Bab 1: Kehidupan Vito

10 0 1
                                    

   Vito adalah seorang penulis lepas yang tinggal di sebuah kota kecil yang tenang. Hari-harinya penuh dengan rutinitas yang sederhana namun bermakna. Setiap pagi, ia terbangun di apartemen mungilnya yang terletak di lantai tiga sebuah gedung tua. Setelah membersihkan diri, Vito akan segera menyeduh secangkir kopi hitam pekat, ritual yang tak pernah terlewatkan. Aroma kopi yang memenuhi ruangan selalu memberikan semangat baru untuknya.

Pagi itu tidak berbeda. Setelah menghabiskan kopi dan sarapan ringan, Vito mengambil laptopnya dan duduk di meja kecil dekat jendela. Ia memulai hari dengan menulis cerita pendek, proyek yang sedang ia kerjakan untuk sebuah majalah sastra. Jemarinya menari di atas keyboard, menciptakan dunia-dunia baru yang penuh dengan karakter menarik dan plot yang memikat.

Meski hidupnya tampak ideal bagi banyak orang, Vito merasa ada sesuatu yang kurang. Ia merindukan kehadiran seseorang yang spesial dalam hidupnya. Seorang pendamping yang bisa mengerti dan mendukungnya dalam segala situasi. Vito memiliki banyak teman dan keluarga yang mendukung, namun rasa hampa itu tetap menghantui hatinya.

Sore itu, setelah merasa cukup puas dengan tulisan yang dihasilkannya, Vito memutuskan untuk pergi ke kafe favoritnya. Kafe tersebut terletak di sudut jalan yang tenang, dengan jendela besar yang menghadap ke taman kota. Tempat itu telah menjadi rumah kedua baginya, tempat di mana ia bisa duduk berjam-jam, membaca buku, atau sekadar menikmati suasana.

Ketika Vito memasuki kafe, ia disambut oleh barista yang sudah mengenalnya dengan baik. “Seperti biasa, Vito?” tanya barista sambil tersenyum.

“Ya, seperti biasa, tolong,” jawab Vito dengan senyum tipis. Ia kemudian berjalan menuju meja favoritnya di dekat jendela, tempat di mana ia bisa melihat pemandangan taman yang menenangkan.

Tak lama kemudian, secangkir kopi hitam pekat tiba di mejanya. Vito menghela napas panjang, menikmati aroma kopi yang khas sebelum menyeruputnya. Sambil menyesap kopi, pandangannya tertuju pada anak-anak yang bermain di taman, pasangan yang berjalan bergandengan tangan, dan orang-orang yang menikmati sore yang tenang. Semua pemandangan itu memberi Vito inspirasi untuk tulisannya.

Saat itulah, pintu kafe terbuka dan seorang wanita masuk. Vito mengenalinya sebagai Arini, sahabat lamanya yang sudah lama tidak ia temui. Arini terlihat sama seperti dulu, dengan senyum cerah yang selalu mampu membuat orang di sekitarnya merasa nyaman.

“Arini! Lama tidak bertemu!” sapa Vito dengan penuh semangat.

“Vito! Betapa kebetulan kita bertemu di sini!” balas Arini sambil menghampiri meja Vito. Mereka saling berpelukan sejenak sebelum duduk bersama.

Mereka berbincang panjang lebar, mengenang masa-masa kuliah dan berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Arini menceritakan tentang pekerjaannya sebagai konsultan keuangan, sedangkan Vito berbicara tentang karier menulisnya yang penuh dengan pasang surut.

“Aku pikir, kamu sudah menemukan seseorang yang spesial, Vito,” kata Arini sambil tersenyum menggoda.

Vito hanya bisa tersenyum tipis. “Belum, Rin. Aku masih mencari,” jawabnya dengan nada sedikit melankolis.

Arini menatap Vito dengan penuh pengertian. “Jangan khawatir, Vito. Kadang cinta datang di saat yang paling tidak terduga.”

Percakapan mereka terus berlanjut hingga sore beranjak malam. Vito merasa bahagia bisa bertemu kembali dengan sahabat lamanya, namun di hatinya, rasa hampa itu masih ada. Ia tahu bahwa pertemuan dengan seseorang yang spesial tidak bisa dipaksakan, namun ia juga tidak bisa menahan diri untuk berharap.

Malam itu, Vito pulang dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia senang bisa menghabiskan waktu bersama Arini, namun di sisi lain, ia semakin merindukan kehadiran seorang pendamping. Dalam diamnya, Vito berdoa agar suatu hari nanti, ia bisa menemukan cinta sejati yang selama ini ia impikan.

Di Balik Jendela KafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang