1. Awal Mula Perjalanan

6 1 0
                                    

Hampir seluruh teman seangkatan seorang gadis yang bernama Arina atau kadang disapa Arin ataupun Rin digemparkan dengan berita putusnya dia dengan pacarnya. Terlebih lagi keduanya sempat melakukan baku hantam di lorong kelas yang mengakibatkan keduanya dipanggil oleh pihak BK. Seusai keduanya dari ruang BK, tanpa berbicara apapun mereka pergi begitu saja bak orang yang tak saling mengenal. Arina menuju kelas dengan perasaan yang sedikit kesal, namun apa yang dibicarakan oleh mantan pacarnya itu ada sedikit benarnya.

Sesampainya di kelas, ia sudah ditunggu oleh seluruh teman sekelasnya untuk menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya, kemudian ia pun menghela napas pada saat melihat ekspresi teman sekelasnya itu. Dan seorang gadis yang tak lain dan tak bukan kembarannya Arina pun berkata, "Spill the tea jeng." Lalu, Arina pun kembali ke tempat duduknya sejenak untuk mengambil air minumnya, setelah itu ia pun ke bagian belakang kelas dan tentunya ia diikuti oleh seluruh teman sekelasnya.

Salah seorang laki-laki yang bernama Gavin pun menutup pintu kelas agar suasana semakin tenang waktu nanti Arina menceritakan semuanya. Setelah itu, ia pun mulai menceritakan semuanya secara detail.

Rusaknya hubungan keduanya disebabkan oleh mantan pacarnya yang selingkuh dengan gadis lain, yang tentunya gadis itu lebih masuk ke dalam kriteria mantan pacarnya itu. Arina sebenarnya tak begitu sedih dengan hal ini, karena menurutnya skill bermain game yang dimiliki mantan pacarnya itu sangat jelek dan patut untuk dihujat. Berbeda dengan Kirana, yakni kembaran Arina yang sangat sedih setelah mendengar kabar putusnya Riana.

"Berarti habis ini kita bisa mabar, Rin?" celetuk Gavin yang sontak membuatnya mendapatkan sorakan dari teman sekelasnya. Arina yang mendengar hal itu pun langsung mengangguk, alhasil ia berhasil membuat wajah Gavin memerah, dan karena itu juga, ia pun semakin mendapatan sorakan dari teman sekelasnya.

"Jangan gitu, Gavin orangnya emang gampang salting tau," celetuk seorang siswi yang membuat semuanya bubar.

"Jahat," sambung siswi itu dengan ekspresi kesal sambil melipat tangannya. Arina yang mengetahui ada guru di belakang siswi itu pun langsung menunjuk ke arah belakangnya, siswi itu pun menoleh dan betapa terkejutnya ia bahwa di belakangnya ada seorang guru yang sudah mendengar cerita mereka dari tadi. Dan jam kosong mereka pun berakhir di situ.

"Rin, semisalnya lo pengen cerita bisa chat gua," ucap Gavin sambil mengeluarkan buku mata pelajaran ekonomi padahal sekarang adalah jam pelajaran kimia. Arina yang menyadari teman sebangkunya itu salah mengambil buku pelajaran pun langsung mengingatkannya. Gavin yang tak begitu ingin terlihat salah fokus itu pun langsung memberitahu Arina bahwa dirinya belum mengerjakan PR ekonomi. Riana pun mengangguk saja setelah mendengarkan ucapan dari temannya itu.

Sambil memerhatikan guru yang sedang mengajar di depan, tetiba saja Arina kepikiran untuk berjualan barang-barang hasil dari kerajinan tangan. Saking seriusnya ia berpikir, ia pun tak sadar bahwa Gavin memerhatikannya terus-menerus tanpa mendengarkan penjelasan guru. Gavin yang takut teman sebangkunya itu kesurupan pun langsung menepuk pelan bahu Riana, kemudian ia pun menoleh ke hadapannya sembari berkata, "Napa?" Kemudian Gavin pun menggeleng sambil melanjutkan kembali pekerjaan rumahnya yang belum selesai itu.

Apa gua ajak Gavin buat collab ama gua aja mumpung gada makhlus halus yang gangguin gua ama dia. Batin Arina sembari menatap tajam teman sebangkunya itu yang sedang mengerjakan PR, kemudian pun ia melanjutkan bengongnya itu hingga jam pelajaran selesai.

"Kok bengong terus, Rin?" tanya Gavin sambil bersandar di bahu Arina yang sedang mencoret-coret sebuah kertas HVS kosong yang entah darimana temannya itu dapatkan. Arina yang merasa sedikit terganggu itu langsung sedikit bergeser yang menyebabkan Gavin hampir kehilangan keseimbangannya.

Gavin yang tak kehabisan akal untuk menjahili teman sebangkunya itu pun langsung berpindah ke sebelah kirinya Arina dan kemudian menarik tangan serta mengajaknya ke kantin. Alhasil Arina yang sudah terlanjur di luar kelas pun terpaksa mengikuti kemauan temannya itu. Untungnya saja selama di perjalanan mereka tak menjadi sorotan warga sekolah, terlebih lagi Riana habis terlibat dari  sebuah perkelahian. Mungkin ada beberapa orang saja yang melihat keduanya dengan sinis, bahkan sambil berbisik, namun mereka mengabaikan hal itu.

Toko ArinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang