Bunyi bel pertama telah berdenting--pertanda bahwa jam pelajaran akan segera dimulai. Murid-murid SMA STARS LIGHT berbondong-bondong untuk segera menuju ke kelasnya masing-masing.
Seorang pria yang berpangkat sebagai guru BK tengah berjalan mengelilingi sekitar koridor--memastikan tidak ada murid nakal yang masih berkeliaran sekitar dan murid yang terlambat datang ke sekolah di saat jam belajar sudah dimulai.
Sedangkan di belakang guru pria tersebut, dua siswi sedang berusaha menghindari dari pengintaiannya itu tengah berusaha berjalan mengendap-endap dengan kaki yang mereka usahakan tak menimbulkan bunyi langkah kaki.
"Ayo Dev. Semangat. Perjuangan kita akan berhasil kali ini." Ucap pelan dari seorang gadis berbando merah muda di depan Deva yang sedang memimpin langkah mereka.
Saat guru itu memalingkan setengah badannya ke belakang, dengan serempak dan cepat mereka langsung bersembunyi di balik tembok.
Posisi mereka tengah bersandar di tembok. Keduanya menghela napas. "Huh, Selamat. Untung gak ketahuan." Ucap gadis berbando tersebut sedikit tersenyum.
Namun tiba-tiba, "Hei, kamu." Suara dari guru BK itu mampu membuat kedua gadis itu menegang.
"Jangan mencoba untuk kabur, atau saya kasih hukuman yang sangat memberatkan. Saya hitung satu sampai dua. Jika dalam waktu itu belum juga ke sini maka.... , satu... dua... ti... " Mendengarnya, langsung saja membuat mereka keluar dengan cepat dari persembunyiannya.
Kini posisi mereka tengah berdiri di samping guru tersebut. Dengan kedua tangan yang terkepal di depan wajahnya. Dengan ekspresi wajah berbeda beda. Ekspresi melas andalan Zena--gadis berbando merah muda. Ekspresi tenang seolah tak peduli itu milik Deva.
"Eh, jangan dong Pak Dung. Ini kita udah nyerahin diri, Pak. Plis jangan dikasih hukuman yang berat ya, Pak Dung. Janji, kita gak akan ngulangin lagi. Ya kan, Dev?" Tak ada jawaban. Deva hanya diam dengan matanya yang tertuju pada sosok lelaki berseragam putih abu-abu di depan guru BK itu.
"Zena... dia gak manggil kita, bodoh lo." Maki Deva pelan sembari melirik Zena yang masih memeramkan ke dua matanya dengan kepalan tangannya yang berada di dahi.
Ia menyikut pinggang milik Zena, membuat gadis itu memekik.
"Anjing, goblok, tai. Deva lo... " kerutan di dahi Zena muncul kala lirikan bagai kode yang di berikan Deva ke arah samping.Nampak seorang lelaki berdiri tegap di depan guru BK tersebut dengan tasnya yang dia taruh di salah satu pundaknya. Itu yang Zena lihat. Setelah menyadari maksud lirikan Deva tadi, Zena menyengir bodoh. Dalam hati ia sedang merutuki.
"Eh, ternyata bapak gak manggil kita, ya? Hehe. Kita salah denger dong. Ya udah, bapak lanjutin kegiatan bapak ini. Saya sama Deva gak bakal ganggu, kok. Maaf ya, Pak. Permisi." Zena nyelonong melewati mereka untuk lekas masuk ke dalam kelasnya. Namun sebuah tarikan yang menarik kerah baju belakang miliknya membuatnya mau tak mau harus berhenti.
"Wah. Kok saya merasa ada maling bodoh yang ngira dirinya sudah tertangkap basah, ya?"
"Eh, emang ada ya pak maling tertangkap basah? Maling ikan di laut kah?" Tanya Zena dengan mimik muka polos.
Saat guru itu akan menjawab, suara tawa menggelenggar terdengar dari arah selatan--di depannya. Tiga siswa yang sudah masuk kedalam daftar list jejeran murid nakal di catatannya itu kini berjalan santai ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Presence
Novela Juvenil"Layaknya Bianglala yang banyak diharapkan oleh orang-orang saat Varsha mereda, aku juga mengharapkan momen itu tiba."