa bekal yang susah payah ia bikin dengan perasaan sedikit kecewa.
Namun, laki-laki itu justru meraih tangan Rana. Menahan gadis itu untuk pergi, "Fine, gue terima," Raja langsung memindahkan lunch bag itu dari tangan Rana.
Rana sontak berdecih, "Katanya lo nggak bisa makan masakan orang lain. Nanti yang ada makanan gue di buang sama lo. Sayang-sayang. Kalau emang nggak bisa, nggak usah di paksa. Biar gue makan sendiri," Rana ingin mengambil kembali lunch bag miliknya, tetapi Raja malah menghalangi.
"Gue coba makan. Demi lo," kata Raja.
Demi. Lo.
Dua kata yang berhasil membuat jantung Rana berdebar-debar. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya seolah-olah menggelitik. Rasa yang hampir kecewa digantikan dengan perasaan bahagia tak karuan. Rana tidak tahu mengapa dirinya se-bahagia ini ketika Raja menerima bekal darinya. Padahal alasan Rana memberikannya karena ingin membalas budi.
"Anyway gue minta maaf," ucap Raja.
Kening gadis itu mengkerut kebingungan, "Minta maaf buat apa?"
"Gue yang bikin lo masuk rumah sakit. Gue nggak tau kalau lo punya alergi kiwi," kata Raja dengan nada di buat-buat seolah merasa bersalah.
"Oh, itu," Rana tertawa kikuk. "Wajar kok kalau lo nggak tau. Kita belum lama kenal. Dan gue rasa, alergi gue nggak begitu penting buat lo," kata Rana. Ini salahnya juga tidak teliti. Ia terlalu senang sampai tidak bisa mengontrol tindakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIXTH [END]
Teen FictionKisah ini menceritakan tentang murid-murid genius yang memiliki privilege di sekolah : 1. Sadewa Bagaskara, peringkat pertama. Sang pemilik nilai sempurna. Dingin, tidak tersentuh, misterius dan jenius. Jangan meragukan IQ seorang Sadewa. Tapi, jang...