25

5.4K 392 8
                                    

Typo 🙏
HAPPY READING...!!!












"Kaka ga mau temenan lagi sama Ashel Bun, dia udah bikin Kaka kaya gini sama bunda." Ucap Chika sambil mengusap wajahnya dan isakan tangisnya masih terdengar.

"Jangan gitu dong, Ashel kan temen Kaka juga. Masa Kaka ga mau temenan cuman karna ini." Shani terus menenangkan Chika, tangannya tak henti mengelus punggung Chika.

"Tetep aja Bun, Kaka kesel sama dia huh..."

"Kesel boleh tapi jangan sampe Kaka musuhin dia ya. Ga baik sayang, masa anak bunda kaya gitu sih. Maafin ya Ashel nya, pasti dia punya alasan tersendiri ko makanya dia kaya gitu."

"Iya Bun, Kaka maafin Ashel." Ucap Chika dengan terpaksa, sepertinya anak itu sangat kesal pada Ashel yang sudah berhasil mempengaruhi dia.

"Nah gitu dong ini baru anak bunda. Lain kali jangan gitu lagi ya. Bunda sedih, masa Kaka nyangka bunda ga sayang sama Kaka." Chika yang melihat mata Shani yang mulai berkaca-kaca, dengan segera dia memeluk Shani erat.

"Ngga Bun, maaf... Kaka ga bakal kaya gitu lagi. Kaka janji Bun, bunda jangan nangis ya."

"Iya sayang, udah ah jangan nangis lagi cantiknya bunda, muaahh... Liat tuh kamarnya udah kaya kapal pecah. Kamu apain ciii?" Ucap Shani sambil mencubit gemas pipi Chika.

"Hehehe, maaf Bun. Nanti Kaka beresin ko." Ucap Chika yang menampilkan senyumnya.

"Udah nanti aja, sekarang makan dulu yu. Dari pulang sekolah belum makan kan?" Chika menggelengkan kepalanya.

"Yu bunda suapin." Shani mulai berdiri dan mengulurkan tangannya pada Chika.

"Adek?"

"Adek sama ayah. Kalo haus juga pasti ayah anterin ke bunda."

"Beneran Bun? Ga papa deh Kaka makan sendiri aja." Chika meraih tangan Shani.

"Udah ga papa, jangan kaya gitu ah. Mumpung adek bobo, jadi sekarang kaka bisa sama bunda."

"Ya udah ayo Bun." Chika merangkul pinggang Shani dan keluar dari kamarnya.
Drama yang cukup panjang bagi Shani. Dia harus pintar² membagi waktunya untuk Chika dan juga Christy. Jangan sampai salah satunya ada yang merasa terabaikan.

Sementara itu Cio sedang menimang Christy dikamarnya. Bayi itu sangat tenang ketika bersamanya. Dan sebaliknya jika bersama Shani dia banyak tantrum daripada antengnya. Seperti saat ini, Cio terus mengajak bicara Christy.
Meskipun anak itu belum bisa melihat dan mendengar dengan jelas.

"Cantiknya ayah, anteng banget sih nih. Ga nangis ya... Pinter banget sii... Muach... Bentar ya bundanya sama Kaka dulu. Adek sama ayah mainnya. Kalo adek haus nangis yang kenceng ya sayang, nanti ayah anterin adek ke bunda."
Christy kecil menatap Cio.

"Ooo...." bibir mungilnya membentuk huruf O. Rasanya siapa saja yang melihat itu pasti akan gemas.

"Apa? Adek mau ngomong ya?" Tanya Cio lembut, dia sekilas mencium pipi Christy yang mulai terlihat chubby. Bagaimana tidak, bayi itu terus menempel pada sumber kehidupan yang ada pada Shani.

"Adek jangan rewel ya, kasian bundanya nanti. Adek harus anteng sama kaya ayah sekarang." Seolah mengerti apa yang Cio bicarakan
Christy menampilkan senyumannya. Bayi itu rupanya senang diajak berbicara oleh Cio. Yang memang sejak masih dalam kandungan Cio selalu mengajaknya bicara. Mungkin saat ini Christy juga mengenali suara ayahnya.

Pria paruh baya itu berhasil menidurkan anak bungsunya tanpa bantuan siapapun. Dia meletakkan Christy ditengah-tengah kasur. Tak lupa Cio juga menghalangi tubuh Christy dengan bantal dikedua sisinya agar bayi itu tidak jatuh.
Setelah selesai dia pergi dari kamarnya untuk menemui Chika dan juga Shani.

Hanya Milikku [Greshan+Ch2]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang