3. Kajian

8 0 0
                                    

Perasaan tidak nyaman ketika mengalami masalah itu akan ada. Namun, jangan berpikir buruk untuk hal yang belum tentu terjadi dimasa depan. Kita sebagai manusia, jangan mudah berprasangka buruk. Rasulullah SAW pernah bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

"Jauhilah daripada berprasangka buruk, karena prasangka buruk merupakan dusta yang besar. Dan janganlah melihat kesalahan orang lain, dan janganlah suka mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah saling membenci, dan janganlah memutuskan hubungan persaudaraan. Akan tetapi jadilah kamu semua sebagai hamba Allah yang bersaudara"
(Hadis Riwayat al-Bukhari)

Lantunan suara pemateri kajian terdengar dari speaker besar yang berada disetiap sudut masjid. Banyaknya peserta yang datang hingga memenuhi jalan raya untuk memberikan ruang duduk kepada para jamaah yang telat datang.

"Balqis suka berada disini?" Tanya Alya sambil bersandar pada bahu Balqis. Dia menahan rasa ngantuknya sedari tadi sambil menunggu kajian siap walaupun tidak terdengar jelas ucapan pemateri tersebut.

"Tentu Alya, banyak hal yang aku pelajari ketika berada ditempat seperti ini"

"Bukankah tempat seperti ini membosankan?"

Mendengar ucapan Alya, Balqis tersenyum dan menatap teduh ke arah Alya. Sosok seperti Alya tidak sedikit ada dibumi yang luas ini.

"Untuk pertama kali, mungkin terasa bosan, jenuh, dan ngantuk. Tapi Alya pernah terpikir tidak jika kita sekedar duduk mendengar kajian saja, allah swt memberikan pahala mengalir kepada kita,"

"Tapikan, percuma kita berada ditempat kajian kalau nggak paham materi yang disampaikan,"

"Bukan nggak paham materi, tapi kamu yang sudah punya statement bahwa kajian itu tempat yang bosan. Mulai dari hal kecil yaitu, membiasakan diri datang ke kajian, kamu akan paham kenapa aku menyukai tempat ini,"

Alya diam, menatap dalam mata cantik itu. Banyak kekecewaan yang tertera disana, tidak banyak yang paham tentang kehidupan Balqis.

Balqis tersenyum manis, lanjut mencatat point penting dari kajian yang disampaikan. Banyak hal terjadi diluar kemampuan manusia, Balqis berharap kajian yang selalu didatanginya merupakan jalan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

-----------------------------

PRANG

Ini bukan pertama kali bagi Alya mendengar suara itu dari luar kamarnya. Alya memilih merendam suara pecahan itu dengan playlist favorit yang sedang didengarnya sekarang menggunakan earphone.

Alya Zafry Mu'ti, gadis yang menurut kata orang, hidupnya sempurna. Pendidikan yang bagus telah terjamin oleh ekonomi keluarga, hubungan keluarga yang hangat, salah satu siswa yang diberi peluang untuk mengikuti  seleksi OSN atau Olimpiade Sains Nasional pada perwakilan sekolah. Namun, apa yang sebernanya terjadi dalam hidupnya, sangat bertolak belakang dengan opini orang sekitarnya.

"KAKAK TAHU, UMI NGGAK MINTA APA APA SAMA KALIAN!"

Pada kenyataan yang terjadi, apa yang diucapkan tempo hari berbeda dengan masa sekarang. Alya menutupi wajahnya dengan menarik rambut dirinya sendiri, seakan sedang berpikir keras.  Ketika suara denga nada tinggi itu sudah tak terdengar lagi, Alya mendongakkan kepalanya untuk melihat kondisi.

"Kalian rasakan kalau umi sudah tiada pasti kalian senang, ngga ada yang marah lagi" Sarkas seseorang yang dipanggil umi oleh pemilik mata bulat yang cantik itu.

Alya yang sudah muak dengan keadaan seperti ini, memilih mengganti pakaiannya menjadi lebih tertutup dan panjang. Alya menatap pantulan dirinya, tersenyum tipis. Sampai kapan dirinya harus lari kerumah sahabatnya, Balqis, atas perasaan yang dipendamnya dirumah.

Cklekk

Pintu terkunci, Alya berjalan santai menuju rumah sahabatnya yang tidak terlalu jauh. Selama perjalanan ke rumah sahabatnya itu, tatapannya kosong walaupun banyak tetangga yang menyapanya. Dirinya hanya membalas dengan senyuman tipis.

"Balqis—," Berdiri didepan rumah Balqis sambil tersenyum cerah. Tidak ada yang tau kehidupan Alya sebenarnya itu bagaimana.

"ALYAAA!" Balqis menghampiri Alya senang, lalu menarik tangan Alya masuk kedalam rumahnya.

"Bal—"

"Alya, udah siap tugas mtk nggak?" Potong Balqis sambil menarik tangan Alya agar menuju kamarnya.

Alya hanya diam, dirinya senang merasa dibutuhkan ketika disisi Balqis. Dengan bersama Balqis, Alya bisa menjadi diri sendiri.

"Aku belum siap, mau ngerjain bareng aja nggak?" Alya menawarkan jalur alternatifnya ketika ditanya tugas sama teman.

Bukan tidak ingin temannya mengetahui jawaban dari tugasnya, tapi Alya ingin mereka paham cara kerjanya. Alya tidak ingin Balqis bergantung tentang hal apapun, dirinya senang dibutuhkan tapi tidak berpusat selalu kepadanya.

Alya berharap Balqis paham, bukan dirinya tidak ingin membantu, tapi dia ingin mereka memahami bersama bukan hanya dirinya.

"Boleh, ide bagus, mau sekarang?"

"Bagaimana nyaman Balqis saja, lagipula ini rumah Balqis jugakan. Jadi semua tergantung pemiliknya saja,"

Balqis mengganguk paham, setelah membersihkan sedikit ranjangnya agar Alya nyaman duduk diatas kasurnya. Dirinya bergegas menuju lantai bawah, menuju dapur untuk membuat minuman.

Sedangkan Alya yang berada dikamar Balqis memilih diam saja. Walaupun secara ekonomis, mungkin Alya termasuk salah satu orang yang beruntung berada diposisi itu. Tapi, untuk masalah harmonisnya hubungan keluarga, pemenangnya adalah Balqis.

Hal itu dapat dilihat Alya, ketika Balqis bersama keluarganya yang tidak saja ketemu dengan dirinya. Senyuman, suara tawa indah itu menjadi saksi bahagianya seorang Balqis dengan keluarganya ketika bertemu dengan Alya.

Drap
Drap
Drap

Langkah kaki Balqis, menyadarkan Alya dari lamunannya. Alya membantu Balqis menyajikan makanan diatas meja untuk menjadi santapan ketika melaksanakan tugas bersama nanti.

"Balqis, tidak perlu sebanyak ini," Ucap Alya setelah menata jajanan diatas meja.
Balqis hanya menggeleng sebelum menjawab dengan tegas.

"Udah, Balqis tahu Alya belum makan sewaktu mau kesini," Ucap Balqis yang tidak ingin dibantah oleh Alya.

Alya hanya menghela nafas, namun menggangguk paham. Tatapannya tidak bisa menggambarkan sesayang apa dirinya sama Balqis.

Mereka akhirnya mulai mengerjakan tugas bersama, sesekali memakan jajanan dan bercanda ria. Tidak terasa bagi keduanya sudah memasuki waktu Ashar, kedua gadis itu tertidur lelap diatas karpet berbulu tersebut.

Tok
Tok
Tok

Ketukan pada pintu kamar tersebut, tidak membangunkan kedua gadis itu. Pelaku yang mengetuk pintu itu, memilih membuka pintu kamar itu.

Cittt

Suara decitan pintu yang terbuka perlahan, lelaki dengan name tag Irfan dibaju sekolahnya hanya menggeleng kepala.

Irfan mendekati adikknya, Balqis, lalu mengelus pelan kepala adikknya. Untuk membangunkan adiknya dengan perlahan dan lembut, hingga beberapa menit kemudian mata indah itu terbuka.

"hoamm, bang Irfan?" Ucap Balqis yang belum sepenuhnya sadar sambil mengucek matanya perlahan.

"Bangun, sholat ashar dulu,"
"Jam berapa bang?
"Jam 16.10, gih bergegas. Bangunkan juga teman iqish," Setelah mengucapkan itu, Irfan langsung bergegas keluar.

Balqis yang masih mengantuk hanya menggangguk dan mulai menggoyang-goyangkan tangan Alya agar bangun.

"Alya, bangun dulu, kita belum sholat—"
"BALQIS!!!!"

Suara menggelegar itu berasal dari arah lantai bawah, membuat Alya seketika tersentak bangun. Sedangkan Balqis diam, tidak berani mengeluarkan sepatah katapun.

TBC.

Sepasang Netra Hazel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang