SELFISH

346 26 6
                                    












Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















Satu jam sebelum kejadian...

Ruang tengah mansion Kanaya tampak begitu damai, tak ada Samana yang angkuh, tak ada Tanisha yang memberontak, bahkan Fanny juga Wilasa tampak terharu melihat bagaimana Samana menimang dengan penuh kelembutan keluarga baru mereka. Putri kecil Tanisha.

Samana tampak bahagia, tak ada lagi wajah kaku penuh angkuh. Pria tua itu benar- benar kesepian, dia rindu akan kebersamaan keluarganya. Salahnya yang terlalu kolot juga angkuh, bahkan pada keluarganya sendiri.

"Bagaimana rasanya?" Semua orang mengalihkan atensi pada pertanyaan Tanisha.

"Bukankah ini membahagiakan?" Tanya Tanisha lagi, "Jika saja Ayah menurunkan ego Ayah, sudah sejak dulu kita bisa seperti ini."

Wilasa yang berada di samping kakeknya, ia memperhatikan bagaimana tangan kecil nan putih itu menggenggam jari telunjuknya. Hatinya dibuat menghangat dengan sentuhan mungil itu. Apakah, jika kakeknya tidak kolot, ia dan Kavita bisa bersama sejak dulu? Bahkan mungkin memiliki bayi menggemaskan seperti ini?

Fanny meremat tangan Tanisha yang duduk di sebelahnya, "Gak usah ngerusak moment." Bisiknya.

"Cuma nyindir, biar peka! Udah tua juga." Tanisha juga berbisik menanggapi istrinya.

"Heh! Gak boleh gitu!" Fanny menampar paha Tanisha.

Ajeng datang membawa teh untuk mereka semua, dia bagikan tehnya sambil sesekali melirik pada Samana yang terlihat begitu bahagia. Ia tak ingin lebih dulu kembali ke belakang, Ajeng memilih untuk diam sejenak dibelakang Hanni yang sedang bermain ponsel. Ia ingin lebih lama menyaksikan tuannya yang sedang berbahagia.

"Cucu mungilku harus lebih sering kemari." Samana menatap anaknya dengan senyum semringah, tak ada percikan amarah seperti biasanya.

"Bebaskan Wilasa." Kata serius Tanisha.

Semua orang yang ada disana menatap Tanisha lalu beralih pada Samana. Yang ditanya masih bungkam.

"Lebih baik lagi kalo Ayah membiarkan Wilasa."

Samana mendongak pada Wilasa yang berdiri disebelahnya, Wilasa menatap kakeknya, ia mengangguk sekali, meyakinkan kakeknya.

Tanisha kembali bersuara, "Wilasa bebas, maka aku dan keluargaku akan kembali."

"Kakek..." Wilasa melepas perlahan genggaman mungil Taeny, lalu ia mengelus pundak Samana.

"Biarin aku sama kak Kavi, aku janji tidak akan meninggalkan kakek."

Haruskah ia menurunkan egonya? Kebersamaan ini sungguh menghangatkan hati. Tak ada perdebatan dengan putri sulungnya, tak ada lagi perlakuan buruk pada Wilasa. Memang seharusnya seperti ini 'kan?













"Selamat malam semuanya."

Kaivan masuk dengan gaya arogannya, menempatkan kedua tangannya pada saku celana bersama senyum merendahkan. Begitu mirip sekali dengan Samana.

Semua yang ada di ruang keluarga menatap tamu tak diundang itu, dibelakangnya, berdiri Johnny dengan rangkaian white lily.

"Hai Ayah." Sapanya pada Samana.

"Hai Ibu." Sapa Kaivan pada Ajeng.

Samana tak menghiraukan Kaivan, ia malah menatap heran Johnny yang berdiri di belakang Kaivan.

HEARTBEAT (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang