Agra POV
1 bulan kemudian, Kadipaten Banten
Tak terasa sudah 1 bulan berlalu sejak peristiwa pembersihan keraton, Agra sendiri bukanlah tipe orang yang suka selalu bekerja dibalik meja. Ia lebih suka bekerja langsung di lapangan meski nyawa adalah resikonya. Termasuk saat ini, ia berada di Kadipaten Banten, dimana menjadi wilayah kekuasaan Arkam. Dan yang menjadi Adipati adalah Adinata yang merupakan wakil Agra dalam Organisasi Arkam.Mereka saat ini sedang melakukan pembangunan jembatan yang cukup besar untuk di lalui banyak orang. Karena pada periode waktu ini, Pulau Sumatra dan Jawa masih bersatu, namun hanya dipisahkan oleh sebuah sungai yang letaknya ada di atas lembah selebar 30 m dengan panjang 70 m.
Jembatan ini dirancang untuk menghubungkan dua daratan yang terpisah sejauh 30 meter, dengan menggunakan bahan dan teknik yang umum pada masa Majapahit. Jembatan ini akan digunakan untuk pejalan kaki dan kendaraan ringan seperti kereta kuda. Struktur jembatan harus memastikan keselamatan, ketahanan, dan kenyamanan pengguna, sambil mempertahankan keaslian dan estetika historis.
Ketentuan Bahan dan Ukuran yang direncanakan
Bahan Utama:
1. Batu Bata Merah: Batu bata merah khas Majapahit yang dibuat dengan teknik pembakaran tradisional, digunakan untuk pilar dan fondasi.
Ukuran Batu Bata: 25 cm x 12 cm x 5 cm.
Jumlah yang diperlukan: 980.000 batu
2. Mortar: Menggunakan campuran kapur dan tanah liat sebagai perekat.
3.Kayu Jati: Kayu jati yang terkenal dengan kekuatan dan ketahanannya terhadap cuaca, digunakan untuk rangka utama dan dek jembatan.
Ukuran Balok Kayu: Balok dengan penampang 20 cm x 20 cm atau lebih besar untuk rangka utama dengan jumlah 900 balok.
4. Papan Kayu: Ketebalan minimal 5 cm untuk permukaan dek.
5.Rotan atau Serat Alami: Digunakan untuk pengikat tambahan dan stabilisasi struktur, serta untuk elemen dekoratif.
Diameter Rotan: 1-2 cm.
Ukuran dan Dimensi:
Panjang Jembatan: 70 meter (span utama).Lebar Jembatan: 30 m
Tinggi Pilar: Disesuaikan dengan topografi, umumnya 22-30 meter dari permukaan tanah.
Ketebalan Dek Jembatan: Minimal 15 cm untuk memastikan kekuatan dan kestabilan.
Desain Struktur:
Jembatan Balok:
Menggunakan balok kayu jati yang kuat untuk mendukung dek.
Balok dipasang pada pilar batu bata merah yang kokoh di kedua ujung.Ketentuan Tambahan:
Perhitungan Beban: Harus mencakup beban mati (berat struktur sendiri) dan beban hidup (pejalan kaki dan kendaraan ringan).
Pengujian Material: Batu bata merah dan kayu jati harus diuji untuk memastikan kekuatan dan ketahanannya sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Standar Keselamatan: Mematuhi prinsip-prinsip teknik tradisional yang digunakan pada masa Majapahit.
Dengan menggunakan bahan dan teknik tradisional Majapahit, jembatan yang dibangun tidak hanya akan kuat dan tahan lama tetapi juga akan memiliki nilai estetika dan historis yang tinggi. Jembatan ini akan menjadi simbol keagungan teknik dan arsitektur masa lalu. Rancangan struktur jembatan ini dirancang oleh para insinyur dan juga pertukangan terbaik, Baik itu berasal dari Sunda maupun Majapahit. Karena para insinyur dari Sunda kurang dihargai saat periode Prabu lingga, dikarenakan Prabu Lingga lebih condong pada teknologi perang. Namun setelah mereka tahu mereka kini dikuasai oleh Majapahit, mereka dengan cepat memohon izin ikut serta dalam pembangunan dan disetujui.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI PRABU HAYAM WURUK
Narrativa StoricaWaktu adalah hal yang mutlak dan tak bisa di ubah. Waktu yang berlalu akan menjadi sejarah. Meski dengan fakta itu, kadang, kita ingin ke masa tertentu untuk memperbaikinya. itulah yang di Impikan seorang pemuda Bernama Agra Dewandaru. Ia sela...