-Dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan, semua yang ada di dunia ini saling berpasangan jadi jangan pernah merasa sendiri-
----🥇⚡️🧠🌎----
Matahari berada tepat di puncaknya, menunjukkan diri dengan cara memancarkan kehangatan. Jauh di dalam perpustakaan seorang remaja laki-laki sedang fokus pada laptopnya, sesekali dia memutar pulpen di tangannya dan mencoret sesuatu di kertas.
"Jadi karena ini mamah marah." gumamnya sambil terus memperhatikan layar.
"Kenapa harga saham bisa turun mendadak? apa aku membuat kesalahan?" batinnya.
Tes...
.
.
.Setetes cairan berwarna merah mengenai kertas di atas meja, Zion mengusap kertas itu sehingga meninggalkan bekas noda di sana, "ah... aku harus menggantinya."
Tes...
.
.
.
Zion mencari tisu di tasnya dan dia tidak menemukannya, "cih, pasti ketinggalan."
Tangannya dengan cepat merobek buku tulis dan menyumpal hidungnya dengan kertas, dia mendongakkan kepalanya agar darahnya berhenti menetes.
Dia tahu kalau itu adalah cara yang salah tapi dia tidak mau membuang waktu dengan hanya pergi ke toilet atau pergi membeli tisu, yang ada dipikirannya hanya ada satu. Menyelesaikan permasalahan di perusahaan sang mamah.
Berjam-jam dia terus fokus menatap layar dan sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga getaran handphone mengusiknya.
Drtt...drtt....
Zion melirik layar handphone nya yang menyala dengan menampilkan nama yang sangat dia kenal, Al.
Tepat setelah Zion menjawab telpon itu Al berseru, "lu dimana?"
Zion mencabut kertas yang sedari tadi menyumbat hidungnya, "di perpus."
"Mamah dateng ke rumah tapi nyariin kak Alby." kata Al, terdengar nada kesedihan di akhir kalimatnya.
"Mamah? Sekarang?" Batin Zion.
"Katanya besok mau ke rumah tapi kenapa sekarang?" Tanyannya dalam hati.
"Do?" Panggil Al yang membuat pikiran Zion buyar.
"Terus gimana?" Tanya Zion yang mulai merapihkan barang bawaanya.
"Kak Alby kan masih di kampus jadinya mamah mau nungguin di rumah, gue ada kelas satu jam lagi. Bang Saadan gak bakal mau buat nemenin mamah, lu kosong gak sekarang Do?" jelas Al.
"Gue pulang sekarang." ucapnya sambil memasukkan laptop dan pergi dari perpustakaan.
"Yaudah gue matiin dulu telponnya." Ucap Al sebelum mematikan sambungan telepon.
Zion keluar dari perpustakaan entah kenapa pandangannya terasa kabur dan dia sedikit kehilangan keseimbanganya, seseorang meraih kedua bahunya agar menjaganya tetap berdiri.
"Lu gak apa-apa?" Tanya seseorang dengan tas ransel di punggungnya.
Zion mengangguk, "terimakasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Volare : Shadow
Teen FictionAlzion Dion Chandana adalah seorang remaja berusia 19 tahun yang penuh ambisi dan rencana, dia terlihat pendiam dan terkadang suka ikutan tantrum seperti saudara kembarnya. Orang-orang mulai memberikannya julukan Zhuge Liang matematika karena strate...