“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Lisa memberikan teh hangat pada Jennie, menatap gadis yang pucat itu khawatir.
Jennie berbaring di kamar tamu Chaeyoung dan menganggukkan kepalanya. Dia masih lemas karena muntah-muntah. Dia panik memikirkan kedua orang tuanya bisa saja mengetahui hubungan mereka.
Bahkan sekarang karena memikirkan hal tersebut, Jennie kembali panik dan nyaris muntah lagi. Dia bergegas minum teh lagi untuk meredakan rasa mualnya yang membuat Lisa semakin cemas.
“Mungkin sebaiknya kita pergi ke Rumah Sakit saja.” Kata Lisa resah.
“Tidak perlu, sayang. Aku akan baik-baik saja. Ini hanya karena aku cemas berlebihan. Aku akan baik-baik saja.” Jennie meyakinkan Lisa.
Setelah memastikan perutnya sudah lebih baik, Jennie pun kembali berbaring di tempat tidur. Hari sudah jam 10 malam tapi sepertinya, Jennie tidak mungkin untuk pulang. Tubuhnya benar-benar lemas. Dia tidak bertenaga.
“Tapi kau muntah seperti itu, Jennie. Kau pucat sekali. Dan rasakan, tanganmu juga dingin. Aku takut sesuatu terjadi padamu.”
“Sayang, lebih baik kau pulang saja. Aku bisa di sini bersama Chaeyoung. Dia akan menjagaku.” Kata Jennie.
Tidak, sebenarnya Jennie ingin sekali Lisa ada di sampingnya dan memeluknya. Tapi Jennie tahu, jika hal itu terjadi, pasti orang tuanya akan lebih curiga dan mungkin, itu akan menambah masalah. Jennie tak mau hal itu sampai terjadi.
“Jennie, aku tidak bisa pulang. Tidak dengan kau yang sakit seperti ini. Izinkan aku menjagamu juga, ya?” Lisa menggelengkan kepalanya seolah panik di perintah pergi dari hadapan Jennie saat ini.
“Kau akan membuat mereka semakin curiga, Lisa. Aku tidak ingin menambah masalah.” Jennie mengalihkan pandangan, merasakan aura kemarahan Lisa yang besar saat ini.
Lisa memang sangat menyeramkan jika dia sudah marah. Tapi Jennie tidak punya pilihan. Mereka tidak di beri pilihan dalam hubungan ini dan yang Lisa sarankan itu terlalu ekstrim. Sampai kapanpun, orang tua mereka adalah hal yang utama.
Tidak mungkin mereka pergi hanya karena mereka ingin menyatukan cinta mereka saat ini. Tidak, itu adalah keputusan yang sangat ceroboh.
“Sudah kubilang, Jennie... Lupakan saja mereka dan kita bisa menjalani kehidupan baru.” Lisa memohon dengan putus asa.
“Kau bisa?” Wajah Jennie tersentak ke arah Lisa. “Kau sudah bertahun-tahun dengan ibumu, Lisa. Kau bisa meninggalkan ibumu dan membuatnya khawatir? Aku tidak bisa, Lisa. Sejak ibuku pergi meninggalkan ayahku, ayahku hanya memiliki aku. Dan aku harus pergi juga meninggalkan ayahku? Luka yang ibuku torehkan pada ayahku, aku tidak mau memberikannya juga, Lisa. Tidak...”
Lisa berdiri dan melepaskan tangan Jennie begitu saja. Jennie mendongkak, berusaha untuk melihat wajah Lisa tapi wanita itu segera berbalik. Tanpa mengatakan apapun lagi, dia pergi dan Jennie memejamkan matanya.
Lisa marah? Serius? Di situasi seperti ini, dia masih bisa marah? Ya Tuhan, wanita itu benar-benar kekanakan.
Pintu kembali terbuka dan Chaeyoung muncul dengan raut wajah bingung. Jennie sedikit bergeser untuk memberi ruang bagi Chaeyoung.
“Ayo kita tidur di kamarku saja. Aku menyuruhmu tidur di kamar tamu karena aku pikir, kau akan menginap dengan Lisa. Tapi aku tadi lihat dia pergi. Ada apa?” Tanya Chaeyoung.
Jennie duduk dan Chaeyoung ikut duduk di sampingnya. Menyisir rambutnya ke belakang, Jennie mendadak saja merasa frustasi dengan situasi yang dia hadapi saat ini.
“Dia pikir dengan pergi dari rumah adalah keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Tapi Chaeyoung, aku tidak bisa meninggalkan ayahku. Kau tahu dia segalanya bagiku. Dia sangat kesakitan saat ibu pergi begitu saja. Bayangkan jika aku tiba-tiba saja pergi juga? Aku tidak mau melukai ayahku, Chaeyoung. Aku tidak mau...”
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️
Fiksi Penggemar[21++] "𝙺𝙰𝙼𝚄 𝙰𝙳𝙰𝙻𝙰𝙷 𝙺𝙴𝙸𝙽𝙳𝙰𝙷𝙰𝙽 𝙳𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙱𝚄𝙰𝙷 𝙳𝙾𝚂𝙰. 𝙳𝙰𝙽 𝙹𝙸𝙺𝙰 𝙼𝙴𝙽𝙲𝙸𝙽𝚃𝙰𝙸𝙼𝚄 𝙼𝙴𝙼𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚂𝙰, 𝙰𝙺𝚄 𝚂𝙸𝙰𝙿 𝙼𝙴𝙽𝙰𝙽𝙶𝙶𝚄𝙽𝙶 𝙿𝙴𝙳𝙸𝙷𝙽𝚈𝙰 𝚂𝙸𝙺𝚂𝙰𝙰𝙽 𝙸𝚃𝚄 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙱𝙴𝚁𝚂�...