Bab 6. Hari Pertama Bekerja

71 9 0
                                    

Pagi ini, Elina tengah merapikan pakaian formalnya yang akan ia gunakan menuju hotel The Queen. Ya benar. Elina mendapatkan pekerjaan di hotel tersebut. Pekerjaan yang selama ini ia idam-idamkan akhirnya terwujud juga. Ia sangat senang dan tak henti-hentinya bersenandung sambil mempoles dirinya di depan cermin. Ia menggunakan pakaian terbaiknya yang ia beli kemarin.

Sambil terus mempoles dirinya, ia mencoba menekan nomor telpon neneknya untuk memberitahukan kabar bahagianya. Neneknya harus menjadi orang yang pertama tahu ketika Elina mendapatkan kabar bahagia. Panggilan terus berdering belum ada tanda-tanda akan terjawab. Satu dua panggilan masih belum dijawab dan pada panggilan ketiga akhirnya nenek Elina menjawabnya.

[Hallo, halmeoniiii!!!] Elina antusias menyapa neneknya.

[Hallo sayang. Wah ada apa pagi-pagi sekali kau menelpon wanita tua ini. Apa ada kabar baik? Nenek dengar dari suaramu sepertinya kau sedang bahagia.]

[Bagaimana nenek bisa tau kalau aku sedang bahagia?]

[Kau sudah bertahun-tahun hidup denganku, bagaimana bisa aku tidak mengenal cucuku satu-satunya?]

Elina tersenyum sambil mempoles lipstik di bagian bibirnya.

[Hari ini aku sudah mulai bekerja di hotel The Queen. Akhirnya aku keterima juga bekerja di sana. Aku sudah pasrah dan tidak berharap lagi karena sudah dua hari pihak hotel tidak mengabariku. Tapi ternyata, kemarin aku dikabarkan melalui email bahwa aku diterima dan mulai bekerja hari ini. Aku sangat bahagia, Halmeoni. Aku akan bersungguh-sungguh dalam bekerja.]

[Wah benarkah? Selamat sayangku. Kau sungguh hebat.]

[Aku tidak hebat, Nek. Aku hanya beruntung saja. Ini semua berkat doa darimu. Aku tidak menyangka aku bekerja di sana. Apakah sekarang Tuhan sedang berbaik hati kepadaku?]

[Kau tidak boleh bicara seperti itu. Jika kau diterima bekerja di tempat yang selama ini kau inginkan, itu tandanya memang kau yang bisa dan kau mampu berada di sana. Kau hebat sayang, jangan selalu merendahkan dirimu. Kau adalah cucu nenek yang hebat. Nasib baik akan selalu berpihak kepadamu. Nenek akan selalu mendoakanmu.]

Ucapan nenek Elina sedikit membuat hatinya tenang. Sebetulnya sejak pagi tadi, Elina merasa gelisah karena ini kali pertama ia bekerja. Ia belum pernah bekerja, hanya membantu neneknya menjaga kedai makanan dan memasak makanan untuk kedai neneknya. Mendengar suara neneknya yang selalu menyemangatinya sejak dulu, membuat Elina percaya diri dan terus tersenyum menatap wajahnya di cermin.

[Terimakasih halmeoni.. Kau memang nenek terbaikku. Doakan aku di hari pertama bekerja semuanya berjalan lancar.]

[Semuanya akan berjalan dengan lancar. Kau tidak perlu khawatir. Fighting uri Elina.]

Setelah mengucapkan kata semangat pada cucunya, Elina mematikan panggilannya kemudian bersiap berangkat menggunakan taxi online.

*

Pukul tujuh pagi, Elina sudah sampai di depan hotel The Queen. Ia beberapa kali mengatur nafasnya agar tidak terlihat gugup. Dan sesekali ia melihat-lihat area hotel The Queen karena masih tidak percaya ia bisa berada di sana bahkan berkerja di hotel itu. Elina masuk dengan penuh percaya diri. Ia yakin semuanya akan berjalan dengan lancar.

Elina dan beberapa pekerja lainnya yang baru bekerja hari ini sudah memasuki ruangan untuk briefing bersama kepala bagian tempat Elina ditempatkan. Elina ditempatkan sebagai pelayan hotel yang bertugas melayani tamu hotel, mulai dari mengantar tamu menuju kamarnya dan membantu melayani tamu dengan fasilitas terbaik di hotel The Queen. Mereka bereempat sudah mendengarkan arahan dari kepala bagian tersebut.

Mereka dibawa untuk melihat-lihat area hotel dan memberitahu mana saja ruangan-ruangan yang boleh dan tidak boleh untuk mereka masuki. Mereka sudah sampai di lantai teratas hotel tersebut. Lantai teratas hotel begitu terlihat mewah dari pada lantai-lantai di bawahnya. Di sana juga sudah terdapat ruangan CEO dari hotel The Queen yang tampak dari luar saja terlihat begitu mewah.

My Dear, ElinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang