Chapter 10

864 86 4
                                    

BAGI YANG MERASA BACA CERITA INI, WAJIB KASIH VOTE & COMENT!!!

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

"Lo masih marah?"

Jiken tidak tahu, tapi ia tak suka dengan semua ini. Sejak tadi malam, Carel tak sekalipun bicara, bahkan ketika mereka tidur di ranjang yang sama.

Bahkan, semalam Jiken yang berusaha membuka suara, tapi nihil. Carel sama sekali tidak mau bicara. Sia-sia saja ia membuang semua ego. Nyatanya, Carel masih marah, hanya karena baju kebesaran dan celana kepanjangan.

"Ada hubungan apa lo sama dia?"

Carel spontan berhenti. Dia meluruskan pandang, menatap si Renka yang baru saja bertanya dengan wajah tenang. Melipat kedua tangan di depan dada, menatap dengan sorot tenang dan santai.

Orang ini sepertinya kebanyakan minum matador. Tak ada hujan ataupun angin, tiba-tiba saja bicara. Padahal, kemarin dia sendiri yang menyuruh Carel menjauh, walau ia tak mau. Tapi tetap saja ini aneh.

Renka menatap Jiken datar, namun ada sorot penuh tanya dari manik matanya. Sementara yang ditatap diam dengan wajah tak kalah datar. Bahkan nyaris tanpa ekspresi. Hingga Renka lebih dulu membuang pandangan, menatap Carel.

"Kalo gue nanya itu, jawab!"

Carel mengangkat alis. "Apa urusan lo?"

Renka mengepal kuat kedua tangan di sisi kanan-kiri tubuh. Dia bukannya ingin ikut campur. Tapi ia juga penasaran, karena raut wajah Jiken jelas sangat berubah drastis saat bersama anak baru ini.

Wajah yang semula datar tanpa ekspresi dan dingin, tadi benar-benar hilang. Cowok itu malah yang mencoba untuk bicara pada Carel, tapi anak itu mendiamkannya.

"Minggir."

Carel melirik Jiken yang baru saja bicara. Dia baru sadar jika bocah tak tahu diri ini berada di sampingnya. Dia pikir Renka tadi menanyakan tentang siapa. Ternyata Jiken. Apakah Renka ada hubungan keluarga dengan anak ini?

Renka diam atau bahkan tidak sama sekali melirik Jiken. Fokus cowok itu hanya pada Carel, yang semalaman ini selalu memenuhi otak. Bukan apa-apa, tapi ia sedikit penasaran dengan anak ini.

"Ikut gue!"

Carel mengangkat alis. Ucapan Renka sama sekali tidak masuk dalam list ekspektasinya hari ini. Sungguh, pemuda itu agak aneh hari ini, membuat Carel tanpa sadar bergidik. Takut kalau Renka dimasuki arwah penghuni sekolah.

Renka mengeraskan rahang dan langsung mengenggam tangan Carel. "Katanya, lo mau jaga gue."

Astaga, mungkin saja memang benar. Renka kemasukan arwah penunggu sekolah ini. Kalau begitu, Carel tak boleh diam saja dan harus bertindak. Tapi, tiap kali cowok itu melepas diri, Renka malah kian erat mengenggam tangannya.

"Lepas."

Bukan, itu jelas bukan suara Carel. Jiken lah yang bicara dengan nada rendah dan tatapan setajam silet. Namun, alih-alih takut dan melepaskan Carel, Renka malah menarik tubuh Carel ke belakang punggungnya.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang