1. Bertemu lagi

112 21 1
                                    

Sudut pandang: Freya

° ° °

Seperti biasa, aku berbaring di atas kasur rumah baruku. Karena kegiatan sekolah sepenuhnya telah usai, aku menganggur sepanjang liburan dan menunggu ijazahku keluar.

Saat sedang melihat-lihat galeri ponselku, aku menemukan sebuah foto lama. Di situ, terlihat raut wajahku yang cerah sedang menggenggam medali emas dan sebuah pedang anggar. Di sebelahnya, ada ayahku dan juga adikku.

Senyumku mengembang saat mengingat masa-masa itu, ingin rasanya aku memutar waktu. Tiba-tiba, terlintas sebuah pikiran di kepalaku.

Bagaimana kalau aku kembali terjun ke dunia anggar?

Aku pun melihat tas anggar di pojokan ruangan. Memang sengaja kubawa, karena itu adalah pemberian dari ayahku.

Mungkin kembali terjun ke dunia anggar tidak buruk. Lagipula, aku berhenti karena sibuk menyiapkan ujian masuk universitas. Aku terkekeh saat mengingat betapa kerasnya aku memohon kepada pelatihku agar aku bisa vakum dari dunia anggar. Ternyata benar katanya, aku tidak akan bisa melepas anggar.

Akhirnya, aku memutuskan untuk mendatangi sebuah klub anggar yang kukenal esok hari.

***

Kembali lagi ke sudut pandang 3.

***

Seperti apa yang dikatakannya kemarin malam, Freya benar-benar mendatangi sebuah klub anggar pada pagi hari.

Ia mempunyai kenalan di sana, jadi ia bisa leluasa untuk memeriksa ataupun mendaftar walau pendaftaran telah ditutup.

"Oi, Co!" tegur Freya saat melihat temannya di depan pintu klub.

"Eh, udah dateng toh lu? Masuk aja, langsung siap siap. Gue lagi nunggu Marsha."

Freya mengangguk, lalu segera masuk ke ruangan klub itu sesuai dengan perkataan Zico. Ya, laki-laki tadi adalah kenalan yang Freya maksud. Zico Azekta namanya, ia adalah teman Freya semasa SMP yang juga menekuni anggar. Klub ini adalah milik ayah Zico.

***

Saat Freya melangkahkan kaki ke dalam gimnasium, semua mata melirik ke arahnya. Mata Freya membelalak kala menangkap keberadaan tetangga yang ia hindari, Flora.

Ternyata, gadis itu juga menekuni anggar.

Flora memicingkan matanya saat melihat keberadaan Freya, ia memalingkan wajahnya lalu kembali berlatih seakan tak melihat apa-apa.

Freya mendengus saat melihat ekspresi Flora, ia lalu menuju ruang ganti untuk menaruh barang-barangnya. Ia lalu memakai sepatu yang sudah ia bawa, dan mengambil sebilah pedang anggar miliknya dan kembali ke tengah gimnasium.

Yah, gedung yang dimiliki ayah Zico cukup besar. Ini sudah mencakup sebuah lapangan dalam ruangan yang luas, ruang ganti, dan toilet Ini sepadan untuk sebuah klub anggar yang terkenal dengan prestasi para atletnya.

Freya berlari kecil saat menyadari pelatih mereka memanggilnya. Setelah itu, semua anggota klub dibariskan dengan Freya yang berada di samping pelatih.

"Oke semuanya, jadi ada hal penting yang harus disampaikan. Seperti yang kita lihat, kita kedatangan anggota baru di klub ini. Dan seperti biasa, kita harus berkenalan agar semuanya saling mengenal. Kamu, silahkan." tutur Ayah Zico yang berperan sebagai pelatih di dalam klub ini. Ia lalu mempersilahkan Freya untuk berbicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If It Is You || Freflo AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang